Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Ravin Jul 2018
Cahtee hai tujhko is baat se inkaar kyon kere hum..

Galati tere nehi hai, aur sahi hum bhi nehi hai, magar,
Ek kasmakash chalti hai dil aur dimag kee beech, hum chaa ker bhi dil ki suun nehi pate, is baat se inkar kyon kere hum..

Bhoola dena chatee hai tujhko magar nehi bhula patee, is baat se inkaar kyon kere hum..

Ek namee sii aye hai ankho mai phir bhi muskurate hai tere samne, is baat see inkar kyon kere hum..

Hume lagta hai kii tere bina naa jii sakenge, magar khud se yee izhaar kyon keren hum ..

Mana tujhe kho diya magar khone ka ehsas kyon keren hum..
So Dreamy May 2017
Hari itu hari Sabtu. Dan, aku sedang ulangtahun.

Sepi. Hanya terdengar suara tetesan air dari keran yang lupa ditutup rapat di wastafel dapur. Desiran angin yang menggesek dedaunan di halaman belakang. Bambu angin yang bersiul di teras rumah tetangga sebelah. Jalanan beraspal yang kosong. Terpaan sinar matahari. Mangkuk beling yang diketuk penjual makanan keliling. Suara jarum detik jam dinding.
Dalam diam aku menunggu. Mahesa belum juga datang. Duduk di atas sofa, perlahan kulahap sekantung keripik kentang, suara iklan di televisi kini menjadi musik latar yang mengisi siang terikku yang sepi ini. Lupakan fakta bahwa kakakku, Mas Kekar, adalah satu-satunya orang yang mengingat hari ulangtahunku. Ucapan ulangtahunnya tiba tadi pagi pukul tujuh lewat pesan suara. Kalau ada Nenek, ia pasti akan membuat kue tar dan nanti malam kami akan duduk melingkar di atas meja makan, menyantapnya bersama-sama sambil minum teh lemon. Sayangnya, sekarang rumahnya jauh; di surga.
Tiba-tiba, telepon genggamku berbunyi. Satu notifikasi baru, ada satu pesan masuk. Dari Mahesa, katanya ia akan sampai lima menit lagi. Baiklah, akan kutunggu dengan sabar. Walaupun ia bilang akan menjemput pukul setengah dua belas ― aku sudah menunggunya sejak pukul sebelas lewat, sekarang pukul satu, dan lima menit lagi ia akan datang. Menghabiskan waktu seharian bersama Mahesa selalu menjadi momen istimewa bagiku, membuat jantung jumpalitan tak karuan, dan berakhir tersenyum-senyum sendiri setiap kali sebelum memejamkan mata di atas tempat tidur pada malam hari. Singkatnya adalah orang ini selalu membuatku bahagia, sadar atau tidak sadar dirinya, ialah sumber kebahagiaanku. Bulan dan bintang bagi malamku.
OK. Kubalas pesannya, lalu kubuka pesan-pesan lain yang mungkin belum kubuka. Tidak ada pesan lain atau telepon. Belum ada telepon dari Ayah ataupun pesan singkat. Entah kapan ia akan pulang. Entah kapan ia akan menyempatkan diri membuka kalender, teringat akan sesuatu, dan mengucapkan, “Selamat ulangtahun.”.
Aku berjanji tidak pernah ingin jadi orang yang hidup tanpa memiliki waktu.
Bel berbunyi dan pintu diketuk. Spontan, aku merapikan rambut, memakai tas selempang, dan bangkit. Kusiapkan senyum terbaik untuk menyambut Mahesa. Setelah pintu kubuka, senyumku langsung sirna. Mang Ijang, tukang pos daerah kami yang malah muncul.
“Siang Mbak Maura, ada tiga surat buat Bapak,” dia menyerahkan tiga surat berbentuk persegi panjang yang sangat familiar bagiku. Sudah berpuluh, bahkan mungkin ratusan kali aku menerima surat macam ini sejak lima tahun terakhir. Kubaca nama perusahaan yang tertera di kop surat itu. Masih sama seperti biasanya; bank, perusahaan listrik, perusahaan telepon.
“Tandatangan di sini dulu, Mbak,” Mang Ijang menyerahkan pulpen dan sebuah kertas tanda terima surat. Setelah kutandatangani, ia pergi.
Kubuka surat itu satu per satu sambil duduk di kursi teras. Surat-surat tagihan, seperti biasa. Hampir dua bulan rupanya Ayah tidak membayar tagihan telepon. Aku bahkan tidak berselera lagi membaca nominalnya. Aku menghela napas dan memandangi jalanan kosong di depan rumah. Kuputuskan untuk memakai earphone, memilih playlist di aplikasi musik, menunggu Mahesa di kursi teras sambil ditemani angin semilir.
5 menit.
Everything is Embarrassing – Sky Ferreira.
10 menit.
Please, Please, Please, Let Me Get What I Want – The Smiths.
15 menit.
Love Song – The Cure.
Dua puluh menit kemudian, Mahesa datang. Senyumku seketika merekah, walaupun ia terlihat begitu lelah. Kaos polo abu-abunya basah oleh keringat, dahinya dibanjiri keringat, napasnya terengah-engah dengan ritme yang tak beraturan. Aku duduk di sampingnya yang memegang kemudi dan masih bisa mencium wangi parfumnya samar-samar, meskipun tujuh puluh persennya sudah bercampur dengan semerbak peluh. Tapi, siapa peduli? Menurutku, ia tetap mengagumkan.
“Maaf lama, Ra. Tadi ada urusan penting yang mendadak,” katanya sambil memilih-milih saluran radio. 19.2, saluran radio yang khusus memutarkan musik-musik indie dan jadul. Mungkin ini salah satunya mengapa sejak awal aku tertarik dengan manusia yang satu ini dan berujung benar-benar mengaguminya, kami menyukai jenis musik yang sama. “Jadi, ke mana kita hari ini? Dan, akan mengobservasi apa?”
Kubuka catatan jadwal terakhir kami, “Hmm. Hari ini jadwal kita ke galeri seni kontemporer yang ada di sebelah balai kota dan pameran seni di hotel Metropolite. Kita bakal mengobservasi lukisan kontemporer supaya bisa membandingkan dengan jenis lukisan yang lain.”
Kamu benar, sesungguhnya ini hanyalah sekadar tugas kelompok bahasa Indonesia. Mungkin bagi Mahesa begitu, tapi bagiku bukan sama sekali. Kuanggap ini sebuah kebetulan yang ajaib. Kebetulan kami sekelompok. Kebetulan kami berdua sama-sama tidak masuk di hari ketika guru Bahasa Indonesia kami membagikan kelompok dan kami masuk ke dalam kelompok terakhir, kelompok sisa. Kebetulan kami memilih tema seni lukis dan belum ada kelompok lain yang mengambil topik itu. Kebetulan dua anggota kelompok kami yang lainnya tidak bisa diandalkan, yang satunya sakit berat dan yang satunya lagi sudah dikeluarkan dari sekolah sejak bulan lalu. Kebetulan hanya aku dan Mahesa yang tidak bermasalah. Maka, hanya kami berdua yang selalu jalan ke tempat-tempat untuk mengobservasi. Sejak saat itu, aku percaya akan keajaiban.
---
Semuanya berawal dari pertemuan singkat kami di minggu keempat kelas sebelas. Oke, ralat, bukan sebuah pertemuan lebih tepatnya, melainkan hanya aku yang memandanginya dari jauh. Namun, itu satu-satunya kejadian yang mungkin dapat memberi jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana perasaan ini bisa muncul. Bukan secara tidak sengaja dan spontan seperti yang biasa kau dapatkan di adegan jatuh cinta pada film-film romansa norak, tetapi adeganku sederhana, penuh kehati-hatian, dan perlahan.
Kelas sebelas adalah tahun yang cukup sulit bagiku. My dad was busy more than ever—well, until now dan itu tahun pertama Mas Kekar menginjakkan kaki di dunia perkuliahan. Dia diterima di salah satu universitas negeri ternama di Bandung, jadi hanya pulang ke rumah setiap akhir bulan. Aku punya waktu sendirian di rumah dengan jumlah yang berlebih.
In that year, my friends left me. Ghia pindah ke luar kota dan Kalista bergabung dengan anak-anak populer sejak mendaftar sebagai anggota baru di tim pemandu sorak. Kami hanya makan siang bersama pada beberapa hari di minggu pertama sekolah, setelah itu dia selalu dikelilingi dan menjadi bagian dari kelompok cewek-cewek pemakai lip tint merah dan seragam yang dikecilkan. Aku mengerti, barangkali dia memang menginginkan posisi itu sejak lama dan citra dirinya memang melejit pesat, membuat semua leher anak cowok melirik barang beberapa detik setiap ia berjalan di tengah koridor. Lagipula, jika ia sudah mendapatkan status sosial yang sangat hebat itu, mana mungkin dia masih mau berteman dengan orang sepertiku? Maura, the average one, yang selalu mendengarkan musik lewat earphone, yang lebih banyak menyantap bekal di dalam kelas pada jam istirahat. Aku hanya masih tidak paham bagaimana seseorang yang semula kau kenal bisa berubah menjadi orang lain secepat itu.
Tapi, hal lainnya yang cukup melegakan di tahun itu adalah aku bertemu dengan Indira. Kami berkenalan pada hari Senin di minggu kedua kelas sebelas, hari pertama dia masuk sekolah setelah seminggu penuh dirawat di rumah sakit karena DBD. Begitu melihatku duduk sendirian di baris paling belakang, dia buru-buru menghampiri sambil bertanya, “Sebelahmu kosong?”. Sejak itulah kami berteman.
Indira dan teman-temannya biasa menghabiskan makan siang di bangku koridor lantai satu yang menghadap ke lapangan, bukan di kantin. Walaupun secara harfiah aku bukan salah satu bagian dari kelompok pertemanan mereka, Indira selalu mengajakku bergabung dan orang-orang baik itu rupanya menerimaku.
Di bangku koridor itu kali pertama aku memerhatikan anak laki-laki yang bermain bola setiap jam istirahat kedua. Hanya ada dua-tiga orang kukenal, itu juga karena mereka teman sekelasku sekarang atau di kelas sepuluh, sementara selebihnya orang asing bagiku. Di antaranya ada yang berperawakan tinggi, rambut tebal, rahang yang tegas. Aku hanya belum tahu siapa namanya waktu itu.
Selanjutnya, aku bertemu dengan laki-laki itu di kantin, sedang duduk bersama beberapa cowok yang tidak kukenal, tertawa lepas. Mungkin karena aku jarang ke kantin, aku baru melihatnya di sana waktu itu. Pada acara demo ekskul, aku melihat dia lagi. Bermain bass di atas panggung. Anggota klub musik rupanya. Pemain bass. Pada hari-hari berikutnya, aku lebih sering melihatnya berjalan di koridor depan kelasku, kadang sendirian dengan earphone, kadang ada beberapa temannya. Anak kelas sebelas juga rupanya, jurusan IPS juga. Hari-hari berikutnya, selalu kutengokkan kepala ke jendela setiap kali ia lewat di depan kelasku. Aku penasaran, kenapa mataku tidak pernah melihat orang semenarik dia sebelumnya? Dan, kenapa dia hanya muncul di tempat dan saat-saat tertentu, seperti saat istirahat, masuk sekolah, dan jam pulang? Hari-hari berikutnya, berpapasan dengannya membuatku senang sekaligus semakin penasaran. Dia anggota klub fotografi juga, aktif, sering memimpin rapat anggota di kantin sepulang sekolah, dan ternyata karyanya banyak dipublikasikan di majalah sekolah. Dari situ aku tahu namanya, Mahesa.
---
“Geser ke kanan sedikit. Bukan, bukan, sedikiiit lagi. Sedikiiit, oke, pas!”
Sebagai dokumentasi, Mahesa memotret beberapa lukisan dari berbagai angle dan beberapa kali memintaku untuk berpose ala-ala tak sadar kamera. Tentu saja aku pasti bersedia, selalu bersedia. Dia juga merekam keadaan sekitar dalam bentuk video, yang katanya, bakal dia edit menjadi super artsy.
“Percaya sama gue, kita bakal jadi tim paling keren yang menghasilkan dokumentasi paling berseni, Ra,” kata Mahesa sambil tersenyum sendiri melihat hasil jepretannya.
Destinasi terakhir kami—pameran lukisan yang sedang digelar selama seminggu di hotel Metropolite—akan tutup sepuluh menit lagi, tepat pukul tujuh malam. Setelah terakhir kalinya Mahesa merekam keadaan pameran dan beberapa pengunjung yang masih melihat-lihat, baterai kameranya habis. Sebelum pulang, Mahesa bilang dia tahu tempat makan enak di sekitaran sini. Jadi, kami mampir untuk mengisi perut dengan soto ayam dan berbincang-bincang sebentar, setelah itu baru benar-benar pulang.
Di perjalanan pulang, derai hujan turun perlahan. Karena rumah kami terletak di pinggiran kota, jadi kami harus melalui jalan tol atau kalau tidak, akan lebih jauh. Mahesa memencet-mencet tombol radio, mencari saluran nomor 19.2, tapi setelah mendengar acara yang dibawakan penyiar radio, dia langsung mengganti asal saluran radio yang lain. Saluran radio yang menyiarkan lagu-lagu pop kekinian yang sedang hits.
“Sekali-kali dengerin genre lain, ya, Ra,” katanya sambil menginjak rem. Jalanan seketika padat merayap di depan kami. Mungkin karena hujan mulai deras, jalanan mulai tergenang, orang-orang mengemudi dengan lebih hati-hati.

(bersambung.)
to be continued.
Keren Jun 2016
she entered the room
picked a seat at the back
she put her earphones on
lay her head on the desk.
"i am nobody
and nobody notices me.
why am i even staying here?"
she closed her eyes.


someone entered the room
picked a seat beside her.
she poked her.
she lifted her head with poker face.
"hi, Im Keren"
she gave a smile.


"maybe I should keep this someone"
she whispers at the back of her mind.
Hahaha. Idk. Hi
Yulia Surya Dewi Mar 2018
Bangsa pribumi di era modern
Memaksa batin untuk jadi keren
Sudah lewat aku di zaman batu
Ku langkahkan kaki di zaman baru
Aku tidak tahu cara naik bus
Yang aku tahu adalah kursi bertikus

Oh jarak..
Jarak yang membuatku berpisah
Aku rindu suasana desa yang indah

Oh jarak..
Sampai kapankah aku gelisah
Aku gundah tidak tahu arah

Oh jarak..
Selamatkanlah aku
Selamatkan aku dari rasa putus asa

Aku takut..
Aku takut pada gedung besi berasap
Aku takut pada mesin yang berjalan
Aku takut pada benda panjang beruap

Siapakah aku disini?
Siapapun tolong bantu aku
Siapapun keluarkan aku dari sini
Siapapun tuntunlah aku

Oh Tuhanku..
Berikanlah Petunjuk-Mu
Tidak ada yang lain selain Diri-Mu
Aku disini hanya pencari Ridho-Mu


-Kediri, 19 Maret 2018-
Andrew L Manson Jul 2018
Ik druk mijn lippen op jouw naam,
sierlijk op een enveloppe geschreven,
fragmenten van herinneringen,
in een brief die ik je nooit heb gegeven.

Weet je nog *** wij de eerste keer liepen,
door die oude hoofdstad van ons land?
Door de straten zwervend, lachend,
jouw koude in mijn warme hand.

En weet je nog de kleurigste herfst,
wandelend door het bos bij de duinen,
met jouw dochter die vol bewondering
naar paddenstoelen liep te struinen?

En weet je nog die hoogste schommel,
die bijna reikte tot de maan
waarop ik jou steeds hoger duwde,
omdat ik nog niet weg wilde gaan?

En weet je nog *** wij samen,
slenterend door winkels van ingebonden papier,
intiem pratend, de wereld negerend,
jij mijn hand pakte en zei “hier”?;
“Voel *** wij uit alle macht
hetzelfde dansen op het ritme van dit leven”
en *** ik toen ter plekke bedacht
dat ik jou mijn wereld wilde geven.

En weet je nog, toen het tij
zich tegen ons begon te keren
en wij nog dachten dat wij samen
de storm wel zouden kunnen trotseren,
*** ons roerloze schip
tezamen met mijn wereld is vergaan,
toen de golven van emoties
het tegen de rotsen hebben doen slaan?

En heb je het nog gehoord dat ik zoekend,
tussen het wrakhout in de koude oceaan,
jouw naam heb geroepen tot ik,
schor en half in verdriet verdronken,
maar aan land ben gegaan?

En heb je het geweten dat ik dolend,
over bospaden en de straten van die oude stad,
gezocht heb naar sporen van jou,
niet wetende of je aan mij dacht of dat je mij vergat?

Maar wat je niet hebt kunnen weten
en waarschijnlijk ook niet meer ziet
is dat ik nooit heb kunnen vullen,
de leegte die je achter liet.

Ik druk mijn lippen op jouw naam,
sierlijk op een enveloppe geschreven,
fragmenten van herinneringen,
in een brief die ik je nooit heb gegeven
Ceyhun Mahi Aug 2018
De eerste plek van mijn suikerfeestgebed!
Je was al oud, maar nooit een stuk antiek,
Je had ook nooit een mooie minaret,
Maar toch een moskee, vanbinnen klassiek.

Nu loop ik langs jou stenen, met gedachten
Die steeds proberen te herinneren
*** het nou was; wat mensen hier brachten,
Wat was het wat ik deed al die keren?

O gebouw van oudsher, nu ben je onbekend,
Een oude plaats alleen van nostalgie,
Door nieuwelingen word je niet gekend,
En nu een stukje in de poëzie.

Eerst kleine handjes, kleine gebeden,
Nu een jongeman, kijkend naar het verleden.
A sonnet written in my native language; Dutch. I want to post more poems in this language here and maybe I will even translate them to English.
Daan Oct 2019
Aan het einde van de week
moet ik naar een evenement,
dat mij bij beslissen leek
leuk te worden. Je kent
het wel, niet iedereen
en je moet veel doen
alsof, acteren.
Die moed kan keren
want het was zo druk,
het was vermoeiend op het werk,
'k had niet veel geluk
in de les of in de kerk
om op te letten, bij te blijven,
goal te getten.
Helaas, ik heb al toegezegd,
mijn vat is op en ik wil slapen,
ik wil rusten, voldoening geven
aan mijn eigen lusten.

Afgezegd,
gezwegen en belegen, leven
alle mensen verder
en ben ik heel tevreden
dat ik nog net genoeg had
in dat vat om te zeggen
dat het enige wat ik wilde,
mezelf erbij neerleggen
en hopen dat jullie
er niet te zwaar aan tilden.
Hervulling
Faye Dec 2021
De nacht is eindeloos,
zeker als je de dageraad onverwacht
begroet na een uur of zes
verlangend naar slaap die niet komt.

The night is eternal,
especially when you greet the dawn unexpectedly,
after six hours of tossing and turning
longing for a sleep that will not befall you.

Ik ben fysiek ziek
van dit alles.
Er raast een manie door mijn lijf
en ik ben bang dat het mij de baas zal zijn.

All of this
has made me physically ill,
mania rushes through my veins
and I fear it will get the best of me.

Mijn maag draait en tolt,
het wentelt zich als zeerovers
op een schip, tiental keren op z’n kop.

My stomach twists and turns,
tips from side to side,
like pirates on a ship,
tons of times upsy-daisy.

Ik ben heel de nacht wakker geweest
radeloos over elke beweging,
peinzend over elk woord
dat jouw lippen verliet.

I have been up all night,
guessing about every move you made,
pondering the meaning of every word
that crossed your lips.

Het is haast infantiel
dat jouw aanwezigheid
zoveel invloed op mij heeft,
ik weet niet waarom ik dat toesta.

It is absurd
how much your presence
affects me,
and I don’t know why I let it.

Ik heb mijn huiswerk gemaakt
naar muziek geluisterd
wel twintig webpagina’s geraadpleegd
mijmerend over jouw gezicht,
schrijf ik gedicht na gedicht.
wat je dan ook wordt,
een muze blijk je in elk geval wel.

I did my homework,
listened to music,
took the advice of two dozen websites,
musing over your face,
I write poem after poem,
whatever you might come to mean to me,
a muse, for now, that inspires endlessly.

Ik heb een nacht slaap verloren
en heb het gevoel dat ik nu
langs de wereld heen leef,
deelnemend, maar niet participerend.

I lost a night’s sleep over you
and feel like I am
living alongside myself,
watching but not interfering.

De nacht heeft mij sterker gemaakt,
ik weet weer waar ik toe in staat ben,
*** ik in elkaar zit,
en ik heb mijn zelfvertrouwen weer herwonnen.

The night has given me strength again,
I am aware once more, of my capabilities,
what makes me tick,
and have found my confidence again.

Ik weet niet waar wij
tweeën naar toe gaan,
of we hetzelfde pad zullen betreden,
of bij de splitsing ieder een eigen weg gaan,
maar ik weet wel dat ik niet wil verdwalen,
en ik zal op het rechte pad blijven,
ook al is het misschien mistig.

I don’t know where the two of us
will end up,
if we will tread the same track,
or at the fork in the road,
will each pick our own path,
but what I do know,
is that I will not allow myself to get lost,
and will follow my trail till the end of the line.

Voor hem tien anderen,
en voor mij misschien vijf.
Ik weet dat ik beter kan krijgen,
ook al lijkt dat niet zo wanneer ik met hem praat.

There are ten others like him out there,
and maybe five like me.
I know I can do much better,
even if I forget during our talks.

Drie dagen,
niet eens drie dagen,
en hij heeft zich als een worm
in het klokkenhuis van mijn hart gewurmd,
en neemt hap na hap,
tot de appel op is.

Three days,
not even three days,
and he, much like a worm,
has burrowed itself
into the core of my heart,
and bite after bite
devours me,
until there’s nothing left.

Ik ben misselijk,
en ik mis je,
een maladie
van eenzaamheid
overspoelt mij.
Dit is niet wie ik ben,
altijd zo helder en duidelijk,
standvastig en vastberaden.
Jij doet mij ijlen
en daarom mag jij het contact
maken tussen ons,
ik heb al genoeg geleden.

I am sick to my stomach,
I miss you,
a fevered loneliness
overcomes me.
This is unlike me,
usually so clear,
determined and steadfast,
you make me delirious,
and that is why you
have to keep up the conversation
between us,
because I have already suffered enough.

Ik controleer zo vaak
of je al iets van je hebt laten horen,
dat mijn ogen langzaam vierkant worden,
ik mis geschreven schrift.

I have been incessantly,
obsessively checking my messages,
to see if you have texted me,
so much so,
that I fear I will end up like Mike TV,
I miss hand-written letters.

Er zal nooit gevoel bij hem vandaan komen,
en bij mij ook niet, zeker nu niet.

He will never reciprocate,
and neither will I, not presently.

Waar komt deze plotse last vandaan?

From whence came this plague, to plague me?
Daan May 2023
Doet uw best en niemand doet de rest.
Leer daar maar mee leven.
Leer daar maar mee raven.

Tel in ruïnes van oud fabrieksterrein
in micro-dosis hoeveel we van onszelf
verloren zijn.

Bouw huizen voor de duiven,
die duizend huiverende fuivers,
de kruisbestuivers die *** muizenissen
en de duigenvallers uit het
geheugen willen wissen.

Soms maakt het weinig uit, welke
stijl, welke aanpak, hoevel keren.
Als we al iets doen, presteren,
uit fouten leren en opnieuw proberen.
Ik heb het gevoel dat we iets aan het vermijden zijn, zei de gedragstherapeut.
Mateuš Conrad Feb 2022
i knew this was going to happen,
for three days i was beside myself after having met her
at work, the way she smiles...
she creases her face like someone might
crease a piece of paper...
there's nothing menacing about it...
but she does it in this most splendid of ways...

oh she went out of her way today,
she took out her earrings, she didn't have any
rings on her fingers...
i abhor any metallic additions to the body...
i esp. abhor earrings,
i esp. abhor rings on fingers...
i'm fine with a necklace...
but anything else is a massive turn off...
today i found that beside the hands being
the most ****** part of a woman's body...
closely second... are their ears...
and she's a petite girl... 5ft2...
when we finally said our goodbyes i only had
to wrap one hand around her to bear hug her...
we didn't kiss the cheeks upon meeting
so upon saying a long goodbye
i had to do it twice, before ******* off...

she said: between 5 and 6pm...
she first texted me: is it o.k. that we move it for 6pm?
sure... no problem...
so i ate a brilliant salmon teriyaki
noodles... tarted myself up...
the housework was already done,
i stocked up on whiskey for tomorrow:
Bolton Wanderers are apparently going
to be a rowdy bunch up in Oxford...
put on my butcher boy's cap...
dressed in my per usual attire of...
how did my ex's younger sister put it?
oh... 'Matt... he's always dressed in earthly colours'...
yep... anything brown, green,
i'll be wearing that...

         it's a good thing that i use my mobile
when i have access to the internet indoors...
and when outside? i only turn on mobile data
when i need to call someone,
otherwise i switch it off...
      i'm travelling... whether that's by car,
bicycle or merely walking...

she sent me a text...

   Matt i was fine til about 30mins ago... now i'm
doubled up with a belly ache (crying emoji face)
probably trapped wind (sad emoji face)
might have to put you off for an hr see if it subsides x


there's no hindsight with that...
i arrived five minutes prior to six pm...
bearing... the promised bottle of wine...
some banana loaf i made for her son:
at one point the dog was barking mad about sniffing
it out... she had to tell the dog off...
'no, it's not yours'...
and a bottle of Franziskeiner Weissbier for myself...
i asked to be topped up with a glass
of wine: my throat was getting dry...

she wasn't going to stall me...
oh, you want to know what teenage butterflies feels,
having them in your stomach?
it was silly of my to have felt them for
3 days after meeting you?
you're not getting off so easily...
if you have feelings for me?
you're going to feel them...

and she was all ready to begin with...
scented candles in the house, the house tidied up...
incense in the kitchen...

now i see the bigger picture...
women only love men by the women feel about
themselves around certain man...
i mean... i dated a 6ft girl once... but this one...
this pretty red-haired ****** has me all fired up...
and it now seems... she's reciprocating...
we're still at this nervous stage of out-thinking
each other...

but when she opened the door i could see...
ooh oh... something's up...
she tried to not be nervous...
i gave her my home-made wine in
a wine bottle from South Africa: Arabella...
i just sent her a link to a song
that inspired me: the Arctic Monkeys' song
of the same title...

i came at 6... left eleven minutes past 9pm...
she wanted me to stay longer,
but i said to her: and you know i have work
tomorrow... plus you said you came back
from work and Freddy came back from school
and you really haven't spoken to each other...
plus you just said you're going to run a bath...

my god, how she elevated her beauty without
donning any armour of rings and earrings...

yeah, i know there's a kid in the background...
that's why i brought the banana loaf with me
and i'm not thinking about sleeping with her...
i need to elevate the tension in her...
until she snaps...

          time... precious time...
and as he put a chair in the kitchen for me to sit on...
and as i watched her prepare a meal for her son...
my god... how happy she looked...
she played all the songs that spoke for her...
we exchanged a like for Dua Lipa and Mabel...
what?!
she danced, she laughed, she sang...
she has a beautiful voice...
she delighted me... with her new found happiness...

she danced, she laughed, she sang...
she almost looked like a teenager once more...
i just sat there before another face emerged
when my voice suddenly dropped lower
and became more husky...

come on, what are my options?
she has lost a few children along the way via miscarriage,
she only has this one boy,
i tell her: i'm the only child myself...
her older brother is living with his parents
and he's a bully,
i tell her: i'm rather ashamed of still living with
my parents, but i do all the cooking,
the cleaning and if the garden needs work...

she's super excited about having a hot tub...
i have a hot tub... not one of those inflatable types...

she illuminated her vinyl player today
when i sent her a photo of my rack with books
from the floor to the ceiling and a bunch
of vinyls: oh, you should have told me...
i would have brought a record over...
blah blah...

i don't know how 6pm turned into 9pm...
well... if the dog is barking mad about sniffing that banana
loaf... i hope the two of them will be as mad
about it as the dog...
but it's only fair... if i'm getting butterflies in my stomach
after initially meeting her...
she should feel some of that herself...
see if she likes it...

i didn't... we gently touched hands while she showed
me a book of pictures of old Romford...
i told her: i'll bring a copy of a book: similar
from where i was born... famous in the 20th century
for its metallurgy... all those metal poles
at that Paris stadium? they came from my hometown...

Edinburgh is as dear to my heart as Paris...
believe me... that city has ghosts...

it's such a perfect storm...
     she has her period pains and psychosis...
i've had my psychosis and ejaculations...
you know: mad meets mad...
all her past relationships were with violent
alcoholics... i'm a drinker that makes his own
wine... the only person i was ever violent to
when drinking? me... i put out cigarettes
butts on my knuckles when i say to myself:

ENOUGH, OF THE *******, BUTTERFLIES!
i need a higher experience...
none of all this mushy-mushy *******...
i need a penetrating sensation...
something that goes into the territory of
the nerves...

my god, how she danced, how she laughed, how she sang...
i'm pretty sure her son was like:
who's this guy that's making my mum
feel so good about herself?
she literally ran outside of the house
and started dancing in the garden...
yet all the while trying to stall me... ghost me...

no... i'm not having it... you're getting this wine,
you're getting this banana loaf: whether
you like it, or not...
i'm not going to drink it, i'm not going to eat it...
i really don't care about your past...
sure... you ****** up...
anyone who hasn't ****** up...
is about to **** up...
but, see... it's not like she's even remotely interested
in what i have to say...
she's so high on herself that i fall back...

why am i only child? well... you know... Chernobyl...
women in Poland had to drink iodine... blah blah...
she's not exactly interested in me...
i know that... because she's regained a focus
for being re-interested in herself...
she's found herself, once more,
but the self she found... oddly enough:
she didn't expect to be so young!

she looked like a teenage girl, she behaved like
a teenage girl...
   it's very lovely to see a woman nearing her 40s
behaving like she might be...
oh... i'd say in the range of 8 through to 14 years of age...
let's get real...
i'm not going to be looking for women in their
20s... all geared up for their anti-racist
black fascist ****** escapades...
o.k., darling: you do you...

                n'ah... i'm not having any of that crap...
give me a: cougar...
a puzzle-box of a woman...
let me see if i can fit it... into her life...
i don't do anti-racism...
after all... all the Jimmy Carr jokes wouldn't
be funny...
why would i want Jimmy Carr's jokes
to not be funny...
point blank reference... stand-up comedy:
the monologue approach to jokes
is a very English thing...

in Poland? you have satire... satire staged
within the confines of a... cabaret...
you have cabaret comedy...
which involves multiple actors...
rarely... almost never will you have
monologue stand-up comics...
stand-up comedy is an exclusively English
"thing"...

but the English are not really prone to
enjoy satire... beside... a newspaper comic strip...
that's about how much satire as
the English public entertains...
not to mention... "us", Polacks...
are a very self-deprecating people...
comedy is very self-deprecting...
but the people who enjoy it...
take themselves very seriously...
weird, no?
maybe because the theme of satire is only
allowed for political "concerns" and is never
made omnipresent in an English society...
bad translation...
everyday people can't be satirised in
the satire of everyday situations
for the simple reason that there has to be
a comedy sketch of: someone appearing / thinking
they're smarter than the other person...
therefore? the comedy of one...
rather than the satire of the many..

i.e. the situation is funny... therefore everyone is
in on the joke...
no... in England... this hyper-inflated gut *** of
emotions of non-feeling...
the personal joke is more important than
a shared joke... satire via the cabaret is of
the latter category... the former? eh... solipsism...
autism... whatever you want to call it...
it takes... a whole lot of specifics to get it right...
but stand-up comedy...
from what i've seen...
doesn't translate as well as you go further east...

a bit like THINKING... English people are too
pragmatic to think... in Europe: "thinking" is either
done by the French or the Germans...
pragmatic... egalitarian... unitarian...

ah... now i see why she was bothered about...
why i used G... instead of J when writing down
her name... the daughters of Job...
the other two were Keziah and Keren...
little dove...

and i subsequently sent her an explanation...
blah blah... well...
there's that... now i can return to drinking
and rubbing my hands together
like a fly.
Daan Mar 2019
*** doen ze het,
bewonderingswaardig,
*** blijven ze al die keren,
in al die situaties
die zo makkelijk frustreren,
onvoorwaardelijk
aardig?
Verzorg u goed.
Daan Mar 2019
Weiger de gedachte, loos het idee
dat jij alleen, machteloos, het leven
moet trotseren.
Je moet jezelf weren
voor en tegen onweren, onthouden
dat het houden van
je vasthouden kan.

Je bent niet alleen.
Je bent niet machteloos.
Je moet alleen iets doen. Teren
op wat al is gegeven,
werkt niet langer dan maar even.
Ooit zal het tij zich keren. Dan hoop je dat je niet moet vragen:
'Was dit het nu, heb ik wel genoeg gegeven?'
stop met analyseren
Werk voor morgen.

— The End —