Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Saraswati Apr 2018
Pelipur datang menyapa Lara
"lihat aku" bisiknya,
ia datang tepat ketika Lara ingin mengalihkan mata
muak melihat Bara
"sini, ikut aku" bisiknya,
ia datang membawa nada
Lara ingin berdansa!

boleh kah?

"boleh!" teriaknya,
"dansa!" dansa hingga Pelipur menyatu dengan Lara,

menjadi sebuah asa,

bahagia
White Lily Jul 2019
Ibu
Pelipur dalam kesedihan
Penyejuk dalam kehausan
Arah menuju tujuan
Sumber kebahagiaan
Ibu,
Engkaulah segalanya
oshooney Nov 2018
Ibarat bintang, mungkin kau adalah polaris bagiku.
Sang petunjuk arah, kala aku sedang tersesat.
Sebagai pelipur lara akan harapan dan impian yang telah tergerus keadaan.
Bagiku, polaris juga sebuah tuntutan untuk mencapai impian dan harapan yang masih tersisa.
Namun, polaris tidak selamanya akan jadi bintang utara.
Akan ada masanya, kau digantikan oleh bintang bintang yang lain.
Aku terlalu terhanyut dalam pesona mu.
Hingga aku lupa, tidak akan ada yang abadi.
Bahkan polaris sekalipun.
f Mar 2019
kamu pelipur lara hidupku
kala itu
hingga sekarang.
Mousamous Aug 2017
pasal II; tentang luka, patah hati, dan rasa sakit yang sangat.

- pada sebuah masa yang kelak mungkin saja akan terjadi, dan ketika waktunya tiba, kau mungkin akan mendapatiku terkungkung dalam kesendirian, dan luka patah hati yang teramat sakit; dan kuharap, kau akan datang, lalu ada, dan bersedia menyebuhkan lukaku.

- dan bila nanti kemudian kaulah sebagai pelipur laraku, kuharap kau bukanlah orang yang kembali menoreh luka, setelah mekarnya bunga senyum di wajahku; dan bunga yang indah, hanya akan tumbuh anggun ditempat yang tepat. kuharap kau mengerti.

- ada sebuah kemungkinan, yang tentu saja berpeluang, bahwa kau akan datang bukan sebagai penyembuh, melainkan seseorang yang mungkin saja datang untuk mengiris sembilu, lalu kemudian pergi tanpa malu; mengingat kau juga sama seperti dia, membuatku jatuh hati, hanya saja kau lupa untuk menangkapku kembali.

- bila di kemudian hari, nyatanya kaulah penyebab utama dalam rasa sakit ini, kuharap kau tau, antara ingin bersabar atau saja melepasmu kemudian, beratnya sama berat; terutama jika kau, sebagai orang yang awalnya datang sbagai penyembuh. kuharap kau mengerti.

prdks.
ps: luka mungkin saja sembuh oleh waktu, walau tentu saja, bisa semakin menyakitkan oleh waktu. kuharap kau mengerti.
ga Apr 2018
Langit sore memerah malu
Saat ia menatap ketat lembayung senja
Sejurus angin bertiup lembut
Menggoda tiap helai rambutnya

Untaian awan paham akan isi hatinya
Melepaskan dahaga penikmat rindu
Pelipur lara di kala sendu
Tumpah ruah menghujani bumi

Rintik hujan memancing senyum di bibirnya
Butiran awan menggantung malas
Di antara bulu matanya yang lentik
Turun menyusuri sudut matanya

Pipinya merona tak peduli dinginnya senja
Tangannya terulur menyambut sang malam
Gadis hujan yang ingin mencintai malam
Malam yang menciptakan badai dari hujan
24/04/2018
gadis hujan
Soleil Mar 2019
Aku yang diantara
sebagai pelipur lara
bercanda tawa
dengan dirinya

Aku yang diantara
kuamati wajahnya
lantunan nadanya
kuingat senyumnya

Aku yang diantara
ingin kusimpan dirinya
sayang hanya sementara
sekarang kau kembali padanya
Alvian Eleven Dec 2024
Tengah malam di pinggiran kota Surabaya.
Aku duduk sendiri di teras kafe tua.
Kupandangi jalanan yang lengang.
Sambil kuhisap pelan pelan rokokku.
Dan kuteguk kopiku yang tak lagi panas.

Tapi pikiranku tidak berada di sini.
Pikiranku masih berada jauh di Gaza.
Dimana kekacauan panjang tak kunjung berakhir.
Hingga aku lelah melihatnya setiap hari.
Seperti pertunjukan horor harian tanpa akhir.

Kusambungkan ponselku dengan wifi.
Lalu kulihat layar ponselku yang kusam.
Dan kubuka akun sosial media orang orang Gaza.
Ahmed , Omar , Eman , Mariam , Abdallah , Mohammed dan lainnya.
Seperti biasa mereka selalu memposting.
I'm still alive... I'm still alive... I'm still alive...

Tapi ada akun Facebook yang telah lama membisu.
Akun ini tidak lagi memposting apapun selama berbulan bulan.
Tentu saja aku sangat mengkhawatirkannya.
Dan aku menerka nerka apa yang terjadi padanya.
Apakah dia masih hidup atau sudah mati ?!?...

Akun ini milik seorang gadis bernama Nour.
Dia mengungsi dari Al Rimal kota Gaza.
Aku mengenal dia sejak akhir tahun kemarin.
Lalu kami merasa saling dekat satu sama lain.
Terhubung pikiran dan perasaan.
Antara Gaza dan Surabaya.

Aku ingat setiap hari aku selalu memberinya kata kata penyemangat.
Agar dia sanggup melalui hari demi hari yang kacau , berat , melelahkan dan berbahaya.
Nour selalu menceritakan apapun yang dia alami.
Penderitaannya... ketakutannya... kegetirannya... kecemasannya... kelelahannya... kesedihannya....
Aku juga merasakannya.

Ada kalanya situasi tenang sesaat.
Cukup tenang bagi Nour untuk mengenang kehidupannya.
Dia mengunggah foto rumahnya , lingkungannya , kampusnya dan juga sudut sudut indah kota Gaza.
Saat semuanya masih ada sebelum 07 October.

Bagi Nour nostalgia adalah penghiburan sesaat.
Pelipur lara di tengah penderitaan panjang.
Aku selalu terlarut nostalgia apapun yang dia ceritakan padaku.
Bersama teman temannya dia suka nongkrong di kafe tepi pantai.
Menyusuri keramaian jalan Al Rashid lalu makan jagung dan es krim di tepi jalan.
Atau menghabiskan uang untuk belanja baju di Watan mall dan Capital mall.

Membaca buku adalah hobi utama Nour.
Dia sering membeli buku di toko Samir Mansour.
Lalu dia membaca buku buku itu di kamarnya.
Berdinding pink , meja yang tertata rapi.
Dan sebuah teddy bear besar di atas kasur.

Memasak adalah hobi Nour yang lain.
Setiap hari dia memasak apapun di tungku tanah liat depan tendanya.
Falafel , mulukhiya , shakshuka , maqluba.
Tampak begitu lezat hingga membuatku penasaran.
Seumur hidup aku tidak pernah memakan hidangan Arab.

Nour juga suka mendengarkan musik.
Dia menyuruhku mendengarkan lagu lagu Fairuz.
Penyanyi diva legendaris dari Lebanon yang dia idolakan.
Aku terpesona mendengarkan suara lembut Fairuz.
Menyanyikan lagu lagu Arab yang liriknya tak kumengerti.

Nour punya kucing berbulu putih tebal.
Kucing gemuk dan lucu yang bernama Kimba.
Setiap hari Kimba selalu dimanjakan Nour.
Tapi terkadang Nour mengeluh karena Kimba makan terlalu banyak.
Sementara makanan kucing susah dicari dan harganya naik tinggi.
Tragisnya , setelah lebaran Kimba menghilang berhari hari lalu ditemukan tewas tertembak quadcopter.
Kematian Kimba membuat Nour sangat depresi.

Nour kuliah di Universitas Islamic Gaza.
Kampusnya telah hancur dan kuliahnya terhenti pada semester lima.
Tapi dia selalu bangga pernah menjadi muridnya Refaat.
Mewarisi ajarannya untuk melawan dengan tulisan.
Menulis apapun tentang Palestina dan kehidupan apa adanya di Gaza.
Dimana jiwa jiwa yang punya kehidupan tidak cuma dianggap sebagai angka.

Aku takut jika pada akhirnya Nour hanya menjadi angka.
Angka statistik para martir yang terus bertambah setiap hari.
Sementara dunia tidak mampu melakukan apapun selain hanya melihat pembantaian tanpa akhir.
Merampas kehidupan secara paksa dan menyakitkan.

Tak ada yang tidak menyakitkan di Gaza.
Tapi bagiku lebih menyakitkan tidak ada kabar apapun dari Nour.
Aku merasakan kehampaan kehilangan dia.
Aku merindukan percakapan dengan dia.
Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah memandangi foto wajahnya yang cantik.
Aku sungguh mengagumi kecantikannya.
Tatapan matanya yang berkilau , senyuman bibirnya yang mempesona.
Sepertinya aku telah jatuh cinta padanya.

Where are you now ?... Where are you nour ?...
Selama berbulan bulan aku selalu bertanya seperti itu pada Nour.
Tapi hingga sekarang tak ada jawaban sama sekali dari Nour.
Jika seandainya dia memberiku kabar singkat saat ini.
Aku benar benar akan merasa sangat lega.

Don't leave me !.. please don't leave me alone !..
Nour selalu memohon seperti itu padaku.
Dia ingin aku selalu ada untuknya.
Tapi sekarang dia tidak ada untukku.
Dia telah meninggalkan aku tanpa kata.

Ketika kupandangi langit malam untuk sesaat.
Aku bertanya tanya tentang takdir Nour.
Apakah dia telah menjadi satu diantara bintang bintang di langit ?!
Ini tidak adil , aku mengenal Nour terlalu singkat pada waktu yang buruk ini.
Aku hanya ingin dia tetap berada di bumi , berada di kota Gaza yang dia cintai.
Aku sangat ingin menemuinya pada waktu yang baik seperti yang kami harapkan , waktu ketika tanah Palestina telah terbebaskan.


November 2024

By Alvian Eleven
VM Sep 2024
Aku melangkah di jalanmu, terukir dalam batu. Di mana sungai-sungai retak dan keheningan berdengung. Lagu pengantar tidur terus menghantui, membungkusku seperti kain kafan. Bisikan-bisikan membusuk dalam kesunyian, tersisa di udara seperti rahasia yang terlupakan, sementara keputusan menggantung di kehampaan—mayat-mayat cahaya.

Panas menggigil menyiksa melalui tulang punggung gurun ini, tebal dan menindas, saat bayangan terus menggeliat, tertawa dengan kebencian yang membekukan. Kau telah lama menghilang—bertahun-tahun, mungkin selamanya—ketidakhadiranmu adalah luka yang tak kunjung sembuh. Tak ada tangan yang mengulurkan jari untuk menenangkan langkahku yang goyah, tak ada kehangatan untuk mengikat pikiranku yang berputar-putar, dan beban ketidakpedulianmu menekan, mencekik seperti aku sedang berada di kuburan.

Jika aku menutup mataku dan membiarkan diriku larut dalam kegelapan, apakah itu akan membangkitkan sesuatu di dalam dirimu, atau kau akan tetap tak tersentuh, seperti selama ini? Langit ini terasa seperti kaca, rapuh mudah pecah, dan siap hancur akibat kekosongannya sendiri. Sementara bumi di bawahku setipis bisikan, siap menyerah. Pernahkah kau benar-benar ada di sini, atau kau selalu gagal untuk ada, sosok yang menghantui sebagian mimpiku yang hancur?

Pemenggal kepala menjulang di depan, janji yang tak terpenuhi,  
takdir yang terasa hampir manis, ujungnya yang tajam seperti panggilan sirene. Aku berdiri di bawah nya, pucat dan kaku. Besi dingin itu memanggilku, dan aku bertanya-tanya— jika aku menerima kejatuhan ini, apakah kau akan menyaksikan akhir, atau kau hanya akan berpaling, acuh tak acuh terhadap kegelapan yang menelanku bulat-bulat?

Kau tidak hadir di tanah yang tandus ini, tak mengucapkan sepatah kata pun untuk menghancurkan kesunyian yang membentang tanpa henti. Hanya gema tanpa suara dari ketidakhadiranmu yang ada melalui kehampaan, pengingat tanpa henti tentang cinta yang tak pernah ada. Jika aku semakin terperosok ke jurang ini, mencari pelipur lara di kedalaman keputusasaan, akankah aku mendapati dirimu menunggu, atau akankah ketidakhadiranmu bergema lebih keras, mencekik napas terakhirku?

Aku telah menelusuri debu tempat jejak kakimu terkikis,  
tapi bumi di bawahku berputar ke dalam ketiadaan, rusak oleh beban yang kau tinggalkan. Jadi di sinilah aku berbaring, di reruntuhan yang kau buat, di bawah tatapan dingin langit, terjerat dalam kesunyian yang kau jalin, di mana waktu berhenti, dan sisa-sisa harapanku memudar ke dalam jurang.

— The End —