katamu, aku hanya butuh percaya.
katamu, aku tak perlu menyita waktuku dengan adanya kamu di tiap detikku.
katamu, aku pun sudah fasih memahami isi kepalamu.
dan, ya, aku memilih untuk percaya.
nyatanya, tidak semudah bak sang matahari yang rela menyembunyikan teriknya sepanjang malam untuk memikat sang bulan.
kamu hanya tidak tahu seberapa dalam lukaku, kemarin.
kamu hanya tidak tahu seberapa besar rasa sakitku, hingga saat ini.
entah bagaimana,
entah karena apa,
terbesit oleh pikirmu untuk melakukan itu.
apa ini karenaku?
atau memang suratan takdir untukku?
bagaimana dengan semua katamu?
bagaimana dengan semua percayaku?
semukah?