Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
 
Surya Kurniawan Jan 2018
Apathy leads to destruction,
As sympathy leads to prejudice.
Respect, to gains companion,
As forgiveness makes no nemesis.
Esteem attracts appreciation,
From the help and assist.
You owed, so you pays
You vowed, so never betrays.
I've started, now
your turn to changes.
Surya Kurniawan Jun 2017
Putih disela-sela huruf
Mengabur jadi abu
Berhambur diantara buku-buku
Awan dan guntur menyuarakannya
Manusia mengartikannya
Menjadi suatu substansi
Abadi.
Surya Kurniawan Oct 2017
1/
Biasanya aku melihatmu di pojokan ruang itu. Melamun betapa sedih dan merananya jika jadi dirimu. Senyummu usang, sudah selayaknya kau buang. Atau paling tidak, kau gadaikan ke pasar loak. Pertimbangkan, aku bahkan menawarkan diri untuk jadi gerobak rombengnya.

2/
Mengamatimu bagai meneliti susunan arsitektur sarang semut, bercabang rumit walau sekelumit rahasiamu tak terungkit, atau paling tidak cerita masa lalu mu tak pernah terkuak.
Omong-omong, sudah tiga hari aku datang dan duduk di bangku yang sama, bahkan meja dan kursinya tak segan menyapaku dari kejauhan "kawan, mari duduk sini dan amati keindahan". Aku tak begitu paham bahasa furnitur, jadi ku jawab seadanya.

3/
Duduk diam mengawasi kerumunan, siapa tahu kau kembali terlihat, tanpa terhalangi punggung, atau ransel. Pintu maupun kerudung. Jangan bilang aku penguntit, karena aku tak bermaksud buruk. Aku hanya tak tahu apa yang harus ku lakukan untuk sekedar bertukar sapa, atau paling tidak tatapan mata. Menurut ku matamu cukup layu jika tak ada kawanmu yang menemani. Air mukamu tak pernah kulihat benar-benar menikmati hidup merdeka, mereka tetap saja terjajah. Entah karena sedih atau kecewa.

4/
Hari ini kau tak ada di antara kerumunan, tak ada dalam ruang, tak ada diantara rekan, tak pula hadir dalam lamunan. Aku takut telah menculikmu tanpa sengaja dengan tatapan. Aku terus memandang kedepan, mendengar percakapan.

5/
Tak ada. Aku tahu. Tak berharap pula aku akan tibamu di dalam ruang.

6/
Aku mendengar gosip dan rumor, bahwa kau yang di ujung ruang telah berpindah ke lain ruang. Ujung koridor. Aku bergegas kesana.

7/
Hari ini aku berhasil mengejarmu, berbicara padamu. Tapi kau tampak tak senang, dan hanya mengulang kata-kataku. Aku juga tak sengaja menemuimu di toilet. Masih mengulang kata-kataku. Sore ini aku berjanji akan menemuimu di ruang ujung koridor.

Kala itu, dia menghadap cermin. Menyapa citranya sendiri. Di ruang ujung koridor.
Teka-teki yang selalu membuat aku keki
Surya Kurniawan Jun 2017
Jika dingin rasanya untuk meneriaki hujan, betapa basah dan sedih yang dibawanya pulang
Tak usah kau menjeritkan gundah kepada api yang tak sanggup menghanguskan rindu dan pengharapanmu
Jangan pula kau tiupkan dustamu pada angin, karena ia melesat pergi bagai anak panah yang kabur dari busur
Lihatlah sungai yang mengalir, dia akan menghanyutkan laramu diantara daun-daun sesembahan itu.

Alam akan membawamu pergi, seperti air yang meresapi tanah dan membumbung ke angkasa.
Kepada nyala api kecil di ujung lilin.
Surya Kurniawan Oct 2017
Your feet taps around the grass
Hop and jump, melodic dance

Girl across the forest stands
Look upward the sky, cries
What would she recalled at
Her finger flow, points to the constelation far beyond her open arm
And she hop around

Found
A
Broken
Bone

On
The
Sacred
Zone

Then she go to the new home
A place to lay, play and sway
Back to the place
Of
Abandonned
Lake

Dance around the sky
The melody sing
Harmonic of the rotten wood
Smell of the love, she never had
And
Run
The
Entire
Savanah
Bare
Foot
Slide
Down
Fall
Into
A
R­abbit
Hole.

Am I should
Be amazed
To the feet
Of a girl
Who slept
In His constelation?
Surya Kurniawan Sep 2018
Dari dalam diri Dali dan Dada datang menghampiri ke daftar orang-orang mati.
Meyakinkan manusia manapun yang mau mendengar musik merdu melodi mimpi.
Yang lalu lalang bergentayangan malang di terang liang lawang-lawang.
Luapan oli di lobang lintasan lalu lintas layaknya di lorong-lorong lupa.
Obrol diobral, diobok-obok oleh organisasi olahraga oportunis yang jadi objek operasi.
Jalanan yang jelas-jelas jelek jangan dijadikan juga sebagai jaminan judi dan jamban di jaman sekarang.
Sebab itu saudara sekalian sudah sanggup kah simpanan saudara selamat sampai sasaran?
Surya Kurniawan Jan 2018
Two thousand years later
Earth left the sun, further
The moon abandoned, withered
Mars mesmerized, dazzled
The stars I stare, expired
As books burned, darker
Ash morphed 451, warmer

A groomed pairs
Went extinct, doomed
So, the humans could fully bloom
Into dust and tried to fathom
Their corpse was devoured
by Y'sraaj and C'thun
The soul still trapped in the middle
Of autonomous mushroom
So Eiros won't grieve alone
Charmion won't left to mourn
Towards the void ahead
Then slowly
Dead.
Then the 9 billion names of God start to an end. Made it as a tribute to all dystopian movies and books.
Surya Kurniawan Nov 2017
(Palindrome)

"Su, position sum in Animus!"  
"No, it is opus"

"A morning, is a sign in Roma

put in way I am in Anima,"
I yawn it up

"Saw title bar off, or a belt it was?"

"I did wonder evolved demand
Or a rod named Dev?"
"Love red now, did I?"

"Evil stab, as a bats live"
It's a sad attempt to palindrome.
Surya Kurniawan Nov 2017
Tak tahu mengapa tiba-tiba Fatima terjatuh. Orang-orang pikir dia tertidur. Mereka mencoba membangunkan, namun sia-sia. Disentuh dengan hati-hati, tak juga berhasil.

Fatima dengan sepasang burka berkeliling di dunia ide. Mimpi-mimpi yang awalnya ilusi, kini nyata. Dia menari-nari diatas kesedihannya. Fatima mondar mandir mencari-cari sepasang burkanya. Burkanya yang satu dipasangkan di kepala pak Kucing.

Pak Kucing adalah teman yang baik. Artinya dia menemani Fatima dalam ide dan materi. Pak Kucing berkata bahwa Fatima adalah gadis yang cantik. Fatima terharu mendengarnya, tetes-tetes air matanya jatuh membasahi burkanya.
Pak Kucing menghibur, dengan membacakan teka-tekinya;

"Tiba-tiba, orang-orang merasa sia-sia berhati-hati. Mimpi-mimpi kini menari-nari, mondar-mandir mencari-cari tetes-tetes teka-tekinya"
Surya Kurniawan Nov 2017
When I hate the November Rains,
It wets my eyes.
So, I don't hate it.
When I love the November Rains,
It splashed my lies.
So, I just stay.

Farewell, November Rains.
As I leave you,
Please, don't cries.
Surya Kurniawan Jul 2018
Falling down
Head first,
Beneath the ground.
Dust and dirt
Bring me around
Warmth stinged my bones
Laid my body down
Tired and rusted
Once broken, a new one grows
Disposed, and another shows
Destroyed one will be cured
Meaningless one will assured
Things recurred someday'll quit
One falling down, will rose
The ones who grow
A little while ago
Cried and tired a bit.
Surya Kurniawan Jun 2017
Langit memberi kesan
Bahwa kesedihan membawa
Warna ungu pucat di pipinya
Tanpa seorang teman
Tanpa awan kelabu untuk
Berkabung dengan kesendiriannya

Hujan dikenal sebagai pembawa sendu
Namun dia tak datang untuk bersyair
diantara gemuruh guntur yang berkilat
Diantara gemerlap air yang ditangisinya

Langit tetap merindu
Bersedu sedan dan menderu
Memanggil-manggil nama yang tidak diketahui oleh siapapun
Meninggalkan ruam ungu
Diantara pucat pasi di pipinya
Surya Kurniawan Oct 2017
Apa yang akan orang katakan
Kala melihat kasihku mendorong air?
Dimana kukira itu karang
Walaupun ternyata air tergenang
Dan batu tetap bergeming
Lalu kulihat dia mengambang
Di atas beling-beling berkilauan
Kusangka samudra atau genangan lainya
Namun tetap saja riak matanya berkeluk-keluk
Bagai gelombang yang ada di kakinya
Kulihat jemari kecilnya tak kuasa menahan buih dan deru
Jika tak pelak aku yang terhempas
Kalau saja kasihku menolak ombak

Kasihku mendorong air
Aku mencampak karang
Kasihku menolak ombak
Aku menghenyak batu

Bergeming, dan tergenang
Diantara citra atas gelombang
Surya Kurniawan Jun 2017
Dalam ke-tiga ratus empat puluh empat meter per detik kecepatan suara, ternyata tak ada bibirmu didalamnya. Sebab kabar tak lebih cepat dari suara, dan tak lebih lambat dari jatuh cinta.

Apakah mungkin, suara dapat merasuk lebih cepat jika dia merangkak di dalam air mata?

Mungkin juga sebaiknya kita perhatikan bagaimana suara merambat melalui  dua puluh satu derajat selsius suhu udara, menjadi sebuah rangkaian gelombang kata-kata yang melambat dan merangkai dengan sendirinya.

Apakah mungkin getaran suara dapat lebih cepat, jika kulitku tidak menjadi sehangat ini?

Jika kamu bukan getaran suara, lantas mengapa sepersekian detik nama mu bergaung dalam kenangan?
Surya Kurniawan Jul 2018
Spasi
Kamu tak elok lagi
Berganti walau bagaimana pun
Malam tetap Pagi, Hidup atau Mati
Sambil mengangkat gelas tinggi-tinggi
Dan bersulang demi hidup abadi
Tapi kamu tidak mati bunuh diri
Malah asik bermobil ke tiang lengkung
Melambai pada kami dibalik selubung

Kamu bersembunyi dibalik pohon-pohon
Menguntit yang kabur dari hukuman
Meloloskan yang bertahan
Sambil bersin-bersin tak keruan
Berkelakar getir,
Tetap bebal menolak satir

Aku dan kamu beralonim
Sedang kamu berseloroh dengan Elohim
Surya Kurniawan Oct 2017
Sepuluh berkumpul,
Yang tujuh berganti.

Dunia ini masih sangat gila.

Kehidupan tak boleh berbaik hati
Sedang kematian mati dimutilasi
Oleh segregasi manusia waras tak tahu diri

Dunia ini berakhir gila.  

Saking gilanya,
Yang berhimpun terkapar mati.
Tergeletak dipenggal, meninggal
Akal dan luhur budi berganti

Jadi,
Sekumpulan gila mengibarkan selebaran selamat tinggal
Yang lain menggasak grafiti dan vandal
Begundal disisakan termarjinal
Kewarasan mewabah ganas tak terbantahkan

Lalu muncul manusia
Bergerombol berebut botol-botol alkohol
Berharap ikut gila sedikit saja,
jadi mereka tak ikut menderita

Sepuluh gila beraliansi
Yang tiga bertumbuh
Tujuh lainnya berempati
"Who am I? Am I not unique? Maybe I am not here at all"
Surya Kurniawan Jun 2017
Kursi menjadi penghalang
Diriku untuk duduk melongok
Mengintip dalam celah
Dan melihat pantulan wajahku
Di cermin yang ada
Dalam matamu

Pintu menjadi penghalang
Kakiku untuk melangkah kabur
Berhambur kearah cahaya itu
Namun, sepatu apapun
Yang aku pakai
Selalu meninggalkan bekas
Langkah kakiku di pasir pantai

Dan ketika mataku mengerling
Kakiku pun berhenti berlari
Akan ku selesaikan satu hidup ini
Menjadi diriku
Yang benar-benar palsu.
Surya Kurniawan Jun 2017
Kamu berhenti berbicara dengan jendela
Padahal dia mengatup dan terbuka dengan sendirinya
Jika kamu pergi, bukankah pintu mengatakan untuk tidak kembali?
Lalu kamu turuni anak tangga seperti menuruni tingkat kesadaran
Berguling bergelimang bintang diantara remang lampu jalan
Hanya saja kamu hilang tepekur diantara gang-gang gelap hutan

Pertanyaanku, apakah selama ini kamu mengerti bahwa rambu jalan melarangmu untuk berhenti?
Surya Kurniawan Oct 2017
Komedi yang kamu sukai
Haha hihi hangat ironi
Satir paling getir diantara syair-syair
Yang gamang dan anyir
Ayat paling menyayat diantara nubuat-nubuat
Kala nanti kamu dibaiat

Di halaman, mengepul gelembung
Berisi suara, jerit menderit
Masygul berlarat-larat
Sunyi senyap, tak berharap tertangkap
Seloroh yang kerap kau kudap

Tragis, tentu saja
Pantas, hatimu melecur
Panas cerita yang kau ulur
Mampukah dikebiri?
Jangan-jangan kamu puas melacur
Mengangkangi memori yang hancur
Kesana kemari
Menjilat rupa tak terhingga
Menggigil dalam persona mempesona

Tak seperti banyak cerita
Kamu hanya memamah hampa
Tiada terkira
Hingga kamu
Lupa cara bahagia
Semua jalan setapak akan bercabang, lama atau singkat, gema maupun lekat.
Surya Kurniawan Apr 2018
Pertama, siapkan air mendidih
Tuang sebungkus hidup dalam gelas
Lalu, menurut anjuran para ahli
Tambahkan satu sendok makan gula
Berharaplah manis, jika dirasa kurang
Luapkan hidupnya dalam gelas tinggi
Cobalah amati lubernya, lihat saja
Hidup mengalir keluar
Cicipi luberan hidup yang tumpah,
Hayati rasanya yang tajam, aromanya yang pekat, serta partikel-partikel yang asing
Hingga kau tahu, bahwa rasa hidup yang tumpah sama dengan rasa meja
Jika sudah, teguk hidup dalam gelas
Murni, tanpa ada partikel asing di dalamnya
Coba bedakan antara hidup yang murni dengan hidup rasa meja
Aneh bukan?
Memang, jika kau patuh
Hidup akan lebih pahit jika diseduh.
Untuk yang sialnya aku kasihi, seduhan apalagi yang kamu buat?
Surya Kurniawan Jan 2018
An act of withdrawal; isolation
Seclusion and sequestration.
Remote from society;
Solitariness, and privacy
Loneliness; despite not being lonely
Or simply,
You.
Surya Kurniawan Oct 2017
Between you and I
Imagination
Spread the living ghost
Of that honest foes
Coordination
I would never been there
Lonely, sweating joy
In zero three thirty five
Humanoid
Heartbeat like stone-cold void
Phonetical grid are the illicit
Paralleled bars, I hid
Through
Rules and kinetical force
Bounce between
Walls and the vulnerable shield

— The End —