Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aabid Rumi Apr 2017
KOI AUR HAI
Tere  khaboon mai koi aur hai,aur tere sayee mai  koi aur hai
Kaisay tu dekhay hasrat mere,tu haqeeqat mai koi aur hai
Yeh dil kab tak arizoo karta rahai ,ab koi sabab-e-furkat **
Kaisay tu pehchaanay mere ulfat,tu zahir mai koi ,aur batin mai koi aur hai

Itrey sabnum ki tarah jalah hai mera daman bhi
Mai manzil ki jistu ju kya karoon, ab rasta bhi nazar nhi
yadoon kay samandhar mai dhoob chukka ab toh
Mai haar chukka hoon zindagi  aur ab toh moat bhi ati nhi

Bhulavou yeh gum kaisay ,dil ko kya dawaa doon bhar janay ki
Mai kyun nhi rub a ru khudsay  ,mai kon hoon  ya mujmai he koi aur hai

Faryaad bhi kya ** , naa ashinaa hai yahaan sabhi
Kis  mode pay kya  hogaye koi khabar nhi hummay
Mai toota huva taraa hoon mujmai ab wo  timtimhath kahaan
Lagta Aasmaan bhaag rahaa hai aur zameen fisal rahe ** jaisay

muntazir-e-humraah ** kya,jo rahai thi wo rahai he badhal gaye
Mud kay ab dekhoon  kya, akela rahai safar tha ya koi aur be hai
Mubarak ** tummay ab yeh jahaan dard baraa
Na mud kay kabhi dekhay **** issay dhoobara
Ab aur palkoon pay ashikay baar saha nhi jata
Laboon  pay ab aur bahaana bardast nhi hota

Waqt guzra hai, kyun naa mera bhi saleeka badhal gaye Rumi
Ab aur ranjishay nhi,bhula do ghar koi ghilla aur bhi hai
                                 written by: Aabid Rumi
                             suggested by:Tanzeelah Illahi
when believe becomes faith,life ruins
Aridea P Oct 2011
Palembang, Sabtu 2 Oktober 2010

Hari ini terjadi lagi
Kakak ku yang indah bertambah usia
Kini ia berbeda dari 29 tahun kemarin
Yang mana masih muda dan polosnya

Tak bisa ku berikan apa-apa
Kecuali doa yang tak henti ku panjatkan
Supaya kakak ku panjang umur
Sehat selalu dan cepat menikah

Pesanku untuknya, adalah
Teruslah ciptakan lirik indah
Karena ku suka saat kau berkata
Dalam bentuk nada yang indah

Pesanku kan ku sampaikan
Melalui sinyal-sinyal batin kita
Semoga Allah SWT melindunginya
Dan biarkan ia hidup bahagia


Created By. Aridea Purple
To Arlonsy M.
Aridea P Nov 2011
Palembang, Selasa 29 November 2011

Aku yang selalu menyalahkan diri sendiri atas kesalahan ku
Terus menerus berfikir apa pantas tuk mendapatkan itu
Bila berdoa saja pun aku selalu bolos

Aku yang kata orang tak sadar diri
Selalu dan selalu membela diri
Memang iya, aku melakukannya sendiri

Aku yang sedang-sedang saja
Tak pintar, tak menarik pun tak beruang
Masih mau bersedekah untuk batin ini juga

Aku yang segalanya
Segalanya bohong, malas, bodoh
Hanya bisa menangis ataupun acuh seperti orang hilang

Aku yang masa depannnya suram
Tak berani berucap mau jadi apa
Kalau mengadu pada-Nya saja aku sungkan

Aku yang hidupnya menyedihkan
Duduk memangku harapan
Menunggu keajaiban Tuhan
Yulia Surya Dewi Mar 2018
Bangsa pribumi di era modern
Memaksa batin untuk jadi keren
Sudah lewat aku di zaman batu
Ku langkahkan kaki di zaman baru
Aku tidak tahu cara naik bus
Yang aku tahu adalah kursi bertikus

Oh jarak..
Jarak yang membuatku berpisah
Aku rindu suasana desa yang indah

Oh jarak..
Sampai kapankah aku gelisah
Aku gundah tidak tahu arah

Oh jarak..
Selamatkanlah aku
Selamatkan aku dari rasa putus asa

Aku takut..
Aku takut pada gedung besi berasap
Aku takut pada mesin yang berjalan
Aku takut pada benda panjang beruap

Siapakah aku disini?
Siapapun tolong bantu aku
Siapapun keluarkan aku dari sini
Siapapun tuntunlah aku

Oh Tuhanku..
Berikanlah Petunjuk-Mu
Tidak ada yang lain selain Diri-Mu
Aku disini hanya pencari Ridho-Mu


-Kediri, 19 Maret 2018-
D May 2019
Baru saja tubuh beserta ruh ini menggelar ritual yang dianggap kekal
Ritual dimana aku bisa merasakan tubuhku merukuk, merunduk, menekuk-nekuk seikhlasnya tanpa meminta apapun kecuali untuk tubuh ini dibimbing Nya
Tak peduli jika doaku belum juga dijabah
Sesungguhnya Tuhan hanya ingin jiwa ini pasrah
Sebiadab-biadabnya laku ku sebagai manusia, terkadang haus juga akan ibadah

Disaat kedua tangan ini hendak selesai menggulung kain sajadah, Muncul pesan berisi alamat.
“Sampai ketemu.”
Seakan lupa terhadap perihal ritual kekal dunia akherat
Ujung kepala sampai ujung kaki ini sepakat untuk berangkat
Mengapa akal sulit digunakan jikala merindu?
Aku bersumpah, tak ada yang tahu.




Dalam sesingkatnya waktu aku menjadi saksi akan kehadiran tubuhku di ruang serba asing
Satu-satunya yang tak asing adalah rupanya.
Ditengah kegaduhan batin yang luar biasa,
Hati ini hanya bisa berkata;
“Akhirnya aku kembali melihat matanya.”
Setengah sayup setengah berbinar,
Sepasang bola mata itu menatap milikku,
Suara familiar yang sekarang terdengar serak parau dibabat dunia itu bercerita;
“Aku lelah.”
“Aku tahu.”

Tak sampai tiga puluh menit diriku kembali menjadi saksi akan ingkarnya sumpahku,
Karena aku bisa melihat tubuh ini kembali merukuk, merunduk, menekuk berliuk-liuk
Di momen itu, segala pengetahuan lucut bersama pakaian.
Saat pakaianku dilempar ke lantai,
Harga diri yang kupeluk erat ikut jatuh bersamanya.
Adegan pengingkaran sumpah itu berlangsung entah berapa lama

Buah sinar Matahari mulai mengintip untuk meberitahu bahwa hari baru sudah nampak
Aku bergegas mengambil seribu jejak,
Di jalan pulang aku menerima pesan;
“Terima kasih.”
“Kembali.”
Butuh seribu tahun untuk hancur ini diperbaiki.







Semua ini, sedangkan aku hanya ingin melihat matanya.
Badshah Khan Mar 2019
Rubayiat Al Thurab (Verses of the Dust) - 66

BismillahIr RahmanIr Raheem

I humbly admit myself towards You.
You are acutely aware what I carefully tend;
In eager search of my active core.

Therefore, what I eagerly desire from you!
As you are accurately familiar of all notable,
Oh The Knower of the Hidden (Al Batin)!

Allah Khair..... Khairul Rabul Alameen Yah Arrahmanur Yah Raheem

Ummah Thurab - Badshah Khan
©UT-BK 2019
Rubayiat Al Thurab (Verses of the Dust)
Coco Nov 2019
Hari ini aku merasakannya
Aku kira tidak akan secepat ini
Ternyata aku keliru

Terbesit rasa untuk berbagi
Berbagi ruang dan waktu
Berbagi tawa
Berbagi kesedihan dan kekecewaan

Aku yang tak ahli dibidangnya
Merasa diperbudak
Akal sehat ku tersisihkan
Padahal, sebelumnya aku seorang rasional

Batin bersorai bersama aku yang keliru
Menelan pahitnya kata yang tak terucap
“Apa aku mulai merindukannya?”
Aku tidak tau pasti
Tapi yang penting,
aku sudah memasukkanmu kedalam jurnal pikiranku
Dan itu berarti kau akan menjadi orang penting bagi ku
Batin May 2015
You  are  my  candle  in   the   night    You  are  my  power  of  the sight
You   are  my  all  the  air  of   Earth    You  are  my  all  reason  to  birth
You     give     me    ecstasy    to    be    You  give  me   eagerness   to  see
You teach  me  fairness  of  the soul    You are  the  pal  for  all   the  sole
You make  me firm against  the bad    You make  happy  all  of  the  sad
You are the Sun who shines on  me     You  are  the  rose  for all  the bee
You   are    the   water   of   the   sea     For  all  the  fish  you  have  to be
You are the  rain  you  are  the high     You   are    the    feeling    of   sky
You  are  the  sea  you  are  the  Sun     You are the You, you are the one
You   are    emotion    of    "the   Me"     You are "Batin" ,  you are the Me
Dari dua
Kupilih satu
Yang mula
Daripadamu

Sebab main main main main
Lalu jatuh
Endap lain lain lain batin
Baru runtuh

Anggap bodoh pemain lama
Kalau jodoh takkan kemana

Keruh
Apa rasaku palsu
Alpa jujurmu bisu
Biar resah di lembah ragu
Atau nyata sungguh lugu

Jangan lagi kau cari aku
Karena aku si paling batu
040324 | 20:00 sejak semalam ada yg tak terelakkan berubah, di perjalanan ke kos ga bisa berenti mikir, tapi yakin akan pilihan. Bukan tentang bermain-main. Tidak akan terbawa dalam rasa.
aku memang beda
tidak seperti laki-laki yang sebelumnya kau temui
aku...
tidak pernah yang namanya setengah

hidupku
tidak pernah yang namanya setengah
aku puas telah mencoba segala hal dengan tidak setengah setengah
aku di ajari untuk menyelam
bukan mengapung

disaat ini
aku membebaskan mu dengan sebebas bebasnya manusia
aku membebaskan mu untuk memilih
disaat aku sakit hati kau tau?
itu sakit yang bukan setengah-setengah
aku pernah di posisi yang serupa seperti ini
mungkin sekarang aku bisa lebih menerima hal tersebut,
pendewasaan mungkin?
setidaknya kau tau, bagai mana perasaan laki-laki yang tidak setengah-setengah ini pecah bagai beling, dan ku injak beling tersebut sampai aku merasakan hal seperti ini lagi, bagai bunga lily aku kembali mekar....
disaat kau kembali...
setidaknya kamu tahu, aku memaafkanmu tidak setengah dan tidak akan membiarkan mu sakit kembali, akibat berkelana terlalu jauh...

kamu rapuh...
tuhan masih baik menunjukan sesuatu itu padaku
bukan kepadamu...
mungkin kalo tuhan melihatkan padamu...
hal yang kurasakan, akan kau rasakan juga...
aku belajar untuk tidak ikut campur lagi soal hubungan barumu
mungkin nanti...
kamu akan sadar
dan tergampar akan realita yang besar
memar... bagai terkena tinju
biru... bagai lebam terpukul amarah batin
aku disini, berlatih menjadi laki-laki
untuk bisa menerima kekuranganmu, mungkin nanti tatapan ku masih seperti pertama kita bertemu, harapan yang dulu kita bual-bualkan akan ku realisasikan, hati-hati dijalan, aku menunggu di rumah...
menunggumu pulang dengan sejuta cerita yang telah kau lewati...

— The End —