Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
 
Aku ingin menulis puisi untuk pacarku.
Tapi penaku mati.
Tintaku tidak cukup untuk kata-kata rasa.

Jadi aku mulai mengisi penaku dengan air mata.
Kutulis rasa dengan huruf tanpa warna.

Tapi kau tidak bisa membaca.
Kau tidak pernah bisa membaca, sayang.
Antara warnaku redup,
atau matamu yang memilih buta.
Namun, aku terus menulis kata.
Belum cukup juga.

Sebelum patah,
Kuputuskan ganti tinta.

Mungkin dengan darah.
Jemariku menari di atas aksara.




Kemari sayang,
nanti malam aku akan ceritakan pertarungan antara Putri Cina dengan Amir Hamzah,
dan Pangeran Bulan yang tak pernah datang.

Tragedi Sampek yang menjelma kupu-kupu disusul kekasihnya.
memilih abadi dalam dunia baka,
ketimbang hidup 100 tahun bersama lara.
aku akan tutup dongeng malam dengan kisah kita yang abadi dalam dimensi khayal.

"Selamat malam."

— The End —