Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Oct 2011
Sabtu, 14 Agustus 2010

Sekarang jam 1.21 pagi
Ku masih di ruang TV yang sekaligus dapur
Ku duduk di kursi meja makan
Masih tak mau tertutup mata ini
Ku membaca, membahas soal
Sendiri...
Terdengar suara-suara aneh
Kicauan burung, gemuruh atap
Cat cit cut tikus
Suasana, uh, terasa seram

Tapi aku tak peduli
Karena bulan ini adalah Ramadhan
Tak mungkin ada yang terlepas
Namun, kapan aku bisa terlelap?


Created by. Aridea .P
Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Katanya kamu suka warnanya merah jambu bercampur oranye seperti jeruk mandarin kesukaan ibu.
Kamu selalu ceriwis membahas senja ini dan itu.

“Jangan lupa kopi dan puisi! Kita harus merayakan isi bumi.”
Celotehmu.
“Kamu mau kan melihat senja bersamaku?”

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Telah kupersiapkan sekian lama.
Aku rakit sendiri senjaku dengan kopi manis dan puisi cinta yang kau sebut - sebut itu.
Aku merangkai pelan-pelan sambil menghayal bola mata emas yang berbentuk kenari kesukaanku dan lengkung pelangi bibirmu.
Cukup lama buatnya,
tapi senjaku sangat cantik.
Dan sedikit rapuh.
Aku harap kamu senang.

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Tapi kau pergi ke laut dan menjelajahi waktu.
Terhanyut malam.
Aku tidak ada di sana.

Kamu menolak senjaku.
Katamu ada senja yang lebih bagus.



Senja, senja, senja.
Muak dengan puisi senja.
Aku bukan anak indie regional, aku pendengar Ed Sheeran, top 50 ,Danilla Riyadi dan Sapardi !
Aku ya begini begini begini!
Maksud hati tidak menulis puisi emosional. Tapi aku menulis untukmu (bila membaca) dan, ah indie anjing!
fatin Sep 2021
"Jika benar kurangnya dia bisa sempurnakan kamu
Apa kurangku tak cukup?"

Kita di kamarmu malam ini
Membahas apakah semesta masih maukan kita?
Apakah alam masih setuju...
.
.
.
.
10 tahun berlalu pantas
Kita masih belum dewasa tentang soal ini...
Seperti ada sesuatu yg menahan
Tapi tak kau luahkan...

Dan saat itu tak ku kenal lagi permintaanmu
Permintaan yg polos, tapi menghancurkan...

Tapi aku pasti itu mmg benar kamu
Yg susah tuk ku duga
Keras kepala
Amarahmu tak pernah reda
Sayangmu tak kau nampakkan...
Dan mau mu yg tak jelas...
Kamu berantakkan

Halusku sebut namamu... lalu,
"Dunia takkan pernah habis kau jelajahi
Kelak kau kan pertemukan apa yg tertulis buatmu
Semesta juga harus setuju jika itu sudah kehendaknya
Jadi tak usahlah kau risau"

Semakin jauh
Kita tak bertemu lagi.

— The End —