“puisi itu hanya enak untuk ditulis, bukan dibaca”
“hah, egois sekali, terus siapa yang mau baca semua puisi yang sudah kamu tulis?”
“bukan begitu, maksudku puisi itu kan ungkapan hati penulisnya, dan ketika kita membaca puisi, kita harus selalu menebak nebak apa arti dan makna sebenar benarnya dari puisi yang kita baca. melelahkan”
“lalu apa bedanya dengan hidup? inti dari hidup juga mencari makna sebenar benarnya kan?”
“memang tidak ada bedanya, sama sama melelahkan”
Percakapan di sepanjang Jalan Matraman yang membuatku tidak pernah membaca puisi apapun dengan cara yang sama lagi