Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Sep 2012
Palembang, 30 September 2012

Aku sakit,
bukan karena meridukanmu
tetapi karena kehilanganmu

Aku sakit,
bukan karena kamu tak di sini
namun karena kamu bersamanya

Aku sakit,
bukan karena membencimu
melainkan rindu tuk mencintaimu

Aku sakit,
bukan karena melupakanmu
malah tambah mengingatmu

Aku sakit,
bukan karena foto mu yang ku buang
tapi karena wajah mu yang ku simpan

Aku sakit,
bukan karena menyuruhmu kembali
tetapi membiarkanmu pergi

Aku sakit,
di sini
mengingatmu
sendiri
el Mar 2016
lagi, aku menulis untukmu. tidak pernah bosan jemari ini menari diatas kertas putih merangkai kata hanya untukmu, seseorang yang lebih berharga dari sebutir berlian termahal di duna ini.

teruntuk seseorang yang namanya masih belum mampu aku tulis diatas kertas ini,
selamat hari minggu. semoga minggu depan lebih baik dari minggu ini. tenang saja, aku sudah meminta kepada Tuhan untuk menukar seluruh kesedihanmu selama seminggu ke depan dengan kebahagiaanku. ah, tenang saja. aku bisa menahan rasa sedih sebanyak apapun itu.

apa kabar? bagaimana senjamu kemarin? apakah mengesankan? ah, sangat disayangkan. bagiku, setiap senja datang mengunjungi mengintip dari sela-sela jendela kamar, sinarnya selalu mengingatkanku kepadamu. aneh, bukan? hah, mengapa setiap hal yang aku lihat selalu mengingatkanku padamu? mau sampai kapan kamu tetap bersarang dibenakku? tapi aku berjanji, setelah kamu selesai membaca surat usang ini, aku sudah melupakanmu dan seluruh kenangan indah tentangmu.

tujuanku kali ini adalah untuk mengucapkan terima kasih. terima kasih telah mengajariku bagaimana rasanya dijaga dan diperhatikan. bagaimana rasanya jatuh hati. bagaimana rasanya ditinggalkan begitu saja. bagaimana rasanya mengukir rindu diatas batu. aku ingin berterima kasih kepadamu. dan aku berterimakasih kepadamu. karenamu, aku dapat paham bagaimana rasanya mencintai seseorang tanpa timbal balik.

aku hendak pergi. maka itu, aku menulis surat ini sebagai tanda perpisahan denganmu. aku akan pergi meninggalkanmu di belakang. aku akan melepasmu pergi, membiarkanmu mencari kebahaigaanmu sendiri. karena aku akan berkelana mencari kebahagiaanku.

aku akan mengikuti kemana angin akan membawaku. aku ingin bebas leluasa mencari penggantimu. tidak mungkin selamanya aku akan hidup di dalam bejanamu. sudah cukup banyak air mata yang tertahan karena diam mengagumi dari jauh. hal itu sudah cukup membuat hati tersayat sangat dalam. bahkan dengan kecupan macam apapun tidak akan memperbaikinya.

satu hal yang aku minta darimu.
berbahagialah dengan siapapun itu perempuan pilihanmu. hargai dia dan perlakukan dia seperti dia adalah perempuan terakhir yang akan kamu lihat. aku tidak akan pernah berhenti mendoakan kebahagiaanmu. dimanapun kamu berada, berbahagialah.

selamat tinggal. terima kasih untuk 1.700 hari ini. aku belajar sangat banyak. aku tidak akan melupakanmu seutuhnya. aku akan selalu mengingatmu sebagai senja favoritku.
berjanjilah, jangan pernah mencariku lagi.
Joshua Soesanto Jun 2014
sebuah tatapan kosong
teriak! harapan perlahan hilang
lalu, lahirlah sebuah manusia tanpa wajah
di hujani batu demi batu rasa asa

jangan kalungkan pelangi di lehernya
karena akan di curi dan di hancurkan orang
seperti timbangan keruh dan pergulatan gelap

"bahagiakan saja aku!"
terdengar suara perempuan seperti letusan
di sebuah lorong sempit, sepi tak bertuan

apakah salah tuhan menciptakanmu?
dengan senyum yang menawan
dengan hidup yang penuh warna
dengan hidup secercah matahari pagi
dengan hidup yang bersinar seperti bintang
dengan hidup yang kata orang penuh arti

lantas, salah siapa?
kalau pada akhirnya dia hanya di hujani rasa sakit
seperti anjing liar dalam tubuhnya
mengonggong sampai hati padam,
lalu lupa akan sinarnya

dulu dia pernah mengecap manisnya hidup, dulu..
di hujani sejuta kata rayu
sekarang dia jatuh, tergeletak
bersama matahari menggantikan rembulan

lalu, biarkan langit tampak mencolok
setelah kurvanya kehabisan mekar
dan biarkan langit tak lagi elok
sebab kini mimpi terlihat samar

ingatan pada sebuah kotak
berdebu dan usang
tentang dambaan seseorang yang lewat
dengan wajah kemarin

mungkin, mengingatmu seperti pagi
selalu sederhana.
ingatan..sebuah ingatan

tentang dirimu yang hancur, di sia-siakan
di peluk lalu di injak-injak orang, di buang

tentang tegarnya dirimu menjalankan alur cerita
cerita naskah sang pencipta

tentang dirimu yang berjalan dalam kelabu
karena jejakmu lupa warna
tentang dirimu..yang penuh arti tapi bukan untuk dia

seperti pisau bermata dua
seperti senapan berpeluru dua
salah satu harus mati
atau
kita berdua, mati.
Erik Indarto - A Kite On The Darkest Night #NowPlaying #Tracklist
Alia Ruray Jun 2015
Aku mengingatmu
di sela waktuku bertualang
di setiap spasi dalam kalimat 'kita'
aku mengingatmu.

Kau buatku menetap tanpa alasan.
Lantas pergilah aku bertualang;
pergi terbang
ingin kau tau kau tidak mengekang
ingin kau tau aku bisa, kapan saja,
terbang.

Tapi di setiap kepakan sayap,
aku merindu.
Di labuhanku yang berganti-ganti,
aku menemukanmu.



Duduklah kau rapih,
sambut ku yang selalu pulang.
(24 June 2015)
Aridea P Jul 2012
Palembang. 26 Juni 2012

Kalau udara tak bisa dibeli
Mengapa aku tidak bisa bernafas tanpamu?
Kalau cinta membuat orang bahagia
Mengapa aku menangis setiap kali mengingatmu?
Kalau berkata begitu mudah
Mengapa sangat susah tuk bilang I Love You?
Diadema L Amadea May 2018
mengingatmu;


sepi di luar mata
gaduh di dalam kepala
iya soalnya kamu lagi rebanaan di dalem otak
KA Poetry Sep 2017
Imitasi cinta yang disenandungkan dari mulutmu
Ilusi yang kau tanamkan layaknya biopori
Intimidasi yang kau lakukan atas kebebasanku.

Kamu..
Sebuah Monster yang menjadi mimpi terburukku
Mengingatmu..
Memberiku penderitaan dari memori - memori gelap
Kamu..
Adalah mahluk Tuhan yang mampu menghancurkan jiwa para umatNya.

Engkau datang dengan senyum manis
Memelukku
Lalu meremuk diriku
Datang disambut cerah
Menetap disambut gelap.

Kamu
Adalah sebuah
Kutukan bagiku
27/09/2017 | 12.33 | Indonesia
YC Jun 2017
Mengingatmu hingga mati, aku tak berjanji. Tapi setidaknya dalam tulisan-tulisan ini, kau kan abadi.

— The End —