Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
KA Poetry Nov 2017
Sore senja
Sunyi
Rindu akan rumah
Ruang hampa

Kedua mata menatap jendela
Terlihat sepasang burung bersemayam
Saling bersenderan
Memiliki sesama

Cemburu akan kehidupan sepasang burung
Naif kah jiwa ini mengelak dari itu?
Rindu akan hal yang mustahil
Mustahil untuk dirindukan.
10/11/2017 | 19.48 | Indonesia
el Aug 2014
Di antara tumpukan bangau-bangau ini, terdapat satu harapan yang tidak akan pernah tercapai.

Di antara tumpukan bangau-bangau ini, tertoreh satu kesedihan yang tidak diketahui siapapun.

Di antara tumpukan bangau-bangau ini, aku mengubur semua mimpi indah bersama dengan setumpuk cerita pahit.

Dan di antara tumpukan bangau-bangau ini, terbesit satu keinginan yang mustahil untuk dijadikan nyata.

Biarkan mimpi tetap menjadi mimpi, biarkan aku tetap diam.

Biarkan seribu bangau menyampaikan kata-kata yang tersangkut di lidahku kepadamu
Karena aku yakin kamu tidak akan ingin mendengar suaraku lagi.
Aridea P Oct 2012
Palembang, 21 Oktober 2012

Maaf kalo aku masih cengeng
Maaf kalo aku belum bisa mengontrol emosi
Tapi aku bener-bener ga kuat
Di kala hati ingin berhadapan dengan dia
Jemariku tak kuasa tuk menari di atas keyboard
Mengetik namanya, melihat fotonya
Menahan rasa malu yang ku bangun sendiri
Menahan rasa kembali ingin mencintai
Melawan pikiran yang berusaha tuk melupakan dia

Tetapi aku mengikuti rasa yang sangat ingin
Keinginan yang mustahil
Keinginan yang seharusnya tak ada di hati
Keinginan yang seharusnya aku sudahi
Keinginan yang sudah sepantasnya tuk mati
Tetapi, malah semakin kuat setiap hari

Aku menangis lagi,
dan itu sering
Maaf sekali lagi
Safira Azizah Oct 2018
katakanlah, aku celaka
tersandung ke dalam lumbung asmara.

                                    celaka kah aku
mengendap-endap di bawah rumah mu?

katakanlah, aku terkutuk
seorang yang tak diundang
tak semestinya duduk di ruang tamu.

                                 terkutuk kah aku
membubung asa di atas hampa?

                 sadarkah aku
        sedang menanti sekarat
           dan karamnya harap?

dan ku akui,
aku ini binatang keparat
--berharap dua cincin akan enyah jua dimakan karat.


sampai jumpa cinta masa muda,
aku akan menanti di ujung tua
menyesal, sembari menatap
harap dan nyata
mustahil bersua.

maafkan aku menunggu hingga renta,
tak lain karena dirimu di relungku, sintas.
based on a woman who waited in her whole life, to marry someone she loved dearly.
Sundari Mahendra May 2017
Sejak kecil mereka aku kasihi dengan sangat
Tak boleh ada  masalah dan persoalan yang didapat
Aku memberi yang dibutuhkan
Walau kadang agak dipaksakan

Melalui hari-hari sekolah kalian ku bimbing
Melalui waktu-waktu susah kau ku bina
Mengarungi saat-saat penting kau kutemani
Tak ada saat dimana kau kutinggalkan

Masuk masa perkuliahan kau dapatkan
dimana kau ingin melanjutkan pendidikanmu
Walau seakan mustahil tapi Tuhan memberi
itulah yang aku ingatkan

Masa perkuliahan kau jalani juga gadisku
Pergaulan yang susah kau lewati
Kau dapati teman-teman sendiri
Yang memenuhi hari-hari yang dilewati

Kau dapati juga seorang jaka
Yang kau suka karena berbeda
Pandai dan dapat dipercaya
Kau kenalkan dia sebagai pacar
Sundari Mahendra May 2017
Sejak kecil mereka aku kasihi dengan sangat
Tak boleh ada  masalah dan persoalan yang didapat
Aku memberi yang dibutuhkan
Walau kadang agak dipaksakan

Melalui hari-hari sekolah kalian ku bimbing
Melalui waktu-waktu susah kau ku bina
Mengarungi saat-saat penting kau kutemani
Tak ada saat dimana kau kutinggalkan

Masuk masa perkuliahan kau dapatkan
dimana kau ingin melanjutkan pendidikanmu
Walau seakan mustahil tapi Tuhan memberi
itulah yang aku ingatkan

Masa-masa kuliah kau jalani
Walau banyak protes sana sini
Karena inginkan sesuatu yang lebih lagi
Kau salahkan kami

Lulus sudah kuliahmu nak...
Kau sandang gelas sarjanamu
Pakailah itu sebagai modah untuk hidupmu
Memasuki dunia kerja yang baru
Megitta Ignacia May 2019
Lunas sudah
selepas kutelusuri
segenap
frekuensi relatif
tak bersisa
aksiku menghadang dirimu.

Bukan khayal
angsa anggunku
satelit jiwa kala lampau
heranku dibuatnya
gamblangnya usaikan
cerita.

Benarkah
kesembronoanku?
Dambaku, kau tanya nalarmu.

Buram rekamanku
namun tak lagi
ada inginku berceloteh
per kau lempar ke kolong
tak beri sela kompromi.

Mustahil pudarkan rasaku,
hanya pikiranku,
luruh binasa.

Setakar janjiku,
ini kali terakhir aku datang padamu.

Makasih ya
Kini, aku berhenti mengugat
walau tanganku bergetar pelak
Tuhan buat yang baik menyeruak
kutenang, tak lagi koyak,
toh jika baik, kembali dipersatukan kelak.
demikianlah.
akhirnya kulepas juga genggamanku.
210519 | 14:42 PM | meja kayu bundar
Setelah berdoa sepanjang malam dan pagi, akhirnya memutuskan kirim pesan lewat nomor baru, nothing to lose. Aku tak akan pernah tenng kalau tak begini, akan kuusahakan apa yang kubisa, daripada diam menunggu & menebak-nebak apa yang ada di kepalanya. Janjiku, ga masalaj jika hasilnya bukan seperti apa yang kuhendaki, yang penting udah kucoba perjuangin. Untuknya yang memilih menjauh, kenapa bergegas segitu cepat? kamu pakai ayat-ayat kudus menyakitkan, karena akupun menyerahkan semuanya ini ke tangan Bapa yang mengirimu padaku. Kali ini, ini yang terakhir, aku doakan yang terbaik bagimu. Makasih untuk 7 tahun ini, agar kau tahu sampai saat ini hanya kamu yang kubiarkan masuk ke pintu kehidupanku I put 110% jiwaku ke kamu, di bali ini kalo aku liat makanan enak aku mikirinnya kamu, gimana caranya biar aku bisa buatin itu buat km pas berkeluarga, walaupun mungkin sebaliknya aku justru suam-suam kuku di semestamu. Sampaikan salamku pada keluargamu, aku pamit, maafkan apapun kesalahnku padamu. Semoga suatu saat nanti pintu silaturahmi yg kamu tutup itu, bisa jadi baik. Entah.
Sundari Mahendra May 2017
Sejak kecil mereka aku kasihi dengan sangat
Tak boleh ada  masalah dan persoalan yang didapat
Aku memberi yang dibutuhkan
Walau kadang agak dipaksakan

Melalui hari-hari sekolah kalian ku bimbing
Melalui waktu-waktu susah kau ku bina
Mengarungi saat-saat penting kau kutemani
Tak ada saat dimana kau kutinggalkan

Masuk masa perkuliahan kau dapatkan
dimana kau ingin melanjutkan pendidikanmu
Walau seakan mustahil tapi Tuhan memberi
itulah yang aku ingatkan

Masa-masa perkuliahan kau jalani juga nak...
Ada rasa berontak yang tak terperi
Ingin mencoba dunia seni
Dimana banyak hidup berseri

Tepuk tangan dan kata-kata manis
Kau terima dengan senang hati
Untuk kebanggaan diri pribadi
Untuk kejayaan yang kau ingini
ZZ Mar 2018
TANDUS

Ketika kamu sudah mulai terbiasa, apa yang bisa memaksa?
Segala bentuk, bahkan segala hal yang buruk rupa Yang kau benci pada mulanya
Sekarang kau menikmatinya, bukan?

Apa yang tumbuh di dalam sana?
Di tanah yang mati kelihatannya.
Yang tak pernah berharap ada biji yang tumbuh disana
Tak ada buah yang diinginkan Hanya tanah tandus tanpa harapan

Betapa hebatnya waktu, bermain diatas hati manusia.
Mencoret, daan sekenanya menghapus tanpa mengizinkanku untuk memilih.
Kenapa tanah itu tak terus tandus saja?
Entah dari mana datangnya biji emas itu.
Yang hanya menimbulkan keserakahan dan kedengkian hati manusia.

Cuma aku sekarang disini.
Diatas tanah subur yang dulunya tandus Ditengah bunga bunga yang sedang merekah.
Jadi gagak hitam yang mematuki biji emas.
Antara berusaha mengukir emas dengan paruh tuanya
Atau berpikir emaslah sisa hidupnya. Dua-duanya mustahil.

Tanah yang tandus itu sendiri, tak juga bergeming dari bubungan harapan.
Menanyakan ketulusan, dimanakah letaknya?
14 Dec 2014,
juga dipost di halaman www.tintaqabila.wordpress.com/poems
stephanie Jul 2020
(Disclaimer: gue udh lama ga nulis jadi maaf ya kalo aneh he he he)

6 tahun. Itulah lama kita berteman.


Umurmu 14 tahun ketika kamu menyapaku dan mengajak berkenalan di ruang kelas 8B. Namamu bagus, Thevin. Tapi entah mengapa orang disekitarmu memanggilmu Ncek. Akupun mulai mengenalmu sebagai Ncek, teman pertamaku di kelas itu. Entah apa yang membuat kita menjadi akrab; aku yang sering memintamu untuk menemaniku berjalan ke Citraland sampai kamu jatuh sakit, atau kamu yang sukarela mengambil novelku yang dibuang ke tempat sampah oleh Pak Eko.

Umurmu 16 tahun ketika kita kembali berteman. Diujung masa SMP (dengan bodohnya) kita bertaruh untuk tidak berbicara lagi setelah lulus. Namun lewat Aji, kita memutuskan untuk berteman lagi, bahkan jauh lebih dekat dari sebelumnya. Kamu melindungiku dari patah hati dan aku mendengar kisahmu mengenai hatimu yang patah.

Umurmu 19 tahun ketika persahabatan kita terasa retak. Aku yang terlalu rapuh dan kamu yang menjaga aku dan dia secara bersamaan membuat semuanya semakin mustahil. Sahabatku menjadi sahabatnya; hal itu terngiang-ngiang didalam kepala. Aku memutuskan untuk menjadikanmu musuhku, orang yang sepihak dengannya. Padahal kamu hanya ingin menjadi sahabat yang baik bagi kami berdua.

Sekarang, umurmu 20 tahun. Kamu bukanlah orang yang sama seperti Thevin yang mengajakku berkenalan 6 tahun yang lalu, namun rasanya kamu masih familiar. Kamu terasa seperti kota Jakarta yang terus berubah namun aku tau aku akan selalu pulang ke rumah.

Dirgahayu Thevin. Selamat datang di masa dewasa.

Dimana kamu akan tertawa lebih keras bersama teman-temanmu. Bercerita lebih banyak kepada ibumu. Berusaha lebih sabar menjaga kedua adikmu. Berbicara lebih dalam bersama ayahmu. Menangis lebih banyak karena masalah yang menimpa. Memaafkan diri lebih dari menyalahkan diri.

Semoga tahun ini seorang Thevin dapat lebih mengenal dirinya sendiri!
Reza Septian Oct 2020
Dalam tidurku
Masih kucumbu bayang-bayangmu
Yang takk sopan datang bertamu tanpa beritahu dahulu
Pesona hitammu menghantui pikiranku 
Rasa ingin menggenggam, mencium dan merasakan(mu)
Walau hanya bayang semu

Kali ini aku tidak ingin memikirkan apapun
Tidak juga tentang(mu)
Untuk apa memikirkan hal mustahil dimiliki

Kini setapak dua tapak terjajahi 
Selalu menjadi penenang hanya kopi 
Pahit, 
Tapi aku lebih suka yang demikian,
Tanpa pemanis, 
Sebab 50% kemanisan hidupku 
Dibawa pergi bersama bayangan(mu) yang semu.

— The End —