aku ingin teriak menghilangkan penat yang semakin memberat sendiri tanpa wujud manusia bersama malam, mengelapkan bumi titik terang seperti tidak berpihak di antara hati dan jiwa bergejolak mimpi semakin jauh
satu cerita seperti gambaran perjalanan hidup mengarah kepada kematian jiwa keraslah keringlah seperti akar hasrat yang haus akan hujan nurani sebuah sosok
lalu makin penuhlah pikiran dengan kotoran suara "omong kosong" puisi jingga yang kata banyak orang sebagai makna dari "hidup" kapankah sebuah imajinasi berwujud nyata? bertumbuh, bermutasi sebagai bagian dari mimpi yang pernah ada
sepertinya kopi dan rokok pun sudah bosan mendengar celoteh sang pemberontak tapi, mereka selalu ada suntikan darurat adrenaline ke otak
disaat itulah.. aku membunuh tuan waktu lupa reluk, remuk. siraman spiritual kepada luka-luka nanah di masa muda
mungkinkah kopi berwujud manusia? *apakah ia bidadari? * dan mengapa aku menanti dia mati?
ternyata benar kematian adalah sebuah regulasi ia menjadi bubuk mantra.. luruslah hidup katanya seduh delapan puluh derajat panasnya sebuah bisikan kata-kata "pesona" maka meronalah ia.. berbusa senyum cairan itu.. damai
damai selalu damai lima huruf memukul ingatan akan senderan hangat dada yang empuk detak jantungnya terdengar berdebar kembalinya mantra halus jatuh dari bibir kata-kata tertahan yang tak sempat kembali