Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya Untuk bermandikan Seseguk amis
Setelah itu, Ia lanjut merajut Duka Atas air maut Yang tak kunjung jatuh Darinya
Sama,
Suaramu Terdengar kala malam Terisak-isak perih Dan masih berbau darah Tapi setelah kuratapi Sekarang makin legam
Lagi-lagi Suaramu dibebani Pagi yang merekah-rekah Dan pada saat selalu saja, Ia akan tergesa membisu basi Menunggu sambutan gulita
Keduanya tidak sadar Bahwa Mereka saling Beradu pekat
Suaramu tapi Masih percuma Alunannya mengais pedih Langkahnya meringkuk mati Seolah tak tahu Terus tanya Siapakah tuannya
Mungkin Ternyata Memang bukan kamu
Dan di saat seperti ini Gelap biasanya Keluar terbahak Terbatuk Tertatih meracau rindu
Kalau ia lumpuh Dan tak dapat lagi menghentak Suara liar yang kerap Bersenandung pedih Mungkin ini sekedar hantumu Menyanyi Main-main dengan duka malamku