Menanti dalam hening yang panjang, jarum waktu tak kunjung berbelok. Detik-detik terhenti di angkasa kelam, aku tunggu pukul 21:00, dengan harapan.
Namun, saat itu datang, ia terbang. Fase yang aku tunggu pudar di angin malam, jejaknya lenyap tanpa kesan, dan kini yang tersisa hanyalah bayang.
Apakah ini luka yang membiru, menoreh lembut di dada tanpa suara? Ataukah sekadar angan yang terbang jauh, meninggalkan ruang kosong di relung jiwa?
Mungkin luka, mungkin juga rindu, menghilang bersama waktu yang tak pernah tahu. Tetap kau berdiri di bawah langit biru, menghitung bintang yang pernah jatuh, sambil menanti, dalam luka yang samar membiru.