Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Di satu sisi aku ingin mengaburkan batas raga antara kita
Menggagalkan objektivitas yang tersurat
Sehingga berdua adalah entitas jiwa yang ideal dan bermakna

Di satu sisi aku ingin menghukummu
Merobekmu hingga berkeping-keping
Menghilangkan eksistensimu agar kau tak memenuhi benakku

Di satu sisi aku ingin membimbingmu
Meniti sehelai rambut menuju altar suci
Bermandikan mentari, kita adalah makhluk yang paling dinanti

Di satu sisi aku ingin mencabikmu
Menikam segala urat nadi yang berdetak
Beriringan dengan debar jantungku kala visimu terbayang olehku

Di satu sisi aku ingin bicara, di satu sisi aku ingin menerkam
Menertawakan humor renyah gestur yang kikuk dalam bertindak
Hanya dengan menyakitilah aku dapat mengungkapkan
Perihal aku candu akan dirimu
Kepada Pria yang menjadi Psikedelik Pribadi-ku selama tiga tahun.
D Apr 2019
"Dalam segala manis dan tragisnya perkawinan,
Kami sebagai perempuan, mati berkali-kali
Dan lahir pula kembali—
Tentu juga berkali-kali

Disaat kau menyaksikan puluhan katup bibir yang mengatakan “Sah.”
Disaat itu pula,
Kau seakan disadarkan
Bahwa kau tak lebih dari pisau yang harus terus diasah

Bukan supaya tajam untuk dapat menikam,
Namun supaya siap mencacah manis-pahitnya peristiwa kehidupan menjadi dadu-dadu kecil
Lalu menanyakan untuk menyerapnya kembali
Untuk diri sendiri

Kau,
Mati dan lahir lagi,
Bukan sebagai isteri,
Namun seutuhnya sebagai wanita yang mengayomi
Sampai akhirnya kematian itu berdiri di depan pintu
Untuk menjemputmu lagi

Disaat kau duduk dan melihat pandangan puluhan manusia
Yang seakan-akan mengatakan,
“Berpandailah dengan urusan dapur.”
Mereka dengan bodohnya menutup mata kepada fakta

Bahwa sekarang, kau adalah busur
Yang dengan senantiasa akan mengarahkan kemana anak-anak panahmu melaju
Kau, bertulang rusuk dan adalah tulang rusuk
Bukan tulang rusuk dari lanangmu,
Namun dari rumah segala rumah

Disaat insan keci itu menangis lahir,
Disitulah Tuhan dengan segala kuasa-Nya menyemukakanmu
Dengan kelahiran yang absolut.
Mutlak. Nyata. Tanpa majas atau embel-embel.

Kau, bukan hanya wanita bersusu yang menyusui;
Walau serapanmu terhadap puji-kejinya kehidupan
Akan juga diserap oleh ‘anak panah’ mu
Melalui air susu dan tutur katamu

Disaat kau melahirkan anak manusia,
Tentunya tanpa tanda tanya,
Kau betul-betul
Lahir kembali."
Diadema L Amadea Aug 2019
jarak ini amunisi,
yang membuat rindu melesat meledak di dadamu.

sedang tombol 'qwerty' ini seperti belati yang menikam kata kata rindu tajam ke ulu jantungmu.

— The End —