Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Jan 2012
Di suatu tempat, di suatu hari

Kini ku beranjak dewasa
Dan malam ini aku berfikir
Hormonku telah mencapai puncak

Aku butuh bercinta
Ya... memang gila diriku ini
Tapi... aku benar-benar dan sangat ingin

Ku butuh pelukan seorang pria
Di setiap malamku yang dingin
Ku butuh ciuman mesranya
Untuk menghangatkan tubuh ini

Adakah pangeran yang mau melakukannya untukku?

Setiap malam aku kesepian
Hanya bermimpi...
Bercumbu dengan bayangannya
Memeluknya... menciumnya
Begitu mesra menyentuh jiwa

Gila! Gila! Gila!
Memang gila fikiranku ini
Tapi tak bisa ku hindari
Saat nafsu ini melumuri jiwaku
Pikiranku... dan cintaku

Begitu jauh...rumah pangeranku
Tak sanggup sendiri aku ke sana
Sekali lagi...
Pelukan...
Sentuhan...
Kecupan...

Dan saat-saat bercintalah yang akan ku tunggu
Hingga sang pangeran tiba
kulantunkan - lembut
kunyanyikan - kesenian
kukumandangkan - religi
kuikrarkan - formal
kulafazkan - detail
kuucapkan selamat malam duhai..... hahay.. :D
mana nih yang pas ya..

*kukumandangkan maklumat yang merindu..
oleh sanubari yang tersenyum kelu..
dari iman penghapus birahi dalam kalbu..
membangkitkan cinta yang menggebu..


       hingga ranting direlung hati tak sempat betanya..
       akan kemana gundah dalam jiwa terbawa..
       mungkinkah hanya sebuah nestapa...?
       yang tersingkap oleh nafsu dunia fana..


nurani yang kian membangkang..
bertanya pada tubuh yang terkekang..
merebahkan raga dihamparan angan yang tak lekang...
adakah keikhlasan yang terjengkang..

    
      tutur bijakmu sering tak terhiraukan..    
      seluas samudra perhatian kau berikan..
      dalam kasihmu tersandar persahabatan..
afteryourimbaud Sep 2018
bahawasanya
semua binasa
angkara
nafsu
tinggal sisa-sisa
hayat angkasa
dan masa
semakin jauh
meninggalkan
manusia
dengan angka
dengan strata
hikayat termaktub
bermaharajalela.
Loveeyta Nov 2020
Basah, ku lihat pipimu.
Katanya kau kelelahan,
Tapi yang ku lihat bukan keringat.
Kata nenekku, itu air mata,
Karena matamu merah.
Mana mungkin, kau berkeringat dengan mata merah dan sedikit bengkak?

Lusuh, ku lihat mukamu.
Katanya kau tak menyentuh air seharian.
Debu yang kemarin kau dapatkan ketika menjemputku di Taman Kota masih menempel, katamu.

Lusuhmu bukan karena debu,
Kata Ibuku, itu karena lapar.
Ternyata kau sudah berhenti makan,
Sejak dua hari sebelum kita bertemu.

Kenapa memang?
Memang aku tidak berhak tahu kalau kau sedang tidak baik saja?

Alih-alih kau tidak ingin menambah bebanku,
Kau selalu mengatakan kalimat-kalimat yang tidak benar adanya.

Kenapa memang?
Memang aku tidak berhak untuk paling tidak, membuat mu merasa lebih baik?

Ah benar saja,
Aku kan tidak pernah mampu,
Sebab, siapa aku?
Hanya tempat pelampiasan nafsu.
Dechanteur Apr 2017
Antara dua jalan buntu
Penentuan hati dan minda sekeras batu
Ku menerka ini hanya mainan perasaan
Persis jiwa-jiwa yang hiba kekosongan

Larilah wahai nafsu
Carilah serangkap wahyu
Cantaslah pucuk cemburu
Kerna manusia semakin layu
Lenturnya segenggam iman
Toksik meracuni setiap teman
Doalah waktu masih memberi ruang
Mewarnai tiap hitam putih perjalanan

Telan segala perit mencari abdi
Tiada yang kekal apatah lagi kendiri
Senyuman kekal menjadi sedekah amalan
Tuhan Maha Pengampun, manusia dahagakan amalan.
API
Panas terpapar auramu
Menggeliat menyapu menyeluruh
Hingga gugur kalbu
Terbakar oleh angan para penyelatu
Hilang perlahan menggugur
Berasap menghilang semu
Layaknya debu-debu tertiup sang bayu
Memudar seperti bayang nafsu
Dari pemilik warna warna itu
Menjajakan aksara palsu
Mendulang manis ucap rindu
Membiaskan maki dalam untaian lagu
Menerkam mangsa yang diam terpaku
Sampai penuh hasrat itu

*”Oh, Jadi seperti ini rupa asli kawan kawanku? sugguh lucu”
a bit of disappointment, ha ha :)
Surabaya, 28 September 2016
22.30
Perihal bertanya
Terkadang aku bingung
Aku ini siapa sampai boleh meragu
Tapi setiap perjuangan butuh alasan
Lalu jika jawaban bahkan tak menyelesaikan
Apa yang kamu lakukan?
Melukai atau mengobati?
Menyakiti atau mencintai?
Terdengar seperti wacana ya
Lagipula semesta kadang ingin becanda
Kamu tahu kenapa bumi bulat?
Karena semesta ingin dicintai tanpa rasa bosan
Iya, sudut yang membuatmu berhenti mencinta Membuat semesta murung
Begitu juga aku disini
Masih berperasaan karena memiliki tujuan
Jika ingin melihatmu bahagia
Atau sekedar nafsu belaka
Omong kosong namanya
Aku mencinta dengan mudah
Hanya untuk tumbuh bersama
Masih terdengar wacana kan?
Makanya ayo lakukan
Semesta sudah mengijinkan kok
Bahasa Indonesia
Megitta Ignacia Jul 2019
Ah muncul lagi
Lelaki benalu kesayanganku
mengendap-endap masuk ke pikiran kosong

Di hitamnya langit
kutemukan selintas retrospeksi terselip diatara bintang
kau dadakan hilang
tak 1 pun kata kau anggap perlu kau beberkan
mulutmu rapat terkunci
mungkin penjelasan itu hanya bisa ditemukan di air luka hatimu yang dalam

Sini duduk sebentar
biar kupinjamkan sepatu heelsku
malah tak perlu kudandani kamu
tak perlu busana merah muda mencolok
kamu sendiri sadar kamu banci,
maksudku pengecut

Tak sudi kusebut kamu banci
banci saja lebih jantan darimu
mereka berani unjuk diri depan dunia
gagah gigih tampil beda mencolok
meniupkan asap rokok ke muka komentator

Ada udang dibalik batu
ada busuk dibalik hadirmu
kau pergi karena kau anggap tak ada lagi gunaku bagimu kan?

Dalam senyum sumingrah kuucap syukur pada Bapa di sorga
sebab benalu sepertimu tak pantas ada disini
jam pasir telah dibalik
segera akan habis waktu permatamu
biar gelapnya malam yang menghajar pancaran sinarmu yang menjijikan

Lelaki benalu kesayanganku habis digerogoti nafsu keserakahannya
040719 | 00:23 AM ditulis saat mau tidur, sehabis pulang nonton Spiderman Far From Home bersama kawan-kawan. Thanks to wejangan singkat tapi bermakna dari kaka pito, emosi tersulut parah "Itu artinya dia cuma butuh lo sampai sana." begitu bodohnya aku baru bisa liat segalanya secara jelas sekarang. Jauhkanlah benalu-benalu dari orbitku, ya Bapa di sorga. Syukur kepada Allah.
nabilah Dec 2019
Mana pernah kau paham tentang perasaanku walau berulang kali sudah kusampaikan. Sekedar mendengar saja tidak. Sudah tau begitu, masih pula aku menaruh pengharapan yang besarnya melebih-lebihi besar nafsu makanku. Kasihan ya melihat naifku ini. Memaksakan sesuatu yang sudah mati.
Aku ini kadang ingin terbahak karena lucunya kisah kamu dan aku, tapi anehnya masih selalu membuatku terpana, seperti terhipnots. Kepalaku yang sekeras batu dan hatiku yang serapuh kulit telur disanding dengan kepalamu yang pula berisikan batu, juga hatimu yang sedingin kutub utara sebelum global warming. Aku dan diriku, dan kamu dengan dirimu. Memang benar mungkin, kita hanya ditemukan untuk saling belajar, bukan untuk berakhir bersatu.
Sebenar-benarnya, kamu adalah yang aku mau. Tapi rasanya permintaanku ini terlalu bertele-tele jika yang ku minta adalah kamu dan tidak ada luka. Karena memilih bersamamu akan selalu satu paket dengan luka dan perih. Aku saja yang sombongnya setengah mati, menutup mata dari ratusan pertanda yang Tuhan berikan.
“Cium bibir itu nafsu.
Love language aku tuh cium mata dan cium pipi.
Nih mau aku praktekin?”

Cup
Cup

“Berasa gak sayangnya?”

Aku bergeming.
Semoga kamu paham
Love languageku adalah membiarkan otakku berimajinasi sesukanya seperti membiarkan mata dan pipiku menerima segala kecupan darimu, dan berharap ada perasaan yang memang terselip di antaranya.
Seorang teman.
Atta Apr 2020
lanjutan dari cerita itu, tidak mungkin bahagia

-----

          setelah desember itu, aku tidak pernah berharap lagi
obrolan putih hari itu membuka matamu
obsesi di matamu meredup, sudah tidak ada binar
perlahan memetakan adnan dalam redup
,
           mungkin salahku untuk itu
andai saat itu semua tambo aku tampung
kebas hati saat itu untuk temurun
ujaranku delusi, kamu mengakui

tergusur semua perasaanku
enggan berpindah, memaksakan dengan angan yang indah
rasa sekujur tubuh seperti sudah lepas dari nyawa
gagu untuk mengatakan sebenarnya
andai semua perasaan tetap terkunci pada tempatnya
nafsu dan akal pun mungkin berelegi
gempar, terbanjiri air mata yang tidak ada gunanya
gusar, tidak mau menangkap realita
uzur sudah jantungku

-----

dan untuk semua awalan, aku sungguh minta maaf sudah menganggumu
dari semua kata, tidak ada yang mampu menggambarkan kehancuran total yang kubuat


ditempatmu padang rumput berubah menjadi padi hijau
ditempatku menjadi gurun tandus
dua itu tidak akan menyatukan yang beda
hehe gpp sih

— The End —