Keberadaanmu tak ada bedanya dengan matahari. Memberikan pendar di pagi hari, menggiring burung-burung datang untuk bernyanyi.
Seumpama matahari, kamu membangkitkan pohon-pohon yang teduh, memberikan aku tempat untuk mengusir peluh.
Menit demi menit yang berlalu di belakang punggungku menyimpan cinta yang kamu pupuk dengan tekun sampai aku mampu menjadi manusia utuh.
Di dalam mangkuk kaca yang kamu bangun, aku hidup tanpa kalut dengan pikiran bahwa kamu akan bersamaku selalu.
Namun, seharusnya aku tahu matahari tidak berpendar seharian penuh.
Dan jika kamu begitu mirip dengan matahari, kamu tentunya meniru siklus terbit dan tenggelam milik sang surya.
Ketika lembayung datang menaungi angkasa, kamu tenggelam bersama sang surya, meninggalkan aku yang melarungkan duka melalui mangkuk kaca.