Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Amira I Jun 2020
Jemariku bergetar saat menuangkan isi hati dan kepalaku kali ini.
Entah sudah berapa purnama ku lewatkan tanpa berada di bawah atap yang sama denganmu.
Bertukar suara via telepon genggam —yang hanya secuil dibanding dengan waktu duapuluh empat jam— pun ku sudah lupa rasanya.
Namun satu hal yang pasti, bagian darimu akan selalu jadi bagian dariku.
Akan ku bawa sampai ke ujung waktu.
Mungkin aku akan pergi lebih dulu, atau mungkin engkau? Tak ada yang tahu.
Semoga Tuhan tetap melindungi, di mana pun kau berada sampai nantinya kita akan bertemu kembali.

“Namamu jadi rahasia, dalam diam kan ku bawa; mendarah.”
–Mendarah, Nadin Amizah
Terinspirasi dari lagu Nadin Amizah berjudul Mendarah.
Penunggang badai Feb 2021
Akhir memaksa hadir di sela-sela kisah yang sementara kita bangun dengan asa—tanpa aba-aba. Bersamanya getir, menetapkan takdir dari apa yang tak pernah kau dan aku amini sebelumnya. Mengaburkan fungsi intuisi, hilang arah semua kata demi kata dalam kepala. Membekukan imaji, runtuh semua rasa dan karsa.

Ditengah terombang-ambingnya alur cerita yang kita garap, kau tetiba menyerah dan berhenti berharap.

Menanggalkan semua mimpi dan asa, biar berserakan di atas meja tanpa perduli akan masa depan cerita. Meninggalkan aku, yang pernah menjadi ruang bagimu menuangkan ide perihal apa saja yang kau cinta.

Adalah karenamu, duniaku kembali berputar.
Adalah karenamu, aku belajar menulis tentang rasa.
Adalah karenamu pula, aku mencoba mengartikan perihal cara mengikhlaskan.

Dan mungkin itu sebabnya—tanpa sadar, kau juga mengajarkan soal kedatangan dan kepergian. Hadirmu menghentakkan semestaku untuk bergerak dan mesti beradaptasi. Tanpamu semestaku berusaha untuk terus berjalan tanpa harus kembali berhenti.

Aku mencoba bertanggungjawab atas apa yang telah kita mulai. Mencoba menantang badai meski hanya berteman bayangan diri sendiri.

Peran menulis naskah cerita kini sepenuhnya milikku, yang dulunya adalah tugas kita bersama. Terus melanjutkan dan memikirkan penyelesaiannya—meski tak ada lagi peleburan ide kita didalamnya.

Semua yang rumpang akan rampung, sedih akan berbalas bahagia pada akhirnya. Waktu adalah saksi, upaya dan sabar akan menjawabnya. Belajar bangkit dari keterpurukan, hadapi dan rangkul baik segala kenyataan.
hey it's b Feb 19
Hai, sudah lama rupanya diri ini tidak mencurahkan segala hal yang ada di kepala nya melalui platform ini..

Karena selama ini aku mempunyai diary berjalanku yang kini sudah berpulang ke pangkuan yang Maha Kuasa

Rupanya, dan ya memang aku kembali menemukan diriku yang berkelut dengan kata demi kata yang berisik di kepala nya

Sebagai bentuk coping mechanism nya aku menuangkan melalui untaian kata, dan mungkin aku mulai menulis lagi? Ntahlah

Aku mulai sajak ini dengan..

Mengisi takdir baik untuk diriku.

19/02/2024
Griefing phase

— The End —