Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Penunggang badai Mar 2021
Mengambil bentuk paling bahagia dari bias sore yang sayup melantunkan nada-nada melankoli, perihal perpisahan.

Tersapu wajah oleh angin laut, biru terbakar di ujung cakrawala, sepasang mata menatap dalam baskara—mengisyaratkan, "saatnya pulang dengan lapang".
Sundari Mahendra Dec 2016
Pernahkah kita memikirkan, bagaimana cara Maria melahirkan Yesus
P i k i r k a n l a h....
Ya...benar sama seperti manusia, seperti seorang ibu yang melahirkan
Menahan sakit dan berpeluh
Tak seorang dokter ataupun bidan membantu
Hanya tangan Tuhan, Sang Allah Bapa yang memberikan kekuatan
Menopang dan dapat menjalankan persalinan dengan sempurna

Maria seorang perawan yang tidak pernah melahirkan sebelumnya
Melakukan kehendak Tuhan seperti yang sudah dikatakannya:
"Jadilah kepadaku seperti kehendakMu"
Berserah ditanganNya, diantara kesendirian dan kemustahilan
Berseru kepada Tuhan:' KehendakMu Tuhan kulaksanakan!"

Jadilah kita seperti Maria pada jaman ini
Berserah akan kehendak Tuhan
Walau jalan tak lapang, walau rintangan tak kurang
Tetapi tanganNya tak pernah melepaskan kita
Pelukkannya tak pernah kurang kehangatan
KasihNya yang selalu menyertai
IMANUEL...
ada yang lain di bibirmu
yang mekar ketika melihat
sesuatu yang indah
bukan— bukan kita.

ada yang lain di matamu
yang memanja nyawa-nyawa lainnya
seperti melihat kenyataan yang cantik sekali
bukan— bukan kita.

ada yang lain dari langkahmu
yang luar biasa kuatnya
seperti anak umur 5 tahun yang mengejar lenglayangan di ujung lapang—gembira.

ada yang lain dariku
kosong sekali
linu nya masih ada
namun ada yang tak kunjung kembali


kita

yang katamu sungguh berantakan.
Penunggang badai Feb 2021
Mungkin benar adanya, menantang ketidaktahuan telah dengan pasti menggiring kesadaran pada sebuah langkah menuju keberanian bersikap. Yang karenanya juga, telah turut menjadikan hati begitu lapang di ruang yang begitu sempit, menempatkan intuisi dalam usaha menyeimbangkan ego dan benci, menuntun arah pikiran menuju muara kebijaksanaan.

Sebuah pertanyaan akan kegelisahan, berhak untuk ditelusuri muasal kebenarannya. Semua berhak akan hal itu. Untuk sebuah dinding yang membatasi penglihatan indrawi, merobohkannya adalah kepatutan. Untuk sebuah ketidaktahuan yang memenjarakan, manusia yang berjuang atas akal pikirannya sendiri—berhak untuk terbebas dari kungkungannya.

Meminjam dari Aristoteles, terbang menuju keselarasan ide serta realitas yang tidak terbatas!

Jangan biarkan gelap menguasai malam. Usaha demi setitik cahaya harus selalu terpatri dalam diri. Melekatkan sikap keraguan-raguan pada pikiran adalah sebuah keharusan. Hanya itu bahan bakar yang paling mungkin, untuk menyalakan setitik cahaya yang dimimpikan.

Biarlah menjadi berbeda, biarlah diasingkan. Karena bagi mereka yang merindukan merdeka, beranjak dari ketidaktahuan adalah sebuah keniscayaan!
ZZ Mar 2018
penuh sesak dan sakit,
yang kini kucoba hadapi ternyata bukan sekedar itu.
bukan sekedar melepaskan diri dari cinta duniawi,
tapi perihal sebuah kerelaaan.
perihal menciptakan ruang kosong penuh kepasrahan dalam hati.
yang memang, tak akan ada yang mengerti
kecuali Dia, Ilahi Rabbi

bukan pula sekedar siksa rindu yang kurasakan sekarang
tapi untuk bisa berjumpa, dan bersama di waktu mendatang
karena visioner bukan hanya mampu menyusun apa yang ada didepan
tapi dimulai dari bisa membedakan, mana yang sementara mana yang dibawa ke bilik kuburan

dan karena kaya bukan hanya perihal harta
tapi seluas apa hati kita bisa ikhlas hingga lapang
dan pasrah bukan cuma perihal kata
tapi seberapa ingat kita berserah tiap kali cobaan datang.
14 Juli 2017

dapat juga dibaca di https://tintaqabila.wordpress.com/2017/07/14/jauh/

— The End —