Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Coco Nov 2019
Hari ini aku merasakannya
Aku kira tidak akan secepat ini
Ternyata aku keliru

Terbesit rasa untuk berbagi
Berbagi ruang dan waktu
Berbagi tawa
Berbagi kesedihan dan kekecewaan

Aku yang tak ahli dibidangnya
Merasa diperbudak
Akal sehat ku tersisihkan
Padahal, sebelumnya aku seorang rasional

Batin bersorai bersama aku yang keliru
Menelan pahitnya kata yang tak terucap
“Apa aku mulai merindukannya?”
Aku tidak tau pasti
Tapi yang penting,
aku sudah memasukkanmu kedalam jurnal pikiranku
Dan itu berarti kau akan menjadi orang penting bagi ku
Aridea P Jul 2012
Palembang, 26 Juni 2012

Sayang, aku akan menjadi matamu ketika kamu tak mampu melihat
Sayang, aku akan menjadi telingamu ketika kamu tak mampu mendengar
Sayang, aku akan menjadi hidungmu ketika kamu tak mampu mencium
Sayang, aku akan menjadi bibirmu ketika kamu tak mampu bicara
Sayang, aku akan menjadi jarimu ketika kamu tak mampu menyentuh
Sayang, aku akan menjadi kakimu ketika kamu tak mampu melangkah
Sayang, ambil jantungku ketika punyamu tak mampu memompa
Sayang, aku ingin berbagi nafas ketika kamu tak mampu
Sayang, aku akan berbagi tempat dengan mu di sampingku ketika tak satupun menginginkanmu
Aridea P Oct 2011
Jakarta, Minggu, 13 Mei 2007


Dulu sebelum aku dan kawanku merasakan dunia
Ku lewati dulu masa-masaku yang suram dan kelam
Namun... setelah Tuhan menegurku
Ku tinggalkan semua kebiasaan burukku

Aku dan kawan-kawanku
Tersentak akan suara adzan itu
Kami pun mencoba menjadi orang yang beriman
Kami pun terus melewatinya

Sampai... kami telah menemukan rasa dunia
Kami telah menjadi orang yang berkarya dan beriman
Namun... kami pun tak pernah melupakan masa dulu
Yang penuh kesengsaraan

Semua... itu kami ungkapkan dalam sebuah lagu
Yang berisi tentang suka-duka yang kami lewati dulu
Semoga... cara kami ingin berbagi cerita
Akan sukses dan dapat di terima semua orang
T'lah kumiliki nurani bopok dan renta
Warisan ibu ayah
Membungkus kasih, dengki, segan,
damai, resah, amarah
Begitu bancuh dan arau

Sang aku berbagi pada kekasihnya
Sosok gagah terpercaya
Aku dan gagah melanglang
Beriringan menggandeng nurani
Nurani amat bahagia
Demikian puas ceria

Hingga sosok gagah itu mulai muak
Jemu, bosan katanya
Menghempas jemari aku
Dan mencampakkan nurani serupa buangan
Cakapnya aku bersalah
Tak jago mengenyangkan

Tak tega setilik pun menengok nurani
Menepis muka, aku bertanya
"Apa nurani tak apa-apa?"
Dengan terisak, nurani menyinyir menjawab
"Terlihat nestapa dan pilu dari matamu
Aku tak seberapa
Pikirkan saja dirimu"
Terinspirasi dari C.S Lewis: "To love at all is to be vulnerable"
Klo Sifa Sep 2015
dan kamu selalu berhasil menemukan cara paling tepat untuk membuatku tersenyum, terdiam, terluka. kadang ada jeda waktunya, kadang dalam saat yang sama.

mungkin itu tanda signifikansimu di hidupku.
mungkin itu tanda aku yang semakin tak mampu.
mungkin itu tanda aku semakin mencintaimu.

just a mere sight of you brigthen my day.
just a mere sight of you darken my day.

sebut saja aku serakah.
aku memang tidak bisa berbagi.
sebut saja aku egois.
rasa sakit ini begitu nyata.
membuatku tak sanggup tak buang muka.
dan pergi meninggalkanmu sebelum semuanya terbuka.
sleepy, dazed, but still in love with you.

the first day that I admited that I lava you
Sundari Mahendra Mar 2017
Selamat ulangtahun anakku
Sudah dewasa kau kini....
Bertambah2lah kau bijak
Pandai2lah kau bergaul
Biarlah ucap dan lakumu baik
Orang akan memperhitungkan engkau

Selamat ulangtahun anakku
Dewasa bukanlah jumlah umur
Bukan pula besar tubuh
Apalagi tinggi badanmu
Rendahkanlah hati
Berbagi dan peduli yang lain
Itulah dewasa yang sesungguhnya

Selamat ulangtahun anakku
Terbanglah tinggi setinggi citamu
Lepaskalah segala belenggu
yang mencekam dan menahanmu
Untuk maju dan maju
Menapak dikesuksesan yang menunggu

Selamat ulangtahun anakku
Ingin kuucapkan kata2 ini
Sampai usiaku tinggi
Menggapai Sang Khalik
Dhia Nada Feb 2017
Lahir dan besar di desa yang bisa dibilang sangat sejuk
Tumbuh dengan aman, nyaman dan bahagia
Bermain ke ladang, kebun, sungai, bahkan hampir seperti hutan
Selalu aman dan tetap jauh dari bahaya
Teman-teman berdatangan ke rumah untuk bermain dan berbagi cerita
Berkumpul seperti keluarga besar
Lalu aku pergi dari desa dimana aku dilahirkan dan mulai tinggal di tempat yang baru di desa yang baru dengan situasi yang berbeda
Aku tumbuh disana dan mengenal berbagai pembaharuan
Hari demi hari hingga bertahun-tahun aku menyaksikan berbagai perubahan
Dimana banyak perubahan yang sulit dipercaya
Hampir segala sesuatu yang aku lihat dan alami sulit dipercaya
Hingga timbul perasaan tidak nyaman, gerah, takut, sesak, terancam, tertindas di tempat yang ku sebut rumah
Rumah, bukan bangunan yang aku tinggali
Tapi disini, di tanah aku berpijak
Semua sudah tak lagi sama
Hingga muncul dalam otakku
Haruskah aku tinggal atau aku tinggalkan?
Rumah,
Aku merindukanmu
adorating Jun 2019
Yogyakarta, 16 Juni 2019.


Temanku tersayang,

Mudahnya begini, aku tidak akan pernah berhenti mengucap syukur atas hadirnya kamu di hidupku. Dari perhatian kecil yang kamu berikan hingga tetes air matamu yang jatuh ketika aku terpuruk, ikut merasa sedih atas apa yang aku rasakan. Mungkin aku dan kamu tidak selalu menghabiskan waktu bersama, kemudian merasa tertinggal setelahnya ketika salah satu tengah sibuk dengan hal lain. Aku percaya kamu peduli denganku tanpa dibuat-buat juga tanpa paksaan. Ada banyak yang ingin aku sampaikan, namun guratan hitam di atas putih ini bukan tentang aku. Ini untuk kamu.

Kita memang tidak baru bertemu dan kenal kemarin sore, tetapi fakta tersebut juga tidak dapat memungkiri bahwa aku masih merasa belum mengenal kamu dengan baik. Entah aku yang selalu merasa kurang atau memang kamu kurang pandai dalam berbagi sedih. Aku paham sebaik-baiknya kamu sebagai seorang teman, sahabat, anak, kekasih, atau manusia secara umum. Ada banyak khawatir yang kamu pikirkan, sebab kamu tidak ingin orang lain menjadi khawatir akan kamu, maka disimpanlah semua sedih yang kamu rasa. Bukan menjadi masalah besar, sebab aku juga paham bahwa kamu berhak untuk menyimpan apa yang ingin kamu simpan dan membagi apa yang ingin kamu bagi. Aku juga tahu bahwa mungkin aku tidak akan selalu menjadi pilihan pertama kamu dalam berkeluh kesah. Juga tidak menjadikan ini masalah besar untukku, sebab seperti yang aku katakan, aku mengerti. Ingin aku tekankan pada bagian ini bahwa aku ingin kamu baik-baik saja.

Sepanjang kamu hidup ini, temanku, akan ada banyak asam dan garam yang harus kamu cicipi. Semoga kegemaran kamu dalam menyantap mie instan jadikan kamu tahan dalam hal ini, ya. Sejujurnya, yang barusan tidak lucu, tapi tetap aku tulis. Juga, yang barusan dirasa tidak penting, namun aku terlalu malas memperbaiki. Nantinya mungkin akan ada banyak lelah yang harus kamu rasakan, termasuk menitikkan air mata sebab tidak ada kalimat yang mampu menjelaskan semua. Tidak apa-apa, ya? Aku percaya, kamu lebih dari kuat dan mampu menjalani hidup kamu. Semakin kamu bertambah usia, semakin kamu dewasa, semakin kamu akan paham bahwa memang ada saatnya hidup menyuguhkan banyak pertanyaan. Tidak semuanya punya jawaban dan tidak semua jawaban dapat diterima oleh akal. Sebab hidup adalah berproses dan kamu akan terus tumbuh.

Terkadang kamu sudah melakukan semua yang kamu bisa, mengusahakan semua yang kamu mampu, atau memberi semua yang kamu punya, tetapi itu juga belum cukup. Bukan berarti kamu tidak cukup, kamu selalu cukup, kamu selalu lebih dari cukup. Sebagian tidak akan pernah merasa cukup meskipun ketika mereka memiliki segalanya. Hidup bisa jadi lucu seperti itu. Semoga dengan begitu, kamu akan tetap bisa tertawa meski sedang ada sulit yang harus kamu lalui. Terlepas dari sulit tersebut, aku harap kamu akan selalu diiringi dengan bahagia, kemanapun kamu pergi.

Aku tidak tahu kapan kamu akan membaca kata merangkai kalimat yang aku tulis ini. Aku bahkan tidak dapat memastikan apakah aku akan mengirimkannya pada kamu secara langsung. Tapi tepat saat aku memulai paragraf ini, waktu sudah menunjukan tepat pukul dua belas malam. Hari sudah berganti. Bersamaannya dengan ini, bertambah juga satu tahun usia kamu sekarang. Mungkin kamu sedang tertidur, atau tengah dalam panggilan dibanjiri dengan banyak ucapan selamat ulang tahun. Bertambahnya satu angka pada usiamu juga diharapkan kamu menjadi lebih kuat, sebab akan ada lebih banyak tanggung jawab yang harus kamu bawa. Ini tidak melulu soal bertambah tua, melainkan bertambah dewasanya kamu dalam hidup.

Selalu, temanku, doa terbaik aku panjatkan untuk kamu. Sekecil apapun hal yang kamu lakukan di dalam hidupku ini, kamu berarti besar. Selalu, aku ingin bahagia berada di pihakmu. Terima kasih sudah bertahan dan ada. Terima kasih untuk tahun-tahun kita berteman. Terima kasih untuk waktu dan kesediaanmu dalam mendengarkan. Terima kasih untuk kamu.

Selamat ulang tahun.


Salam sayang,
temanmu.
Expirl05 Oct 2019
Pada dasarnya, langit bukan tempat untuk bulan bersandar dan bulan bukan satu-satunya tempat untuk berbagi.

Mereka hebat dengan karismanya masing-masing dan takluk dengan kehebatan satu sama lain, saling membutuhkan.

Bersama menghasilkan keindahan yang terkesan tidak diperdulikan dikala hilang.
Menciptakan sekitar damai dihiasi sunyi malam yang tenang.

Cerita sama yg dimiliki matahari.
Coco May 2019
“Whats wrong?”
“Kenapa? Ada apa?”
Kalimat yang selalu ku tunggu
Saat aku butuh wadah bercerita
Bentuk kepeduliankah?
Atau hanya seutas penasaran?
Aku tidak peduli
Setidaknya, kau masih ada saat aku butuh sandaran
Dan tempat berbagi cerita

Walaupun kita sedang berjarak,
Tidak selucu dan semenggemaskan dulu
Tapi terimakasih
Karena selalu siaga ada disisiku
gadisunja May 2022
Pernah, satu hari dari banyak hari lebaran, aku pergi ke Indomaret sendirian. Jarak rumah dengan tempat itu tidak jauh, tapi perjalanan ke sana terasa lamban. Tahu kenapa? Sebab aku pergi dengan sembunyi-sembunyi hihii. Tujuannya hanya satu, untuk berburu es krim corong Wall's Moo.

Kalau dingat-ingat, rasa es krimnya memang tidak sepremium Magnum. Wall's Moo hanya menyuguhkan rasa susu dan itu sudah lebih dari cukup bagi kami kaum anak lugu tahun 2009-2010.

Sesampainya di rumah, aku sama sekali tidak disambut marah oleh orang-orang rumah. Mbak Chandrani menghampiri.
"Habis jajan yaa? Beli apa?"
"Iya, beli Wall's Moo satu."
"Cuma satu ya? Yasudah nda apa-apa, lain kali harus ingat kalau ada angka 3 setelah angka 2 dan angka 1 sebelumnya, ya?"
"Hah? Maksudnya apa, Mbak?"
"Lain kali, kalau kamu merasa ada cukup uang untuk jajan apa aja, cobalah ambil tiga atau nda sama sekali.
Supaya apa? Supaya selalu ada cukup ruang di hati untuk biasa berbagi."
Belakangan aku mengerti, kalau es krim yang kubeli hanya satu, kebahagiaannya hanya aku sendiri yang  bisa rasa. Kalau es krim yang kubeli ada tiga, kebahagiannya bisa dirasakan semua.

— The End —