Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Jan 2016
Cerita Pendek Tentang Hantu*
Sebuah cerita pendek*

Anak-anak muda itu bilang bahwa Sundari cumalah hantu. Bagi mereka, Sundari sekedar cerita orang-orang tua zaman dahulu yang tak ingin anak lakinya pergi sampai larut malam. Parahnya lagi, mereka terkadang menganggap Sundari isapan jempol dan menggunakan namanya sebagai ejekan. Berbagai lelucon mereka buat untuk merendahkan Sundari,

Mereka pada saat tertentu menganggapnya seperti hewan kelaparan yang bersembunyi dan siap menerkam mereka,

Ketakutan sesaat.

Sayangnya, pada hari-hari berikutnya, Sundari malah terkadang lebih rendah daripada hewan.

Jika binatang buas dapat sewaktu-waktu muncul dan menyantap mereka dengan mudah, para pemuda justru berpikir bahwa mereka lebih tinggi dan mulia dibanding Sundari sehingga ia hanya akan menjadi segelibat penampakan.

Sundari cuma monster dan angan-angan, katanya, di zaman seperti ini mana ada hantu penculik jejaka. Pikiran anak muda memang berbeda dengan kebanyakan orangtuanya.

Padahal, Sundari sama seperti kita.

Sundari bukanlah siluman, hantu, atau makhluk mengerikan yang layak dijadikan lelucon semata.

Apalagi bahan cerita setan dan sarana menakut-nakuti bocah.

Dengar baik-baik, ia tidak terbang, ia tidak menghilang. Ah, Sundari bahkan tak punya kemampuan macam itu.

Sundari berjalan dengan dua kaki, melihat dengan dua mata, dan dapat memelukmu dengan dua tangan hangatnya. Yang mungkin berbeda adalah hati Sundari yang entah di mana sekarang. Inilah yang membuat ibu-ibu dengan anak lelaki begitu menakuti Sundari. Mereka yakin bahwa Sundari-lah yang akhir-akhir ini menculik buah hati mereka yang pergi malam, lalu menghilang selama satu minggu dan ditemukan gundul tanpa nyawa,

Tanpa hati,

Pada suatu sore yang hangat di padang ilalang dekat dusun.

Beberapa mengira bahwa Sundari adalah perwujudan pesugihan atau tumbal yang mengincar jawara-jawara muda, seperti andong-andong pocong yang dahulu sempat marak. Dahulu, pergantian kepala dusun di sini dilakukan dengan adu kekuatan. Para sesepuh percaya bahwa teh dari seduhan rambut pemuda dapat memperkuat diri dan meningkatkan kekebalan, ini menjadi salah satu spekulasi motif Sundari selain tumbal-tumbalan itu. Beberapa berpikir kalau Sundari menjual rambut lelaki muda di desa demi mendapatkan keuntungan baginya.

Kalau di antara gadis-gadis belia nan jelita yang bergelimang asmara, Sundari kerap digunakan sebagai sebutan untuk penyerebot kekasih orang. Terkadang huruf i di hilangkan, sehingga menjadi Sundar saja.

“Dasar, dia memang Sundari!”

“Padahal telah lama kita menjalin kasih, kenapa ia harus jatuh ke tangan Sundar macam dirinya!”

Apa Sundari begitu buruk hingga namanya lekat dengan orang serta kasih yang hilang?

Padahal dahulu Sundari hidup tenang,

Memang dahulu ia juga sumber perhatian,

Tapi ia hidup tenang dan dihujani kasih—

Yah, itu sebelum dusun ini akhirnya mengadili sendiri suaminya yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Menurut mereka, sangat tidak masuk akal seorang wanita pintar, seperti Sundari yang bekerja sebagai pendidik, memiliki suami yang lebih muda darinya. Pemuda berambut panjang itu hidupnya mungkin berkesan asal-asalan. Dandanannya serampangan, rambutnya berantakan dan panjang; padahal di dusun ini, sangat wajar bagi lelaki untuk memiliki rambut panjang. Banyak yang bilang tubuhnya bau tengik, dan ia jarang terlihat bekerja. Pada kedua tangannya, sering terdapat guratan-guratan warna. Berbeda dengan para petani pekerja keras yang terkadang tangannya diwarnai oleh tanah, warna-warna yang ada pada tangannya merupakan warna cerah yang tak mungkin didapatkan secara alami. Namun Sundari dan suaminya tetap dapat hidup dengan layak dan nyaman menggunakan upah mereka. Pasangan itu tak pernah meminjam uang, tak pernah mencuri.

Tak di sangka, orang-orang di dusun yang memandang bahwa agar dapat hidup berkecukupan harus digandrungi serta ditempa dengan kerja keras yang dapat dilihat oleh semua orang memandang bahwa dalam rumah tangga itu, hanya Sundari yang bekerja keras melayani suaminya. Sedangkan sang lelaki, menurut mereka, ambil enaknya saja dan kesehariannya sekedar leha-leha di teras rumah kayu mereka sambil merokok sebatang dua batang.

Mereka, terutama para bujangan, mencari-cari kesalahan pasutri bahagia itu.

Mereka kembali memanggil-manggil dan menggoda Sundari yang makin merapatkan kerudung hijau yang biasanya ia selampirkan apabila berjalan ke sekolah tiap pagi dengan kebaya sederhananya. Para bujang itu dipimpin oleh  Cak Topel yang istrinya lumpuh dan selalu ia tinggal sendiri dirumah. Mereka menungguinya tiap pulang, dan menghalangi jalannya kembali kerumah. Pernah sekali suaminya mengantarnya ke gedung sekolah reot itu, dan menungguinya sampai pulang. Sedihnya, ditengah perjalanan pulang ia babak belur dihajar  pemuda-pemuda berbadan besar itu—Setelahnya, Sundari melarangnya untuk sering menampakkan dirinya di depan warga dusun.

Yang harus dikagumi di sini adalah sifat pantang menyerah mereka. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjungkalkan Sundari dan suaminya dalam fitnah, sampai akhirnya mereka mencium sesuatu yang janggal dari rumah senyap mereka.

Bau tengik,

Ada yang bilang, jenis pesugihan macam tuyul sebagus apapun tetap akan mengeluarkan bau tengik atau busuk.

Mereka mulai menyambungkan hal ini dengan warna pada tangan suami Sundari,

“Itu tidak mungkin didapat dari bekerja di ladang.”

“Warna-warna itu pasti ramuan dukun.”

Dari situ, dapat dipastikan bagaimana Sundari dan suaminya dapat selalu hidup berkecukupan bahkan dengan uang mereka yang pas-pasan. Bujang-bujang berbadan besar itu segera menyebarkan cerita dan tuduhan-tuduhan yang membuat telinga panas. Sundari dan suaminya makin menarik diri dari warga dusun. Sundari bahkan berhenti mengajar setelah menemui kelas-kelas yang seharusnya ia ajar seringkali kosong, dan menemukan tatapan-tatapan sinis para ibu rumah tangga mengintipnya dari depan pagar kayu sekolah yang alakadarnya itu.

Entah kita harus bersyukur atau tidak, persembunyian itu tidak berlangsung lama. Pada sebuah malam bulan purnama yang lembab dan becek, Sundari melihat bola-bola cahaya dari jendela rumahnya yang ditutupi oleh anyaman jerami. Nyala api itu berasal dari berpuluh obor warga dusun yang berteriak-teriak dan menuntut Sundari dan suaminya agar mengaku bahwa mereka menggunakan pesugihan.

Sundari keluar sembari menyelampirkan kerudung hijaunya, diikuti suaminya yang rambutnya digelung tak rapih. Belum sempat mereka mengucapkan sepatah kata, para bujang menarik suami Sundari dengan menjambaknya dan melamparkannya ke tanah becek, menendangi pertunya, lalu menghajarnya seolah ia binatang peliharaan yang tak pernah patuh pada majikannya. Sundari hanya dapat menjerit dan menariki baju sejumlah laki-laki yang menghunuskan kepalannya pada tubuh kecil dan rapuh orang yang dicintainya. Setinggi apapun ia berteriak, suaranya seolah tenggelam dalam arus deras kebencian yang tak berdasar.

Jeritan untuk orang yang dikasihi itu lambat laun berubah menjadi jeritan untuk dirinya sendiri. Istri Cak Topel yang lumpuh rupanya merayap di tanah dengan sigap seolah laba-laba berkaki seribu, dan menarik bagian belakang kebaya Sundari sampai ia terjerembab ke tanah di mana ujung matanya menangkap sang suami yang rambutnya digunduli tanpa ampun dengan alat yang tak pantas. Saat menyaksikan adegan romansa sedih tersebut, wanita-wanita dusun menjambaki rambutnya, menampari pipinya dan menghajarnya tanpa ampun sambil menghujaninya dengan ludah-ludah mereka yang menasbihkan berpuluh hujatan menyayat hati. Setelah pasutri itu terkulai lemas di tanah musim hujan, barulah warga membumihanguskan mereka berdua yang tangannya tetap bergandengan.

Nasib naas, entah harus disyukuri atau tidak, menimpa suaminya yang terbakar hangus sepenuhnya. Sedangkan Sundari, dengan tubuhnya yang telah setengah terbakar, berhasil kabur dan hilang dari peredaran untuk beberapa saat.

Untuk beberapa saat,

Sampai lelaki yang menggoda, menghajar, membawa mereka pada keterpurukkan semuanya hilang satu persatu, termasuk Cak Topel.

Mereka hilang kala malam, saat cangkruk atau ronda, dan ditemukan lebam sekujur tubuh, tak bernyawa, dan gundul tanpa sehelai rambut pun pada sore hari di tengah padang ilalang dekat dusun.

Orang-orang bilang bahwa ini Sundari yang menuntut balas. Meskipun entah di mana dirinya berada, ia masih tetap menghantui. Membayang-bayangi dengan perasaan bersalah yang menyakitkan bagi seluruh warga dusun,

Karena

Sundari dan suaminya tidak pernah melakukan pesugihan.

Dan, ah, itu cuma tipu muslihat para bujangan yang cemburu dan bersedih karena tak bisa mendapatkan Sundari dalam dekapan mereka sekeras apapun mereka berusaha. Entah sudah berapa lelaki dan lamarannya ditolaknya, ia justru jatuh hati pada pelukis bertubuh kecil yang sepuluh tahun lebih muda darinya.

Bagaimana amarah mereka tidak tersulut?

Seandainya warga dusun lebih mengenal bau cat dan minyak untuk melukis, mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk menuduh Sundari dan suaminya terkait pesugihan.

Ah, coba mereka masuk ke rumah kayu kecil itu sebelum main hakim sendiri. Mereka tak akan sekaget itu saat menemukan gubuknya penuh dengan cat dengan bau tengiknya, tumpukan kertas dan bahan bacaan, serta lukisan-lukisan yang masih dikerjakan.

Hilangnya para bujangan lalu diikuti dengan hilangnya murid-murid sekolah menengahnya, dan lelaki muda lainnya yang sama sekali tak ada hubungannya dengan ini.

Sundari tidak berhenti.

Mereka hilang kala malam, saat cangkruk atau berjalan di pematang sawah, saat menantang diri mengaku “tidak takut dengan Sundari itu!” lalu ditemukan dengan lebam sekujur tubuh, tak bernyawa, dan gundul tanpa sehelai rambut pun pada sore hari di tengah padang ilalang dekat dusun.

Sundari menyukai kerudung hijaunya yang hilang kala malam,

Kerudung tipis indah yang digunakan untuk menutupi kondenya—Yang direnggut paksa darinya lalu hangus rata dengan tanah.

Tapi Sundari lebih menyukai kehadiran,

Kehadiran suaminya dan tangannya yang bekerja melukis diam, kehadiran kerudung hijau yang melindunginya dari tatapan tajam, kehadiran murid-murid lelakinya yang dengan polos melontarkan lelucon serta godaan-godaan untuk Ibu Guru Sundari mereka, kehadiran anak-anakmu yang sombong.

Sundari menyukai kehadiran, dan itu merupakan alasan lain mengapa ia menggundul habis lelaki yang diculiknya, lalu mengupulkan rambut mereka yang ia sambung, anyam, serta kenakan dengan nyaman bak kerudung dan mantel bulu.

Maka dari itu, orang-orang yang melihatnya terkadang bilang kalau Sundari cumalah hantu; bayang-bayangnya selalu muncul dalam bentuk segumpal rambut menjelang malam.

Sundari lebih suka kehadiran,

Keadilan.

Tapi apa membalas dendam seperti ini juga salah satu bentuk keadilan?

Entahlah, ini pilihan hidup Sundari. Sudah kubilang kalau hatinya entah di mana.

Sekali lagi, Sundari bukanlah hantu. Ia manusia yang teraniaya sama seperti kita. Manusia yang disalahi.

Kalau dipikir lagi, bukannya setan terkejam adalah manusia sendiri?

Yah, itu sih sudah berpuluh tahun lalu. Entah apa jadinya Sundari sekarang. Sekarang lelaki cenderung berambut pendek, tak seperti dulu. Bayang-bayang Sundari kemungkinan tidak se beringas waktu itu, dan telah berkurang frekuensinya. Namun wanti-wanti mengenai dirinya terus ada dan berubah seiring berjalannya waktu, bervariasi.

Itu sudah
Berpuluh tahun lalu.
Mungkin sekarang ia telah jadi hantu sungguhan, atau ada perwujudan Sundari-Sundari lainnya?

Tidak masuk akal, ya?

Aneh, omong kosong, isapan jempol.

Kalau dipikir lagi, bukannya dunia ini selalu penuh omong kosong dan tangis dalam gelak tawa?
Brianne Rose Feb 2015
Anti-"Roses are Red, Violets are Blue" poems (3 total)

1) Roses are Red,
Violets are Blue,
I thought of this in bed,
So here is your clue,
Just for today,
All i have to say,
Is, "Adu".

2) Roses Are Red,
Violets are Blue,
I thought of this in bed,
Now listen to this clue,
For longer than today,
(I am glad to say),
That my subject of Ridicule,
Is You!

3)Roses are Red,
Violets are Blue,
Why is it that only in bed,
That I can I think of you?
Perhaps because until it is otherwise said,
I am not very good for you,
So for now I must bid thee,
"Adu".
Correct me if I'm wrong, but when I wrote this I believed adu ment goodbye.
Baby blue got lost in the river.

down at the bottom only spine would shiver.

The quake was so endearing lost her veiw of the past

And she fell into the ocean river couldn't last.

baby blue filled with bruise said she had nothing to loose.

baby blue was a liar.  who fell into the fire.

Baby blue met a man said he'd try to under stand.

But she had nothing left to give, lost it all in the fire.

needle in her skin try to climb higher.

Baby blue still had her man, who staid  to understand

he said she had to put out the fire. Try to regain life desire.

what a mess that she had,  been burnt pretty bad.

The fire was still burning, but the embers needed nurturing...

baby blue had nothing left for them.

all that was left was left  for him.

stomped out the coals.

bid adu to lost souls.

Baby's got a new fire. and it burns for lifes desire.
Lindsey McCarty Mar 2010
Don't wish to be remembered for something i'm not,
Or forgotten for the honest of me,
I want to walk tall, be known by the all,
And not fake what the world and I see.

What I am is not broken or wearing,
I'm not one who's known for a crime,
I am the one in the crowd, who would scream it aloud,
That this life is a privelage, and is granted one time.

Where and if I shall live this born beauty,
And pass on to the life after now,
My past yearns to live long, with my mem'ries shared strong,
For my life's adu, take a bow.
Delton Peele  Aug 2020
That is
Delton Peele Aug 2020
Rain
Pains
Cold chains around my neck Rob me
of my dignities
Im Rodney Dangerfield
not only can I Not
get any respect
I cant even get a ******* rain check
damage control in effect
im a wreck and can you hear me
I think Im major Tom
and here am
I floating in my tin can
rather be a
chim
pan
zee
Pursuing all my efforts
In vain
Ev  er   ree  thang I do
Is what I was tryin not to do
a when I'm almost finished
I need some time not doin
an I look behind
I see some fool undoin
all the knots
I used to keep it all together
now are loosening
and as im
drifting
at around 120
an Im
accelerating
an im
trying
to gain a
better view
a new
way
of seein
whats happening
an im
changing
my
way of
thinking
instead
of saying
we got kicked
to the curb
how bout we sayin
weve been
set free
put all that ****
youve learned
put it up
nicely
in the rear view
mirror
flip it the bird
whistle whistle
hieeyahhh
were so outa here
like
like last year
ladies start your
engines
hes off his leash
and running
on false pride
denial
not in his right mind
has no idea what hes dooin
lets see who
can ruin him
this time
wheres the nachos?
shhhhhh
quiet
the shows starting
annnnnnn
back to you
Delton
oh well thanks
for the intro
a-hole
dont mention
it
friend
it is what it is
without further adu .....
lets do this
lost and lonely
if only i knew
everyone could see right
through my disguise
the wells of my
eyes
swelling
Oh .....
Swell
Life goes wrong
im gonged of the
gong show
again
and
things are getting
a little
blurry
I can barely see my friends
They look like they are all  doin well
I'm just so happy
Secretly
My strife goes on
posture imperfect
feelin like a chump
walkin circles
slumped
lookin like a derelict
talk about a half wit
bop bop bop
shoowap
talk about
bop....op
shoowap
talk about him
shoobie doobie
doo wap
dip dip

******
ok ok
enough already
he gets it
dumb dumb
does
he ?
$#¤<CUT>¤#$
AAAAAAHHHH
spank you vury much
myyyyyyy dear
I.......llllll
take it from here
facing down
pacin

Digging for

change
And saying
I have paid this toll too many times
This time I want the lead roll
Knaw what I get
instead
excuses
an
Regret I said it
Cause  I got my agent bret  
feedin me a ballogna
samwich
Tryin to console me
Given me council and
acting all
condesending sayin that time takin it's toll on me
oh really
is that what you think
let...... me.... .....show.....
you.
something
I've kept well pretty well thinking
Eventually Ill have to  run a bit
ya know
ta catch up on
things
****
not right now
f
though
cause my curtains calling the sun's falling
And now I'm in the sand running into the wind
And  the waves are crushing
I'm trying to break free
I get drugged back to the next one
That's reality or
Am I just tripping
And im

sittin
at
Malibu sippin on ***
Surfen.....
an lookin at the world..
Smillin ........
Throw in up dueces
ahhhhhh YA
BABY
truth is
i wasnt meant for this town
this world was meant for me
And ya .............
No I'm drowning in urban turbidity
Mistaking my youth lacking maturity
Someone keeps slapping me I brush it off smilling cause
im
cocky
I'm still big
enough
bad boy tough en rough enough
more like
heeees a huff en puff
whos the one who gets blamed
when things get tough
always does everything
and its never
enough
No one wants to try me
I'm  laughing
Thats immature ity or of me
I'm not sure
Hmm
Let's see.
Actually while I sit here debating
The tides taking me
Washed up I'm told
Unstable.
Stupid fables
I'm still able
Try me
Sometimes lately I can't get a gig
Even when I say
Aye I 'll work for free
Pockets empty
But still Rollin
Never rolled on anybody
I just got rolled I'm empty it fucken hurt me
I'm out
I fold
Leaving the table owing
The sharks morphing into vultures
Circling the desert sky above me
Scolded
Bought sold
old
Was been
Fear I'm afraid has started setting in
No taste I'm jaded
Gave all my best years to Jezebell
Who barely remembers me
Dazed
Dismal
Dank rank overlooked
Forgotten
Booked
Broke
Rotten rope
Spent my last dime on a broken
Boat sank
Starving no appetite
Lost fight
Karmas's bite
Tunnel no light
Funnel
I
N
G
D
O
W
N
Clown
Frown
Unclean
uneven
grievin
even given everything
I'm not playin
No thats ok
You go on
It's alright
I'll stay
No no
Don't wait a whole minute for me
You're barley gonna be a  hour early
You're what's important
You don't need me
I'm fine  
Dont be absurd
I dont want to be  burden
Can't get a word in .........
Ever.......
Ever
Everrr
Everrrrrrrrrr
Evvvvverrrrrrrrrrrrrr
Interrupted oh thats ok I'll do me later what do you need
Interrupting oh every body is waiting on me
I'm sorry IV just been so busy doin all y'alls things
I was just tryin ta give ya snore time channel surfing on tv
I'll work harder forgive me
Hope this doesnt interfear with you big plans of sleep in all day
Don't worry I'll work quietly
Decaying wailing
Waiting for the Boatman
No recognition in the reflection
Within the last trinket of treasure
Comforting  tether from a more pleasurable past
Time lent isn't coming back spent on the wrong things
Finnaly I get the feeling I'm no longer falling.
It's a definite maybe it's dark
Atleast I can walk I think I'm alright I can start healing
Ya right the floor just dropped out on me
Last reflection I reckalect  I'll see
Deplorable out cast naked empty
Groveling,used to be somthing
Stagerrin around hands in my pockets looking down
Rummaging through my own trainwreck
Exacerbating
my dreams and retirement tossed
Into the muck out of a bucket of slop
And feel bad cause I waisted your time
Whining about being
That pearl in the swine snout
Mateuš Conrad Jun 2017
just one song,
        in all honesty...
                  sādé's (excess,
   i admit) -
   (sade, sad days,
   however you
   want to accent it)
      smooth operator.
clearly you don't
pronounce that as
   marquis de sad(e)...
more, like a
          shade...
and if
    sade adu (the singer)
isn't a bit like
   claire forlani
   (the actress, meet joy black)
with that quasi-asian
     squirm / i'm ****** /
i just woke up /
           day-dreaming /
              i'm feeling sleepy
look in their eyes...
  then i'm also colour-blind
    the song title is a
give away anway.

— The End —