lagi, ingin ku menyalahkan takdir yang menyeretku kaki demi kaki saat kusadari, kaulah hening yang tercipta di setiap kata sunyi. ku harap kau yang ada di sini, jiwa dari tempat yang tiap hari kita datangi. kali ini hanya ada suara jangkrik yang kegirangan karena aku mulai terhanyut sepi.
kucoba abaikan tapi ada kosong yang selalu mengajakku kembali “sini menangis lagi, aku tau kau tak sekuat ini” tak apa, malam nanti kita akan bersua dalam malam yang enggan berdusta kuharap aku sedang mati, tapi hanya terdengar ejekan raungan knalpot mobil yang tak peduli.
-“Aquarium kaca”, 17 April 2017
juga dapat dibaca di https://tintaqabila.wordpress.com/2017/04/29/kaki-demi-kaki/