Hiruk-pikuk menjual dirinya Pada hening yang mengekang Ia mulai merindukan Wujudnya
Diam-diam, Diintipnya cermin Yang tergeletak di ujung Taman bunga Sudah sebagian layu, Tua, takhayul, dan Ngeri, Tapi di sanalah satu-satunya tempat Di mana perwujudan Berani menampakkan diri sejujur-jujurnya
Maka dipanjatkannya Beribu pekikan isyarat namanya: Hiruk-pikuk Ramai Gegap-gempita Gelegar.
Dan diintipnya cermin itu Dilihatnya wujudnya: Masih tiada. Ia telah dihilangkan. Hanya ada bising Yang terus bergulir.
Kau tahu dirimu Adalah keberisikan, Siapa suruh menjual diri pada hening?