Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Alia Ruray Feb 2015
Papa sekarang sudah di puncak
Turun kebawah bukan tugasnya.
Mama hanya bisa terseret
Laksanakan tugas seorang pasangan.

Apadayaku yang berada di sini..
dalam, dalam, di bawah tanah.
berteriak jua tak sampai
bisingku tak kuasa menyentuh

Semata-mata mengandalkan kacang;
puluhan bungkus tuk bahagia
Semata-mata mengandalkan air;
puluhan gelas tuk air mata

Mama mengingatkan tuk bersua
Nyatanya bersua itu lemah,
dan anak 16 tahun tidak kuat.
Gaduh, gaduh, gaduh saja bisanya.

Semak pun belukar menjadi-jadi
sebuah bentuk proteksi yang nyata.
Biarkan durinya berfungsi;
bak pedang tuk mereka.
made on 11/11/2014
Nur Almaz Mar 2016
I am your mamak kinda girl,
roti telur, roti planta,
banjir, sambal lebih.

I am your HS Cafe kinda girl,
nasi putih makan,
ayam goreng, kuah campur,
sayur, kentang,
nescafe ais bungkus.

I am your warong kinda girl,
nasi goreng kampung,
telur goyang.

I am your Kelisa manual kinda girl,
anything that moves is fine,
as long as we get there in one piece is good.

But I am also your, "how are you?" kinda girl,
where I expect you to tell me stories,
share insights,
and discuss your day.

I am also your, "random question..." kinda girl,
where I expect thoughts and opinions,
discussions and deep conversations.

I am also your, "tahu tak..." kinda girl,
where I want to tell you my thoughts and opinions,
for us to discuss further in our deeper conversations.

Because I am more than just "that kinda girl".

I am more than an introduction,
or rising action,
I am the ****** to your tale and
I expect a falling action,
which eventually leads to our resolution.

I am a simple girl with simple satisfactions,
but I only have one motivation,
I cannot tolerate mediocrity when it comes to ideas and solutions.

I expect love, power, and compassion,
because it is with you that I expect my conclusion,
which will eventually lead to our next destination,
a new exposition.
GEIGA VIA TANARO Apr 2018
Sore, pasca hujan turun.

Kami menyusuri setapak di pinggir hampar padi demi beberapa bungkus mi.
Seperjalanan kami hanya membicarakan hal-hal kecil yang belum pernah diperhatikan masing-masing dari kami.
Seakan paus di laut begitu penting dibahas dari perjalanan kecil itu.
Kami bawa payung satu-satu, tapi tanpa payung sepertinya teduh sudah hadir.

Kami juga pernah pulang lewat jalan kecil yang berakhir di muka ungaran setelah makan siang.
Dia; temanku menatap nanar muka ungaran.
Wajah kecilnya tersapu rambutnya yang mengikut angin.
Ia teringat teras rumah, teh hangat, dan ibunya yang tiada.
Udara bukan main sejuk, tapi ceritanya bukan main menusuk.

Aku suka petrikor.
Ia selalu berhasil mengundang rona juga lara.
Salah satu anugerah tersederhana yang pernah tercipta seakan hanya untuku saja.

— The End —