Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Oct 2011
Palembang, Selasa 21 Juni 2011


Aku punya mimpi mulia
Butuh seribu tahun tuk menggapainya
Ku tak serius, hanya mengira
Karena ku selalu tak sempurna tuk jalaninya
Hingga betisku biru
Lututku lecet
Bobot tubuhky berlipat
Sampai pikiran ku sangat terbebani
Hanya dapatkan phobia sesaat
Saat api kulihat di mata tepat
Mulutku kelu ludahku kering dan aku berkeringat
Dan tersadar tak satupun peduli aku di malam pekat
Ingat hanya aku tahu semampunya
Tak buktikan apa-apa yang telah ku buat
Orangpun merendahkan aku bagai tersiksa
Tak bisa ku membela sendiri karna tlah telat
Sadar-sadar di hari nan senja
Bahwa ku makan hanya sisa saja
Ku terima karena ku akui aku memang suka
Berharap perbaikan akan datang mangubah semua
Nama-Nya selalu ku sebut di setiap masa
Meski aku dan Dia tahu bahwa aku masih salah
Namun salahkah aku masih ingin dicinta?
Kepalaku berat bagai hampir tak bernyawa
“Kalau kau tak percaya karena Tuhan tak tampak, manifestasikan saja abstraksimu dalam sebuah tindakan yang membuatmu yakin bahwa permohonanmu akan sampai. Seperti menggantungkan tulisan doa-doamu dan menerbangkannya dengan balon.
Kau tahu itu bodoh, tetapi ada sesuatu yang lebih bodoh.
Yakni tidak mempercayai sebuah harapan,
Serta usaha orang-orang untuk menggapainya.”
Kepada Pengejar Mimpi;
dan doa apatis bagi siapapun yang menghina usaha

— The End —