Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
APA KAU TAK DENGAR ??

Sebuah nyanyian gerakan melingking lurus tajam
ke arah penguasa yang menusuk hati rakyat.

Para pemuda dan mahasiswa yang berada
dalam pusaran arus kerusakan
Maka tiada lagi, kita harus melawan !

Disaat buku hanya berada dikantong saku berdebu
Disaat pena tak lagi mengeluarkan goresan tajamnya
Disaat megaphonemu tak lagi bersuara karena usang
Disaat tongsismu membunuh sikap kritis !

Mana raunganmu wahai Pemuda ?
Keluarlah dari barak kos dan sekretariatanmu Mahasiswa !

Apa kau tak dengar ??

Mana raunganmu wahai Pemuda ?
Keluarlah dari barak kos dan sekretariatanmu Mahasiswa !

Apa kau tak dengar ??

Sungguh ibumu tak kan rela melihat dapur rumahnya
yang tak lagi mengepul

Apa kau tak dengar ??

Sungguh bapakmu tak kan rela melihat kau
menderita karena miskin tenaga

Apa kau tak dengar ??

Sungguh jalan raya merindukan berbagai aksi aksimu
disetiap hentakan langkah kakimu

Apa kau tak dengar ??

Sungguh engkau adalah Generasi yang diharapkan
ummat Muhammad !

Wahai Mahasiswa.. Kau pembebas dunia
Wahai Mahasiswa.. Kau penerus negeri

Wahai Mahasiswa.. Dikepalmu Khilafah !
Wahai Mahasiswa.. Dikepalmu Khilafah !
Wahai Mahasiswa.. Dikepalmu Khilafah !

‪#‎RinduPergolakan‬
Mai May 2018
Aku termenung pasrah
Menunggu lelah
Mendapat kabar tak indah
Membuat hati gundah
Waktu pasti akan mengobati hati
Hidup akan terus di jalani
Semakin pahit kehidupan
Semakin banyak perjuangan
Semakin panjang waktu kehidupan
Semakin dalam pengorbanan
Aku hanya akan menatap ke depan
Tanpa memperdulikan masalah kehidupan
Aku hanya akan terus melangkah maju
Tanpa menoleh lagi padamu, wahai masa lalu
Aku tidak melupakanmu
Aku hanya sedikit menapak satu langkah di depanmu
Aku hanya sedikit sibuk dengan dunia baruku
Bukan berarti melupakanmu, wahai masa lalu
Kau guru terbaikku
Mengajarkanku untuk lebih baik di masa depan
Memberiku pengalaman yang tak mungkin terlupakan
Membekaliku dengan keikhlasan dan kesabaran
Kata semoga dariku takkan pernah lekang untukmu
Walau mungkin kau takkan pernah tahu itu, wahai masa lalu
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Islam adalah ajaran yang sangat sempurna, sampai-sampai cara berpakaian pun dibimbing oleh Alloh Dzat yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Bisa jadi sesuatu yang kita sukai, baik itu berupa model pakaian atau perhiasan pada hakikatnya justru jelek menurut Alloh. Alloh berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Alloh lah yang Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al Baqoroh: 216). Oleh karenanya marilah kita ikuti bimbingan-Nya dalam segala perkara termasuk mengenai cara berpakaian.

Perintah dari Atas Langit

Alloh Ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari’at. Alloh berfirman, “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)

Ketentuan Jilbab Menurut Syari’at

Berikut ini beberapa ketentuan jilbab syar’i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan ‘muhrim’, karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul ‘alamiin.

Pertama

Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab: 59 dan An Nuur: 31). Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali-red.

Kedua

Bukan busana perhiasan yang justru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik!!!; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslimin. Sadarlah wahai kaum muslimin…

Ketiga

Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at atau tidak.

Keempat

Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekali-kali dia memakai wewangian.” (HR. Muslim). Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lalu bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakkan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung?! Wallohul musta’an.

Kelima

Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Bukhori)

Keenam

Tidak menyerupai pakaian orang-orang *****. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakaian yang menjadi ciri mereka.

Ketujuh

Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar’i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan ummat ini? Wallohul muwaffiq.

(Disarikan oleh Abu Mushlih dari Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani)
JHT Jun 2017
Pada hari yang baik di bulan yang baik ini;
Hujan turun lagi membasahi segenap pertanahan;
Di balik bulirnya seorang pujangga termenung;
Menuliskan kembali lirik-lirik tersedih dalam puisinya:

Wahai imaji hujan di masa lalu;
Pernah kulupa namun mengapa belum kurela?
Wahai melodi hujan di masa lalu;
Kembali kau ketuk palung paling dalam;
Kehalusan suara wanita yang pernah ada;
Mengapa tak lenyap bersama kejatuhanmu?

Apakah lagi-lagi aku berdiri pada persimpangan yang sama?
Penuh kabut, memudar namun seyogianya belum sirna;
Tahun demi tahun telah berlalu bersama kejatuhan hujan;
Namun mengapa kesepian tak pernah berlalu?
Walau kesedihan menolak segala kefanaan;
Yang belum berubah menjadi sebuah kejadian;
Yang menolak segala bentuk pengulangan;

Apakah kekosongan merupakan bentuk realita tertunggal
Yang selamanya akan terus berbahasa dalam kebisuannya?
Mengapa masih aku mengaku yang tertabah;
Jika musibah tak mampu melenyapkan;
Segala terpaan angin rindu yang pernah berhembus?
Jika segala ketakuan masih menjadi ada dalam tiada;
Mengapa pernah juga kau lepas ikatan kita?

Perlahan kata-kata itu meresap kepada perakaran;
Sebolehjadinya ujung pena tak mampu memahami;
Segala makna yang tersirat dalam rampaian puisinya;
Bila kepergianmu adalah kesenduan dari berkat kehidupan;
Ajarkanlah aku berdamai dengan segala bentuk prasangka;
Yang datang bersama bayanganmu di kala hujan.
Dan kembali pepohonan bersemi bersama dengan perakaran yang dibasahi titik hujan. Bagaikan prasangka menolak segala bentuk pengulangan. Seorang pujangga terjebak dalam ketidakpastian diskursif.
Fahali Machi Mar 2012
seluruh hidup, kau akan berdengung menyanyikan lagu selamat tidur ke telinga ini,

dan di tempat tidur mati ini akan menjadi semua saksi..

suatu hari ku kan memuat sebuah memoar di dalam genggaman tanganmu..diiringi sebuah melodi terputus-putus dan bergetar..

mereka menemukan cinta dan ketenangan seperti mereka belum pernah mengenalnya..seperti sebuah daging yang diangkat dari sinar matahari

mereka menemukan cinta dan ketenangan seperti mereka belum pernah mengenalnya..dan tulisan berakhir tanpa sebuah resolusi..sebuah revolusi

sebuah kesudahan perlahan, meleleh, melebur melalui ruang dan waktu ke dalam diri lagi..kebutuhan sebuah realita akan menjadi hampa..

mereka berteriak kepada kehampaan “oh wahai kosmos, oh cahaya suci!”..

ia akhirnya belajar dari sebuah bayangan tidak hanya pada kegelapan

dan kepada mereka yang tidak percaya pada sebuah proses, kelak akan menjadi akar yang busuk di dalam sebuah kandungan.
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
AKHI, JIKA BENAR ENGKAU MENCINTAI
ISTRIMU...
Ijinkan dia berdakwah...
Berkumpul dengan akhwat seperjuangan....
Relakan kepergiannya ke berbagai majelis ilmu...
Sekalipun itu mengurangi waktunya, untukmu...
Banyak suami salah prioritas...
Istrinya boleh bekerja di luar rumah...
Bebas beraktivitas jika hasilnya menunjang
ekonomi keluarga...
Bahkan didukung untuk kuliah pascasarjana...
Tapi, minta ijin 2 jam saja dalam seminggu untuk
ngaji, TIDAK BOLEH?
Jangan egois, wahai saudaraku..
Suami memang punya "hak veto" dalam rumah
tangga...
Keputusannya adalah kewajiban istri
mentaatinya...
Larangannya adalah keharusan istri
meninggalkannya...
Maka, gunakanlah kewenangan itu dalam
PRIORITAS YANG BENAR...
Dakwah itu wajib, bagi pria juga wanita...
Doronglah istri ikut berjuang di jalan dakwah...
Sesekali ambil alih kerjaannya di rumah agar dia
bisa leluasa bergerak...
Sudah pasti ini mengurangi kebersamaanmu
dengannya...
Tapi, percayalah ini hanya sementara...
Kelak ada masa bebas bercengkerama dengan
yang tercinta...
Di dalam surga, dan kalian berdua akan terus
bergembira...
ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺃَﻧﺘُﻢْ ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ ﺗُﺤْﺒَﺮُﻭﻥَ
"Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan
isteri-isteri kamu digembirakan".
(QS. Az-Zukhruf, 43: 70)
‪#‎women‬ and sharia
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Mendengarmu berceloteh,
Daun telingaku kian mengecil,
Menciut sesak dalam lubangnya,
Hingga tiada bunyi menggugah pikiran.

Memandangmu beserta materimu,
Kelopak mataku tak kuasa terbuka,
Ku paksa terbelalak, menatap tajam,
Sampai pandanganku kosong hampa.

Menghadiri kelas mata kuliahmu,
Detik jarum jam seakan tertidur tuk berdetak,
Ruangan seakan penuh dengan jeritan jiwa,
Tinggallah hasrat untuk kembali pulang.

Wahai bapak dosenku,
Adakah engkau menawarkan air di panasnya hati,
Akankah kau menabur harum bunga di otak yang usang,
Atau apakah rasa jemu takkan terganti?.
JA Feb 2017
CINTA

Orang kata cinta itu buta

Yaa....

Memang buta...

Aku buta cinta kepada orang yang tak penah aku kenali tak penah aku impikan

Tapi....cinta itu datang dengan sendirinya...
aku sendiri celaru dan keliru mana datangnya cinta yang tak penah ku impikan ini........

Mana mungkin aku kenali dia?
Hanya penah mimpi walaupun sebentar
Walaupun hanya dengan melihatnya didalam alam maya

Buta apakah ini?
Cinta apakah ini?

Adakah ini datangnya sebentar atau berlarutan?

Andai sebentar aku syukur kerna tidak sakit utk rasa ini.......

Andainya berlarutan rasa ini? Bagaimana aku untuk hadapi.....oh Allah ku.. ku perlukan engkau

Sakit......

Sakit..........dada ini
Aku tak sanggup untuk rasa ini......

Aku tak sanggup untuk pedam rasa ini.....

Adakah engkau rasakan wahai orang yang ku cintai dalam diam?

Terlalu sakit untuk pedihnya jatuh cinta ini

Andai saja engkau tahu...mungkin kau akan cintai aku jua?

Pedam dan pedam

Hanya doa ku dari ilahi ku persembahkan rasa ini
Hanya ilahi ku sahaja tahu betapa pedihnya hati ini

Moga saja engkau akan jadi miliku seuatu hari nanti
Kekasih dalam diamku

- JA
Yukina Hawmie Sep 2016
Janganlah terlena akan pujian-pujian yang mereka utarakan
Karena bisa saja membuatmu terbuai keenakan
Berbangga pada diri seolah kau adalah aktor kawakan
Yang kemudian menjadikanmu manusia haus perhatian
Sekali dua kali mereka tersenyum manis didepanmu
Kemudian mengucapkan rangkaian kata penuh bujuk rayu
Lalu mereka membuatmu terlena dalam rangkaian kata mendayu-dayu
Yang kemudian akan membuat pipimu tersipu-sipu
Siapa yang tahu jika kata-kata itu hanyalah keindahan semu
Membuat hidupmu mungkin malah menjadi semakin kelabu
Kemudian akhirnya kamupun terisak-isak sendu
Karena menyadari bahwa semua itu hanyalah pujian palsu
Percayalah padaku wahai kawan
Janganlah terlena akan pujian-pujian
Sundari Mahendra Dec 2016
Diantara waktu pergi dan pulang

Selamat pagi sapanya dan demikian juga balasku
Segar melihat senyum dipagi yang kelabu
Mendung mengantung seolah siap untuk terjun

Silahkan wahai hujan
basahi bumi ku tercinta ini dengan kesegaran
tapi kalau bisa jangan terlalu banyak
kasihan mereka yang selalu susah
dengan kehidupan banjir dan kuyup

Sore kembali pulang juga dengan hujan
seolah mau berkata
Tidak ada yang dapat menahanku
kecuali Tuhan Sang Khalik
Coco Dec 2018
Setelah kesekian kalinya,
Dia berusaha

Di sudut nyala lilin kecil
Dia dapat kembali menangis
Terisak hingga kelelahan
Mengeluarkan semuanya
Dan jatuh tertidur

Wahai puan,
Berapa lama topengmu itu kau gunakan?

Tak apa jika kau ingin bersedih,
Tak apa jika kau ingin marah,
Tak apa jika kau merasa dunia ini tak adil

Jangan mengunci dirimu,
Terdapat langkah kaki yang ingin menemanimu diluar sana
Persilahkan lah

Untukmu,
Tolong jangan memenjarakan diri sendiri
Enjoy it!
Dechanteur Apr 2017
Antara dua jalan buntu
Penentuan hati dan minda sekeras batu
Ku menerka ini hanya mainan perasaan
Persis jiwa-jiwa yang hiba kekosongan

Larilah wahai nafsu
Carilah serangkap wahyu
Cantaslah pucuk cemburu
Kerna manusia semakin layu
Lenturnya segenggam iman
Toksik meracuni setiap teman
Doalah waktu masih memberi ruang
Mewarnai tiap hitam putih perjalanan

Telan segala perit mencari abdi
Tiada yang kekal apatah lagi kendiri
Senyuman kekal menjadi sedekah amalan
Tuhan Maha Pengampun, manusia dahagakan amalan.
Penunggang badai Feb 2021
Ahh, judul...
Kuliat ia akhir-akhir ini begitu menyebalkan
Begitu merangah, berusaha mencolok
Aku tidak yakin dia melakukannya dengan tidak sadar
Aku tahu dia menginginkan sesuatu

Kuasa!
Aha, itu sudah pasti kuasa
Kuliat ia begitu sombong hanya karena posisinya yang sedikit diatas
Memandang rendah kata-kata serumpun yang ada di bawahnya
Acuh melihat titik dan koma yang baginya tak ada apa-apanya

Hanya karena font yang sedikit tebal dan size yang agak besar
Membuat masyarakat kata memilihnya untuk mewakili suara mereka
Pun merasa tak sebanding dengan apa yang dimiliki ‘Si Congkak’ itu
Kata merasa rendah, titik koma tak berdaya
Dan mereka... Kalah atas kedaulatannya sendiri

Padahal judul hanya tak sadar
Bahwa kuasa yang dimilikinya itu bukan karena dirinya sendiri
Ia lahir karena keresahan kata
Yang terombang-ambing bagai kapal di ganasnya lautan
Menggantung bagai kepompong, terpenjara dalam ketidaksempurnaan
Melayang-layang bak daun jatuh ditiup angin, tak tentu arah
Mendambakan hidup yang bahagia dan tenteram untuk merdeka

Karena ketakutan kata-lah
Judul hadir sebagai jawaban
Agar kata dilirik pembaca
Agar kata digunakan dalam ruang diskusi
Agar kata hidup dalam kepala
Mengakar kokoh dan menjadi abadi

Judul adalah cerminan pemimpin di negeri ini
Seperti kacang yang acuh pada kulit, lupa diri
Bahwa dirinya ada untuk mendengar keresahan
Bukannya malah menjadi dalang kerusuhan
Bahwa dirinya ada untuk mengerti suara yang dimarjinalkan
Bukannya malah membuang muka, lalu lantas pergi meninggalkan

Lihatlah ibu yang telah melahirkan
Yang terpinggirkan mengandung harapan
Yang menanti dengan merapal doa disetiap malam
Anak baik jadilah baik
Wahai kalian yang duduk manis di kursi tahta

Bangkitlah!
Kata-kata dan rakyat jelata yang dipandang sebelah mata
Mendengarlah!
Wahai judul "Si Congkak" juga para pemimpin negeri yang berlagak sok kuasa
Ketika kerinduan mengumpul jadi satu
Menciptakan letupan bernada
Berdesir mengikuti melodi hati
Mencari tahu siapa gerangan yang dirindukan
Bulan menemani dalam sunyi
Dewi malam memetik harpa
Memainkan lagu kerinduan
Jantung ini milikmu
Hati ini untukmu
Tak kan kubiarkan kau berpaling
Wahai gerangan yang kurindukan
masa lalu..
aku rindu akan masa lalu
tapi maaf aku juga benci masa lalu.

wahai masa lalu,
aku sudah memaafkan mu sejak lama,
tapi untuk menerima mu kembali aku butuh waktu lama.

karna aku benci perubahan,
aku tidak suka melihat kebelakang lagi,
sekali lagi maaf.

jangan menyesal,
ini bukan kesalahan mu,
hanya saja hukum karma sedang berlangsung.
Fandiaz May 2020
Telanjang bersebaran di permadani
Mencari memanisan di setiap bagian

Lekas sambar reremahan itu
Tak terhingga, Tak merasa
Perkasa namun serakah

Wahai Tuan-Ku, Sang Kekal
Apa Hamba orang lalai ?

Manis Hamba terasa sepai
Menanti Azab Sang Khalik
Doa Hamba teruntuk Tuan-Nya
Jack Mar 27
Angin berbisik berita,
Cerita satu baris kata,
Disini berakhir segalanya,
Senyum mu,
Gelak tawa mu,
Sedih dan Amarah
Menghempas bumi,
Kini tinggal di masa lalu,
Luka yang telah mati,
Tidak kembali berdarah,
Coretan di hati ini,
Kekal sebagai parut sesal,
Kesilapan aku mencipta memori,
Pada khayalan yang tidak pasti.
Wahai dunia yang mengkhianati,
Seandai aku tidak berdaya lagi,
Izinkan teladan ini menjadi nukilan,
Pada jalan yg tidak dijulang.

— The End —