Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Maa
Jab aankh khuli to amma ki
godi ka ek sahara tha
uska nanha sa anchal mujhko
bhumandal se v pyara tha.....
uske chehre ki jhalak dekh
chehra phulo sa khilta tha
uske stan ki ek bund se
mujhko jeevan milta tha
haatho se baalo ko noocha
pairo se khoob prahar kia
phir v us maa ne puchkara
humko jee bhar ke pyar kia

Mai uska raja beta tha
wo ankho ka tara kahti thi
mai banu budhape me uska
bas ek sahara kahti thi
ungli ko pakad chalaya tha
padhne vidlaya bheja tha
meri naadani ko v neej
antar me sadasaheja tha

Mere saare prashno ka wo
fauran jawab ban jaati thi
meri raho ke kaante chun
wo khud gulaab ban jaati thi
mai bada hua to college se
ek rog pyar ka le aaya
jis dil me maa ki murat thi
wo ramkali ko de aaya

shaadi ki pati se papa bana
apne rishto me jhul gya
ab karwa chauth maanta hu
maa ki mamta ko bhul gya
hum bhul gye uski maamta
mere jeevan ki thati thi
hum bhul gye apana jeevan
wo amrit wali chaati thi

Hum bhul gye wo khud bhukhi
rah karke hume khilati thi
humko sukha bistar dekar
khud geele me soo jaati thi
hum bhul gye usne hi
hotho ko bhasha sikhlayi thi
meri neendo ke lie raat bhar
uss maa ne lori gaayi thi

hum bhul gye har galti par
usne danta samjhaya tha
bach jau buri najar se
kala teeka sada lagaya tha
hum bade hue to mamta wale
saare bandhan tod aaye
bangle me kutte paal laye
maa ko vridhaashram chod aaye
apano sapno ka mahal girakar
kankar -kankar been laye
khudgargi me uske suhag ke
aabhushan tak cheen laye

Hum maa ko ghar ke batware ki
abhilasha tak le aaye
usko paawan mandir se
gaali ki bhasha tak le aaye

to be continued ........(next part may be in next week)
Copyright© Shashank K Dwivedi
email-shashankdwivedi.edu@gmail.com
Follow me on Facebook - https://www.facebook.com/skdisro
Gira
la negra,
gira
la luna,
gira
la negra luna,
sobre sí propia,
gira
la negra
luna
de ebonita,
gira la negra luna de ebonita
-sobre sí propia- y canta:

-¡Bah! ¡Canciones! Y músicas abstractas...!

Y, lo que canta, es la Música Viva!
Oye el Viaje de Invierno, de Franz Schubert,
y el Rey de los Alisos,
y El Doble y Ganímedes y Ante el mar,
y de Schumann, Amores de un poeta,
y de Dupare, Invitación al viaje
y La vida anterior...,
y de Chopín, Preludios y Nocturnos:

tú, soñador romántico; tú, doliente elegíaco.
Oye la voz serena,
la voz profunda oye
de Bach -añosa encina,
inmensurable selva, órgano él mismo y templo
de la harmonía-:

tú, sereno y profundo.

Y de Mozart el diáfano y sortílego,
y de Haydn y Franck, la cortesana
y la mística voz, inconfundibles,

tú, gustador de lo pulcro y etéreo.
Los Cánticos y Danzas de la Muerte,
y Sin sol, de Musorgski,

tú, angustiado, febril, hiperestésico;

y Borís Godunov, Borís Godunov, oye,
(bárbara gesta, miedo, sangre, lujuria y fausto)

tú, Sátrapa en los sueños...
Y, catador sutil de quintaesencias,
gusta la mediatinta debussyana,
pesquisidora de inusados timbres
y lontanos acordes, 1
en un dorado ambiente de calígine.
Y, borracho de lumbres y colores,
Óye, de Rímski, Antar y Xeherazada
y el Gallo de oro -vértigo y lascivia-:

mas, si de ritmos ebrio, tú, frenético
danzarín, danza todas las furias de Stravínski
-del sabio y del bufón mezcladas dósis-:
fino humor ricos timbres, forma clara 2
(sobria, o en concertado cataclismo).
Y oye, en la noche, y en Tristán e Iseo,
la voz vigía de Brangane, plena
de lo fatal, o el corno quejumbroso;
si no los Funerales de Sigfrido;
o el Tránsito al Valhalla, milagroso tumulto.
Y tú, plasmado en bronce, los vastos himnos oye,
óye las soberanas sinfonías
con que la voz del Sordo el orbe nutre!

Las acendradas síntesis:
sonatas y quátuors, insólito prodigio, filtros puros:

la Misa en re, misterio panteísta,
denso peán a la Naturaleza!

Y el trágico clangor de Coriolano...:

oye la voz del Indomado Prometeo,
oye la voz del Sordo, oye la voz del Sordo!
Gira la negra luna,
gira
sobre sí propia,
gira la negra luna de ebonita,
gira
la negra
luna
de ebonita
-sobre sí propia- y canta:
-Bah! Ficciones! Y músicas abstractas...!

Y, lo que canta, es la Música Misma!
ukown Oct 2015
Your love seems to every morning
Clouding by darkest wind
I'm driest as slime
Oh you , Oh soul
Take my tear
And pick up my candle
Poor in my happiness
Days and me !
Without you in lethargy
Plonk there , and here !
Will you come?
Take him from here
A Heart didn't roaring
No longer revenging
Take him ,oh Ishtar
If he belong to antar
Afflicted to your love
You ,Oh blondy
I'll sailing without get boring
Poseidon wishing me leaving
I'll foraying hearts doesn't get bored
& Villages and grain
Singing a love without illness
Mari Nov 2024
***
I feel how you touch your body,
like the gentle melting of ice in spring.
I'll tell you the story of Scheherazade,
and together we'll listen to Antar.
Gina Sonya Feb 19
Kehidupan singgah lebih cepat dari embun pagi. Manusia berdatangan lalu pergi. Kamu paham betul bahwa tidak ada gunanya terikat takdir dengan orang lain, cuma pedih dan perih yang akan kamu hadapi ketika mereka pergi nanti.

Perang antar dinasti yang kamu jalani sudah cukup banyak memberi pelajaran tentang hidup di dunia keji ini. Tanah kelahiranmu kamu bela sepenuh hati, kamu hancurkan tulang benulang mereka yang jadi lawanmu dengan tebasan setipis angin. Namun, hasil yang kamu dapat hanyalah puing-puing kota yang tidak bisa kamu kais lagi.

Kamu mulai berpikir, apa gunanya semua ini?

Rumah kayu yang ayahmu bangun runtuh, toko wijen dan daging di depan rumahmu ikut jatuh. Kedua matamu tersayat sampai-sampai penglihatanmu semu, kamu kehilangan seluruh keluargamu. Tanah airmu melebur bersama debu-debu perang yang berlalu.

Dan sialnya, setelah semua itu, kamu masih harus melanjutkan hidup.

Kehidupan pasca perang tidak seindah angan-anganmu. Negara barbar yang kamu bela dengan keringatmu tetaplah jadi tempat bengis tanpa hukum.

Kamu mulai menutup semua sisi yang membuat kamu menjadi manusia. Melumuri tangan dengan darah orang jahat kamu lakukan demi sekantung uang (dan kamu berpikir bahwa mungkin kamu lah orang jahat yang harus dibunuh demi uang).

Kamu membangun dinding yang memisahkan kamu dengan manusia lain. Kamu menyadari bahwa mereka yang datang kepadamu akan dengan cepat pergi seperti embun pagi.

Kamu berkelana ke seluruh negeri seorang diri. Bergulat bersama sepi setiap hari agar ia mengoyak kamu sampai mati.

Namun, rupanya kamu mengingkari janji untuk sendirian sampai mati.

Di tengah perjalananmu yang penuh sepi, kamu bertemu ia yang baru pertama kali menghadapi kehilangan di dunia ini. Semua yang ia punya direnggut sampai yang tersisa darinya cuma dendam yang buat kamu meringis.

Umurnya masih seujung jari, belum pernah menelusuri setiap celah dunia ini, kamu berpikir bahwa ia hanya akan jadi kerikil di dalam alas kakimu.

Kamu mendorong ia jauh-jauh, sana cari tempat lain untuk berteduh karena aku tidak punya apa-apa untuk mengobati luka-lukamu.

Kamu pernah kehilangan, kamu selalu kehilangan, kamu tidak punya apa-apa untuk membantu ia yang baru saja kehilangan.

Namun, ia bersikeras berteduh di bawah kain pelindung milikmu yang kumuh. Satu bulan perjalanan ia tempuh hanya untuk kembali ke kediamanmu.

Dinding yang kamu bangun bertahun-tahun mulai goyah karena kehadirannya yang mengisi hari-harimu.

Kamu biarkan ia tidur di atas kasurmu, kamu biarkan ia mengikuti perjalananmu. Kamu mulai menerima cuap-cuap yang ia lontarkan di tengah malam ketika kalian sulit tertidur. Kamu membiarkan ia menghancurkan seluruh dinding yang mengelilingimu.

Kemudian, tanpa kamu sadari, kamu lagi-lagi terikat takdir dengan manusia yang meruntuhkan pertahananmu.

Kamu lantas menyadari, ada kepingan cinta yang mulai muncul di sela-sela hatimu. Berpuluh-puluh kasih timbul di ruang terdalam hati yang kamu beri nama ruang kemanusiaan.

Dan tanpa kamu sadari, kamu mulai menjadi manusia lagi.

Kamu berpikir bahwa kamu akan mati sebagai makhluk bengis yang sebutannya bukan manusia. Namun, ketika ia datang ke hidupmu, kamu berpikir bahwa kamu layak mati sebagai manusia.

Kamu menikmati hari-harimu sebagai manusia baru.

Kali ini, kamu menelusuri negeri bersama orang lain. Kamu tidak lagi bergulat dengan sepi sampai mati.

Dan ketika kamu mati, ada ia yang berduka di pemakamanmu. Kamu mati dengan jutaan cinta yang bertabur di atas tanah kuburanmu.
Sebuah kisah tanpa tajuk--ditulis untuk ia yang hatinya kembali dibuat utuh.

— The End —