Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Alia Ruray Jun 2015
Aku mengingatmu
di sela waktuku bertualang
di setiap spasi dalam kalimat 'kita'
aku mengingatmu.

Kau buatku menetap tanpa alasan.
Lantas pergilah aku bertualang;
pergi terbang
ingin kau tau kau tidak mengekang
ingin kau tau aku bisa, kapan saja,
terbang.

Tapi di setiap kepakan sayap,
aku merindu.
Di labuhanku yang berganti-ganti,
aku menemukanmu.



Duduklah kau rapih,
sambut ku yang selalu pulang.
(24 June 2015)
Noandy Jan 2016
Cerita Pendek Tentang Hantu*
Sebuah cerita pendek*

Anak-anak muda itu bilang bahwa Sundari cumalah hantu. Bagi mereka, Sundari sekedar cerita orang-orang tua zaman dahulu yang tak ingin anak lakinya pergi sampai larut malam. Parahnya lagi, mereka terkadang menganggap Sundari isapan jempol dan menggunakan namanya sebagai ejekan. Berbagai lelucon mereka buat untuk merendahkan Sundari,

Mereka pada saat tertentu menganggapnya seperti hewan kelaparan yang bersembunyi dan siap menerkam mereka,

Ketakutan sesaat.

Sayangnya, pada hari-hari berikutnya, Sundari malah terkadang lebih rendah daripada hewan.

Jika binatang buas dapat sewaktu-waktu muncul dan menyantap mereka dengan mudah, para pemuda justru berpikir bahwa mereka lebih tinggi dan mulia dibanding Sundari sehingga ia hanya akan menjadi segelibat penampakan.

Sundari cuma monster dan angan-angan, katanya, di zaman seperti ini mana ada hantu penculik jejaka. Pikiran anak muda memang berbeda dengan kebanyakan orangtuanya.

Padahal, Sundari sama seperti kita.

Sundari bukanlah siluman, hantu, atau makhluk mengerikan yang layak dijadikan lelucon semata.

Apalagi bahan cerita setan dan sarana menakut-nakuti bocah.

Dengar baik-baik, ia tidak terbang, ia tidak menghilang. Ah, Sundari bahkan tak punya kemampuan macam itu.

Sundari berjalan dengan dua kaki, melihat dengan dua mata, dan dapat memelukmu dengan dua tangan hangatnya. Yang mungkin berbeda adalah hati Sundari yang entah di mana sekarang. Inilah yang membuat ibu-ibu dengan anak lelaki begitu menakuti Sundari. Mereka yakin bahwa Sundari-lah yang akhir-akhir ini menculik buah hati mereka yang pergi malam, lalu menghilang selama satu minggu dan ditemukan gundul tanpa nyawa,

Tanpa hati,

Pada suatu sore yang hangat di padang ilalang dekat dusun.

Beberapa mengira bahwa Sundari adalah perwujudan pesugihan atau tumbal yang mengincar jawara-jawara muda, seperti andong-andong pocong yang dahulu sempat marak. Dahulu, pergantian kepala dusun di sini dilakukan dengan adu kekuatan. Para sesepuh percaya bahwa teh dari seduhan rambut pemuda dapat memperkuat diri dan meningkatkan kekebalan, ini menjadi salah satu spekulasi motif Sundari selain tumbal-tumbalan itu. Beberapa berpikir kalau Sundari menjual rambut lelaki muda di desa demi mendapatkan keuntungan baginya.

Kalau di antara gadis-gadis belia nan jelita yang bergelimang asmara, Sundari kerap digunakan sebagai sebutan untuk penyerebot kekasih orang. Terkadang huruf i di hilangkan, sehingga menjadi Sundar saja.

“Dasar, dia memang Sundari!”

“Padahal telah lama kita menjalin kasih, kenapa ia harus jatuh ke tangan Sundar macam dirinya!”

Apa Sundari begitu buruk hingga namanya lekat dengan orang serta kasih yang hilang?

Padahal dahulu Sundari hidup tenang,

Memang dahulu ia juga sumber perhatian,

Tapi ia hidup tenang dan dihujani kasih—

Yah, itu sebelum dusun ini akhirnya mengadili sendiri suaminya yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Menurut mereka, sangat tidak masuk akal seorang wanita pintar, seperti Sundari yang bekerja sebagai pendidik, memiliki suami yang lebih muda darinya. Pemuda berambut panjang itu hidupnya mungkin berkesan asal-asalan. Dandanannya serampangan, rambutnya berantakan dan panjang; padahal di dusun ini, sangat wajar bagi lelaki untuk memiliki rambut panjang. Banyak yang bilang tubuhnya bau tengik, dan ia jarang terlihat bekerja. Pada kedua tangannya, sering terdapat guratan-guratan warna. Berbeda dengan para petani pekerja keras yang terkadang tangannya diwarnai oleh tanah, warna-warna yang ada pada tangannya merupakan warna cerah yang tak mungkin didapatkan secara alami. Namun Sundari dan suaminya tetap dapat hidup dengan layak dan nyaman menggunakan upah mereka. Pasangan itu tak pernah meminjam uang, tak pernah mencuri.

Tak di sangka, orang-orang di dusun yang memandang bahwa agar dapat hidup berkecukupan harus digandrungi serta ditempa dengan kerja keras yang dapat dilihat oleh semua orang memandang bahwa dalam rumah tangga itu, hanya Sundari yang bekerja keras melayani suaminya. Sedangkan sang lelaki, menurut mereka, ambil enaknya saja dan kesehariannya sekedar leha-leha di teras rumah kayu mereka sambil merokok sebatang dua batang.

Mereka, terutama para bujangan, mencari-cari kesalahan pasutri bahagia itu.

Mereka kembali memanggil-manggil dan menggoda Sundari yang makin merapatkan kerudung hijau yang biasanya ia selampirkan apabila berjalan ke sekolah tiap pagi dengan kebaya sederhananya. Para bujang itu dipimpin oleh  Cak Topel yang istrinya lumpuh dan selalu ia tinggal sendiri dirumah. Mereka menungguinya tiap pulang, dan menghalangi jalannya kembali kerumah. Pernah sekali suaminya mengantarnya ke gedung sekolah reot itu, dan menungguinya sampai pulang. Sedihnya, ditengah perjalanan pulang ia babak belur dihajar  pemuda-pemuda berbadan besar itu—Setelahnya, Sundari melarangnya untuk sering menampakkan dirinya di depan warga dusun.

Yang harus dikagumi di sini adalah sifat pantang menyerah mereka. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjungkalkan Sundari dan suaminya dalam fitnah, sampai akhirnya mereka mencium sesuatu yang janggal dari rumah senyap mereka.

Bau tengik,

Ada yang bilang, jenis pesugihan macam tuyul sebagus apapun tetap akan mengeluarkan bau tengik atau busuk.

Mereka mulai menyambungkan hal ini dengan warna pada tangan suami Sundari,

“Itu tidak mungkin didapat dari bekerja di ladang.”

“Warna-warna itu pasti ramuan dukun.”

Dari situ, dapat dipastikan bagaimana Sundari dan suaminya dapat selalu hidup berkecukupan bahkan dengan uang mereka yang pas-pasan. Bujang-bujang berbadan besar itu segera menyebarkan cerita dan tuduhan-tuduhan yang membuat telinga panas. Sundari dan suaminya makin menarik diri dari warga dusun. Sundari bahkan berhenti mengajar setelah menemui kelas-kelas yang seharusnya ia ajar seringkali kosong, dan menemukan tatapan-tatapan sinis para ibu rumah tangga mengintipnya dari depan pagar kayu sekolah yang alakadarnya itu.

Entah kita harus bersyukur atau tidak, persembunyian itu tidak berlangsung lama. Pada sebuah malam bulan purnama yang lembab dan becek, Sundari melihat bola-bola cahaya dari jendela rumahnya yang ditutupi oleh anyaman jerami. Nyala api itu berasal dari berpuluh obor warga dusun yang berteriak-teriak dan menuntut Sundari dan suaminya agar mengaku bahwa mereka menggunakan pesugihan.

Sundari keluar sembari menyelampirkan kerudung hijaunya, diikuti suaminya yang rambutnya digelung tak rapih. Belum sempat mereka mengucapkan sepatah kata, para bujang menarik suami Sundari dengan menjambaknya dan melamparkannya ke tanah becek, menendangi pertunya, lalu menghajarnya seolah ia binatang peliharaan yang tak pernah patuh pada majikannya. Sundari hanya dapat menjerit dan menariki baju sejumlah laki-laki yang menghunuskan kepalannya pada tubuh kecil dan rapuh orang yang dicintainya. Setinggi apapun ia berteriak, suaranya seolah tenggelam dalam arus deras kebencian yang tak berdasar.

Jeritan untuk orang yang dikasihi itu lambat laun berubah menjadi jeritan untuk dirinya sendiri. Istri Cak Topel yang lumpuh rupanya merayap di tanah dengan sigap seolah laba-laba berkaki seribu, dan menarik bagian belakang kebaya Sundari sampai ia terjerembab ke tanah di mana ujung matanya menangkap sang suami yang rambutnya digunduli tanpa ampun dengan alat yang tak pantas. Saat menyaksikan adegan romansa sedih tersebut, wanita-wanita dusun menjambaki rambutnya, menampari pipinya dan menghajarnya tanpa ampun sambil menghujaninya dengan ludah-ludah mereka yang menasbihkan berpuluh hujatan menyayat hati. Setelah pasutri itu terkulai lemas di tanah musim hujan, barulah warga membumihanguskan mereka berdua yang tangannya tetap bergandengan.

Nasib naas, entah harus disyukuri atau tidak, menimpa suaminya yang terbakar hangus sepenuhnya. Sedangkan Sundari, dengan tubuhnya yang telah setengah terbakar, berhasil kabur dan hilang dari peredaran untuk beberapa saat.

Untuk beberapa saat,

Sampai lelaki yang menggoda, menghajar, membawa mereka pada keterpurukkan semuanya hilang satu persatu, termasuk Cak Topel.

Mereka hilang kala malam, saat cangkruk atau ronda, dan ditemukan lebam sekujur tubuh, tak bernyawa, dan gundul tanpa sehelai rambut pun pada sore hari di tengah padang ilalang dekat dusun.

Orang-orang bilang bahwa ini Sundari yang menuntut balas. Meskipun entah di mana dirinya berada, ia masih tetap menghantui. Membayang-bayangi dengan perasaan bersalah yang menyakitkan bagi seluruh warga dusun,

Karena

Sundari dan suaminya tidak pernah melakukan pesugihan.

Dan, ah, itu cuma tipu muslihat para bujangan yang cemburu dan bersedih karena tak bisa mendapatkan Sundari dalam dekapan mereka sekeras apapun mereka berusaha. Entah sudah berapa lelaki dan lamarannya ditolaknya, ia justru jatuh hati pada pelukis bertubuh kecil yang sepuluh tahun lebih muda darinya.

Bagaimana amarah mereka tidak tersulut?

Seandainya warga dusun lebih mengenal bau cat dan minyak untuk melukis, mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk menuduh Sundari dan suaminya terkait pesugihan.

Ah, coba mereka masuk ke rumah kayu kecil itu sebelum main hakim sendiri. Mereka tak akan sekaget itu saat menemukan gubuknya penuh dengan cat dengan bau tengiknya, tumpukan kertas dan bahan bacaan, serta lukisan-lukisan yang masih dikerjakan.

Hilangnya para bujangan lalu diikuti dengan hilangnya murid-murid sekolah menengahnya, dan lelaki muda lainnya yang sama sekali tak ada hubungannya dengan ini.

Sundari tidak berhenti.

Mereka hilang kala malam, saat cangkruk atau berjalan di pematang sawah, saat menantang diri mengaku “tidak takut dengan Sundari itu!” lalu ditemukan dengan lebam sekujur tubuh, tak bernyawa, dan gundul tanpa sehelai rambut pun pada sore hari di tengah padang ilalang dekat dusun.

Sundari menyukai kerudung hijaunya yang hilang kala malam,

Kerudung tipis indah yang digunakan untuk menutupi kondenya—Yang direnggut paksa darinya lalu hangus rata dengan tanah.

Tapi Sundari lebih menyukai kehadiran,

Kehadiran suaminya dan tangannya yang bekerja melukis diam, kehadiran kerudung hijau yang melindunginya dari tatapan tajam, kehadiran murid-murid lelakinya yang dengan polos melontarkan lelucon serta godaan-godaan untuk Ibu Guru Sundari mereka, kehadiran anak-anakmu yang sombong.

Sundari menyukai kehadiran, dan itu merupakan alasan lain mengapa ia menggundul habis lelaki yang diculiknya, lalu mengupulkan rambut mereka yang ia sambung, anyam, serta kenakan dengan nyaman bak kerudung dan mantel bulu.

Maka dari itu, orang-orang yang melihatnya terkadang bilang kalau Sundari cumalah hantu; bayang-bayangnya selalu muncul dalam bentuk segumpal rambut menjelang malam.

Sundari lebih suka kehadiran,

Keadilan.

Tapi apa membalas dendam seperti ini juga salah satu bentuk keadilan?

Entahlah, ini pilihan hidup Sundari. Sudah kubilang kalau hatinya entah di mana.

Sekali lagi, Sundari bukanlah hantu. Ia manusia yang teraniaya sama seperti kita. Manusia yang disalahi.

Kalau dipikir lagi, bukannya setan terkejam adalah manusia sendiri?

Yah, itu sih sudah berpuluh tahun lalu. Entah apa jadinya Sundari sekarang. Sekarang lelaki cenderung berambut pendek, tak seperti dulu. Bayang-bayang Sundari kemungkinan tidak se beringas waktu itu, dan telah berkurang frekuensinya. Namun wanti-wanti mengenai dirinya terus ada dan berubah seiring berjalannya waktu, bervariasi.

Itu sudah
Berpuluh tahun lalu.
Mungkin sekarang ia telah jadi hantu sungguhan, atau ada perwujudan Sundari-Sundari lainnya?

Tidak masuk akal, ya?

Aneh, omong kosong, isapan jempol.

Kalau dipikir lagi, bukannya dunia ini selalu penuh omong kosong dan tangis dalam gelak tawa?
Aridea P Oct 2011
Bila memang AKU BUKAN PILIHAN HATI MU
Biar ku pendam CINTA DALAM HATI ku
Sungguh, yang akan ku berikan UNTUKMU SELAMANYA
Pergilah kau SEJAUH MUNGKIN membawa LAGUKU
Ke TEMPAT TERINDAH di SURGAMU


RASA SAYANG ini hanya untukmu
Dan ku akan menunggu DI SINI UNTUKMU
Berharap kau bawa LAGU CINTA yang TERCIPTA UNTUKKU


WAKTU YANG DINANTI akankah datang?
DEMI WAKTU ku kan berubah
Tak akan SEPERTI YANG DULU
Yang hanya berkhayal melihat wajahmu
Di BAYANG SEMU


Sungguh indah kau bagiku
TIADA YANG SEPERTI DIRIMU


Yang ku kagumi sepanjang waktu
Ku rindu SAAT INDAH BERSAMAMU
Walau di mimpiku aku mencintaimu
Namun, APALAH ARTI CINTA tanpa hadirmu


Kumohon IZINKAN AKU
Member CIUMAN PERTAMA KU untukmu
Karna saat indah itu mungkin TAKKAN TERULANG
BERJANJILAH kau tuk selalu menghiasi ku
Karena tak satupun SAHABATKU yang indah seperti mu


Ku ingin terbang MELAYANG
UNTUK TEMUKAN dirimu yang SESUNGGUHNYA
Ku sadari memang BUKAN AKU untukmu
Tapi, aku hanya ingin kau BERIKAN AKU CINTA
Meski sedikit, walau terpaksa


Tak lelah SUARA HATI ku memanggilmu
Yang ingin menjalani CERITA BERSAMAMU
DOA ku panjatkan selalu
Memohon tuk bertemu kamu


Meskipun kamu punya CINTA YANG LAIN
Ku rela melepasmu untuknya
Kau TAK PERLU mengaku bahwa kau cinta aku
Memang, tak pernah kau cinta aku
Yang ku kenang kini adalah
Ku bahagia mengenal LAKI-LAKI seperti kamu
Aridea P Feb 2012
Ku pandangi langit yang dihiasi puluhan burung yang terbang
Aku merasa iri pada mereka karena mereka tak sendiri seperti aku
Di malam hari aku termenung tiada teman yang menemaniku
Di siang hari aku memandang burung yang terbang tanpa teman

Adakah orang yang mau menemaniku?
Entahlah, aku merasa terbelenggu

Temanku menghilang meninggalkan aku
Tak sabar aku menunggu teman yang baru
Akan ku ajak teman baruku
Ke tempat terindah di langit biru
Aridea P Oct 2011
Jiwa ku terbang
Raga ku hilang
Raga ku menangis
Hati ku mencari

Saay hancur hati ku
Berkeping-keping bagai sisik
Susah dicari untuk dihiasi lagi
Untuk menjadi seutuhnya hati

Serpihan hati ini terbang
Sisa, ku peluk erat sampai ku mati
Sampai kembali lagi
Jiwa dan raga ku ke sini

Tempat terindah kini hatiku
Saat menemukan mereka
Dalam buaian hangat
Hidupku indah untuk selamanya

Le Gra,
created by. Aridea Purple
Joshua Soesanto Jun 2014
called "Papaver Somniferum"

perempuan seperti bunga *****
mempesona juga mematikan
di ekstrak di murnikan
di setubuhi di suntikan
konteks itu rasa
kohesi dalam pembuluh darah

serasa terbang tak menapak
ternyata aku overdosis kata

jangan penjarakan!
teriak pemadat rasa
jarum sajak masih menempel di tangan
"aku ini hanya pemakai kata"
kata yang ku tulis diam-diam
lalu kau membaca, merekahlah analogi rasa

aku ingat hari itu
kau berpakaian penuh warna
aku mulai gila
inikah suntikan pada kepala? pantas..
beringas

aku mulai sadar
saat kau bersenandung tentang orang lain
menjelang mentari tenggelam
aku bungkam

mungkin kali ini jarum terisi racun
suntik kemana?
"aku tidak akan memilih nyawa"
hanya memilih nadi yang pernah berwarna
kini melabuh mencapai titik jenuh

sesungguhnya sang pemberontak ingin bicara
tentang kopi tentang mimpi
tentang pantai tentang ombak
tentang terik tentang hujan
tentang candu tentang perjalanan
tentang rencana tentang pergi lalu menghilang
tetapi kau mengokang senjata

kembali aku bungkam
angkat kaki..
pergi dengan kutukan.
Banda Neira - Esok Pasti Jumpa #NowPlaying #Tracklist
Aridea P Sep 2012
ATK
Palembang,  16 September 2012

Pagi ini cerah.
Tak tahan tuk ku sembunyikan senyum ini.
Semalam aku memimpikanmu.
Dan sekarang aku merindukanmu.
Aku duduk, di sampingku jendela terbuka lebar.
Cahaya mentari hangat menyentuh kulitku.
Di depanku ada tempat pensil, aku siap menulis.
Ada penghapus, pena, stapler, lem dan kertas.
Untuk sedetik ada image mu di sekelilingku.
Kreatifitasku muncul untuk memvisualkan dirimu.

Penghapus.
Andai aku bisa terbang, akan ku hapus awan.
Dan ku ambil pena, tuk menuliskan “Aku mencintaimu” besar-besar.
Lalu akan ku stapler rasa ini di otakku.
Kemudian ku ambil lem tuk merekatkan wajahmu di hatiku.
Aridea P Oct 2011
Jika aku berdosa Tuhan
Hati tak ingin disalahkan
Karena jiwa yang serakah
Telah terbelah menjadi dua

Ingin hati terbang ke Surga
Apadaya terbelenggu senja
Mentari panasi dunia
Bagai raga ku yang mulai gersang

Tuhan... Tolong...
Teriakan ku memohon
Hujanilah raga ku yang gersang ini
Beri tanda jiwa yang asli

Jiwa keras bagai karang
Terhempas ombak baru mengalah
Jiwa lembut bagai awan
Terhempas angin baru tersadar

Sadar akan 2 jiwa yang terbagi
Begitu berbeda bagai langit dan bumi
Amat berbeda bagai air dan api
Ku sadari, aku manusia yang Munafik

Created by Aridea Purple
Bintun Nahl 1453 Feb 2015
Senja masih terasa sama , ia hadir menyapa seakan menghadirkan sejuta tanya ?
kemudian tak lama 'anganku mulai bermain , berhalusinasi akan sebuah daun yang jatuh kemudian terbang bersama angin .
hidup tanpa senja seakan berjalan tiada tulang , tak berdaya , rentan dan rapuh .

appapun yang ingin aku sampaikan melalui goresan ini , adalah bukti bahwa aku tidak pernah mengingkari janji Allah ,
bahwa senja akan terus menemuiku setiap ia akan pulang .
meskipun terkadang ia hadir bersama rintikan hujan yg terus menerus membasahi tanah jakarta

Dan aku tak tau lagi , kapan aku bisa menyaksikan senja tenggelam di pinggir pantai lengkap dengan deburan ombak .
Senja engkau berhasil membuat rekaman itu selalu berputar memplay memori ku bersama bapak . memori dan kenangan di masa kecil itu .
aku tidak pernah memikirkan apakah yg harus ku cari esok hari
Aridea P Aug 2014
Inderalaya, 27 Agustus 2014

Seorang gadis kebingungan di antara kerumunan orang dewasa yang asyik menikmati pesta dansa yang diadakan penguasanya
Matanya biru terang, namun jauh di lubuk hatinya, ia begitu kelam
Seorang yatim yang ditinggalkan ibundanya tuk melayani pria yang bukan pasangannya
Gadis itu terpaku, hanya sendiri di tengah-tengah manusia lain berdansa berpasangan
Namun dia hanya sendirian

Musik telah terlalu lama menyeberangi gendang telinganya
Otot-otot di kepalanya mulai berontak tuk membuat gadis itu pergi meninggalkan tempat ia berada
Namun ia hanya  diam, matanya memancar sorot sangat kebingungan
Pikirannya terbang jauh menelusuri kenangan saat ia masih balita dibawa Ayahnya pergi ke taman paling indah di negaranya
Dentuman keras kaki-kaki manusia yang masih berdansa tanpa lelah dan tanpa jeda
Menyadarkan sekali lagi bahwa gadis itu masih sendirian

Kaki gadis itu serasa tak mampu lagi tuk melangkah
Maka ia mulai membuat gerakan tak berarti pada kedua tangannya. ke kanan dan ke kiri, mengitari tubuhnya
Semakin lama gerakan tangannya semakin cepat dan kini gadis itu menari pada akhirnya
Sekali lagi, ia menari sendiri, berputar-putar bagai roda yang diputar pedal sepeda
Kini semakin cepat gadis itu berputar-putar
Semakin cepat
Semakin cepat
Semakin makin cepat
Gadis itu menutup matanya, ia bahkan dapat merasakan detakan jantungnya
Ia memutar makin cepat dan sangat cepat
Sampai akhirnya di antara putaran yang cepat itu, ia berteriak
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA­AAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH­HHHHHHHHHHHH

Ia kemudian terjatuh di pelukan Ayahnya
Sang Ayah yang telah lama pergi meninggalkannya
Sang Ayah kini kembali, namun tiada satupun manusia di sana menyadari kehadirannya
Pesta dansa terhenti dan semua pasang mata tertuju pada pemandangan tak biasa di tengah-tengah mereka
Sang Gadis sedang berdansa dengan Ayahnya

Suasana menjadi hening, hentak kaki manusia yang sedang berdansa kini benar-benar sunyi
Oh kelamnya hidup ini
Aridea P Oct 2011
Fadil sungguh memilikinya
Akan bahagia terasa selamanya
Dihiasi lirik lagu yang indah
Itulah momen special sepanjang masa, dengan
Luapan cinta kasih di sekelilingnya

Angkasa, bagai terbang melayang
Nuansa hati hadir tercipta
Ejaan kata terhias di awan-awan
Sungguh indah langit terhias

Pegang tangan erat-erat
Untuk menantang tornado yang datang
Tak terlepas, bahkan jangan sampai
Riang selalu walau terhempas
Agar cinta kan sampai bersama di surga
NURUL AMALIA Sep 2016
Aku terlalu kecil
Sekecil titik di atas kertas kusut
Aku hanyalah satu dari ribuan
bahkan tak terlihat
Terlindung dalam cangkang sempit dan tipis
Bersembunyi di balik daun yang mulai berubah warna
Rumah pertamaku
akhirnya aku terlahir
sebagai sesuatu yang aneh
Aku si buruk rupa
Tubuhku dipenuhi bulu
Merangkak lemah menyusuri ranting
Menggerogoti daun disekitar
membuatnya berlubang
melarikan diri dari burung
Bergulat dengan semut rangrang
Membuat saya jatuh ke tanah
Hingga buluku rontok berserakan
Hanya cacing yang menyapa
Mereka membenci saya sangat
Aku bisa terbunuh, tidak semuanya menerimaku
sampai aku terjebak dalam dimensi lain
Aku si  ulatbulu kesepian yang bersembunyi
Bertapa di dalam kantung usang yang kecil
Mencoba untuk membunuh waktu
Berjuang dalam kegelapan untuk mencapai keindahan
Sudah cukup persinggahanku
Mengarungi kerasnya penantian panjang yang membelenggu
Aku terlahir kembali
menjadi berbeda dan mereka menyukaiku
kebahagiaan berlimpah tiba
terbang tanpa batas dengan kedua sayap yang cantik
pergi ketempat yang indah yang kumau
dibalik jendela pesawat terbang, ada bulan purnama
bulat dan terangnya sempurna
malam ini saya mengarungi awan
yang bentuknya jelas karena pantulan cahaya bulan
bergumpal, halus, keemasan
indah
terpantul pada retina mata, menakjubkan

lalu saya tertidur
dalam mimpi saya berkereta menuju cahaya bulan
saya akan sampai disana, dibulan

turbolensi membangunkan saya tepat pukul 11.42 malam
diluar bayangan samudra masih gelap, tidak terlihat
1 jam lagi saya akan sampai di negeri cina, kata seseorang dengan pengeras suara

tidak jadi kebulan?
tak apa, berbeloklah dahulu
baru ke bulan



*Diatas awan, 26 Februari 2013
Aridea P Oct 2011
Andai aku seindah mu
Rasa hati ku kan bahagia
Lekuk senyum ku tak seindah mu
Oh, sungguh berbeda antara kita
Namun, ku tak peduli
Semua akan hilang terbawa angin
Yang akan tercipta rasa cinta, terus membuat ku bermimpi

Merpati terbang melayang
Indah tak kan hancur sedikitpun
Rusa berlari kencang
Akankah menggapai kebahagiaan?
Luapan cinta tak tergapai
Dalam hati ku berkata
Inikah takdir hidup ku?

Creates by Aridea Purple
langit b Jan 2016
jangan amuk datang di sela hening, hujan
resah masih melaut di tengah jalan
jangan angin bisikkan hina, hujan
pijak hawa kenyang makan terpaan
burung tak bisa terbang jadi makanan hewan
atap masjid berhamburan masih kumandang azan
jangan rintik sendiri di atas pasang
cari sampai gersang tak dapat sayang
deras tepi jalan teduh sendiri
linang sampai malam ditinggal mati
Sharina Saad May 2014
Sukarkah sekeping  hati seorang wanita itu di fahami?
Is it too difficult
To understand a woman's heart?
Just her piece of heart

Hati wanita
A woman's heart

Kadangkala keras membatu
Sometimes too hard

Bak kerikil di jalanan
Just as hard as the stones
in the streets

Sekeuat  ketulan ais di Antartika
as tough as an iceberg in Antartica..

Hati wanita
A woman's heart

Kadangkala dingin membeku
Sometimes as cold as ice

Kadangkala luka  merah berdarah
Sometimes as red as it bleeds

Kadangkala duka bungkam dan lara
Sometimes too sad, almost grieving

Kadangkala tenang putih suci bak salju
Sometimes too calm, too pure
as white as the snow

Kadangkalanya selembut bulu pelepah
Sometimes as soft the feathers

Hati wanita
A woman's heart

Damai yang dicari
Always Searching for a peaceful soul

Langit tinggi ingin di gapai
Searching in the sky so high

Terbang jauh mencecah awan..
Flying up in the blue blue sky

Bahagia yang didamba...
Every woman seeks happiness

Hanya tersemat di dalam hati
Yet locking the desires  at heart

Tersimpan seribu rahsia wanita
misteri.......
A woman's heart like an untold tales
the safest place where secrets and mysteries are sealed..

Selamanya di hati seorang bernama wanita
tightly sealed in a woman's heart forever.....
The poem A Woman's heart is written in Malay languaage by me and I translated it to English for Hello Poetry members to read and understand the meanings... Enjoy reading!!!
Diska Kurniawan Nov 2016
Lalu lintas jalan padat merayap pengap namun tetap senyap
Karena dia menulikan setiap kata-kata di perempatan jalan
Pula desah resah mata-mata yang memandang
Kunang-kunang kuning itu tiba-tiba melintas tenang
Mengambang lembut bagai daun dihanyutkan arus
Membius lampu-lampu sein agar berhenti mengedip

Malam itu, di perempatan jalan itu cahaya meredup

Orang-orang tak tahu menahu, beberapa berandai
Indah juga jika dipelihara di pekarangan rumah
Satu bangkit lalu berjingkat mendekat
Kunang-kunang kuning itu melesat
Tiba-tiba semua orang mengejar berlari
Ingin agar Kunang-kunang itu dipelihara di rumah

Tukang becak, penjaja koran, bos besar perusahaan, mahasiswa,
semuanya tak mau mengalah
Berlari, menyerobot, menggapai, meraih, mendorong,
menginjak, menjambak, mendepak,
merusak, menolak.
Lelah. Kunang-kunang Kuning menang
Tak ada yang berhasil merebutnya

Orang-orang pun lesu, menyumpah,
dan kembali ke apa yang mereka kerjakan sesaat lalu
sambil bergumam

"Tak ada Kunang-kunang Kuning di pekarangan rumah"

Kemudian semua berubah normal
Seperti lalu lintas biasanya
Hanya ada aku, yang masih memandang,
kemana Kunang-kunang Kuning itu terbang.

Aku tahu, bahwa di kota ini,

*tidak ada rumah yang memiliki pekarangan
KA Poetry Oct 2017
Mendung gelap kala itu
Angin yang berlari-lari
Kilat petir mengambil alih langit
Kegelapan menyelimuti

Burung yang terbang diantaranya
Satu diantara membuat perbedaan
Burung yang duduk diatas pagar
Seakan kelelahan melawan

Meratapi kegelapan menerpa
Hujan deras menyelimutinya
Duduk terdiam
Lelah akan melawan.
25/10/2017 | 21.00 | Indonesia
Diska Kurniawan Sep 2016
Tahukah kamu, di tepi jendela itulah
Cinta dan kasih kusimpan
Lalu kau terbang semilir dan mencuri
Setiap tak ku tutup jendelanya

Tahukah kamu, berembun juga kaca
Jika di tepi jendela kau tiup rasa
Menjadi buram, dan tak sejernih air pula
Pandangan matanya?

Jika nanti ku kunci engselnya
Engkau tak bisa meluncur seenaknya
Meniup gundah keluar kamar
Hingga sinar senja membayang pudar

Jika nanti kau masuk
Sebagai kupu-kupu lembayung
Yang terhuyung hinggap di tepi jendela
Temani aku, sebentar saja

Ditepi jendela aku kehilangan
Cinta kasihku, ketika
Kau bersemilir masuk
Dan mencuri keduanya
Lihatlah ke tepian jendela itu, yang tak bersudut.
Megitta Ignacia Apr 2019
Pasir memeluk kakiku, tak mau melepaskanku.
Licinnya pasir berkali-kali membuatku terhisap.
Sama seperti pelukanmu kala itu,
yang terus mengunciku,
berontak tiada artinya
sampai akhirnya jiwaku tunduk pula padamu.

Kita pernah bahagia,
Bagai burung-burung yang terbang rendah, bermain-main diantara air,
Mengintip manisnya pantulan diri air biru.

Yang lama terasa singkat.
Seperti langit merah muda yang lama lama termakan kabut pindah ke kegelapan malam yang menenangkan hanya dalam hitungan detik.

Bagai kapal yang mengapung terombang ambing kencangnya ombak,
Ia tetap teguh karena telah menjatuhkan jangkarnya.
Begitulah aku ketika pada akhirnya hanya kau dijiwaku.

Namun arus laut begitu kuat,
begitu sulit untuk berenang pada arah tujuan.
Semesta punya ceritanya,
berkali-kali kupaksakan tubuhku tak terbawa arus,
namun kakiku lemah, terus menerus terobek tajamnya batu karang yang tak kelihatan.
Mungkin itu cara semesta beritahu
bahwa disana bukan tempat yang aman bagiku.

Aku menyerah.
Seperti butiran pasir yang kugenggam erat dibawah air laut,
satu per satu rontok,
aku tergoda untuk membuka tanganku di bawah air
dan menyaksikan kemegahan pasir-pasir kecil yang jatuh menghilang terseret air.
Itulah kau.

Laut punya caranya.
Semuanya akan terjadi alami.
Semesta poros pengaturnya.
Biarlah laut hapuskan kau.

Tenang saja,
aku akan kembali baik-baik saja.
Seperti debur ombak yang menyapu kasarnya pasir, ia mampu mendatarkan lintasannya yang sebelumnya hancur teracak-acak angin.

Bagai tapak kaki di basahnya pasir,
berjejak namun akan segera hilang begitu terhanyut ombak ataupun angin yg berhembus.
060419 | 9:38 AM | Kost Warmadewa
ditulis sebelum berangkat kerja,setelah kukirimkan teks panjang padamu.

"are we done?"
"
KA Poetry Nov 2017
Kutarik secarik kertas putih
Kutumpahkan tinta hitam
Kutulis namamu
Kuceritakan segalanya

Cintaku kepadamu yang terawali layaknya sebuah kepompong
Hingga menjadi sebuah kupu-kupu
Terbang melintas dunia
Berakhir dengan kematian

Tetes demi tetes tinta
Menyusun kata per kata
Membentuk sebuah kalimat yang ramai
Mewakilkan mulutku yang membisu

Untuk siapa kubuat tulisan ini?
Tulisan yang tak lebih melibatkan amarah dan kebencian
Namun ditulis dengan sedikit rasa cinta yang masih melekat
Putih suci ditimpah hitam penuh dosa

Bisik Sang Hati " Lipat dan buang. Sudah cukup sudah. "
Jemari bergerak melipat surat itu
Berbentuk perahu
Perahu kertas.

Raga berjalan ke tepi laut
Seakan jiwa yang menggerakkan
Mulut yang berbisu mengucapkan sebuah doa
Tangan melepaskan surat itu

Perahu kertas,
Bawalah mimpi buruk ini berlayar denganmu
Berlabuhlah di neraka
Agar dosa dan penyesalan ikut terbakar disana.
18/11/2017 | 16.32 | Indonesia
KA Poetry Oct 2017
Puisikan
Semerbak hujan
Merangsang ingatan
Menggantikan kelam

Menunggu Sang Surya datang
Namun lelah menunggu ketidakpastian
Kini yang tersisa luapan tangisan
Hingga merasa distorsi yang tidak terbendung

Membius raga dengan memori kelam
Rasa ingin sendiri
Terbang menuju dunia baru
Meninggalkan realita
25/10/2017 | 20.56 | Indonesia
Safira Azizah Sep 2019
Kini kamu bukan hanya
berdiri di atas kaki sendiri
Melampauinya-
kamu berani berdiri
di atas permukaan laut
yang hitam dan muram

Menyelaminya dalam-dalam
tersedak-sedak air asin
mendesak-desak ruang
dengan gelagat cemas
sambil menderit-derit
seperti mesin berdesing

Dan aku bangga
melihat mu mampu
bahkan mulai menantang
batas-batas ruang dalam waktu
yang berkelebatan

Maka terbanglah, kawan ku!

Terbanglah--
karena luas laut tak mampu
membendung derai hasratmu
Terbanglah jauh
karena dunia taksabar menantimu

Terbanglah dan lupakan
lautan itu

Lautan yang selalu kau kutuk: Sialan
bila malam datang dan pagi
enggan kau jumpai
Maka lupakan ia
lalu

Terbanglah
sekarang
juga!
Moonity Jun 2018
Andaikata aku adalah seekor burung
Terbang membentangi praja
Menapaki ribuan ruang impian
Melekang langit senja nan dekat
Tak akan kulakukan

Andaikata aku adalah seekor burung
Yang tentu ialah
Aku rindu dengan potret otentikku
Kedua kaki, kedua tangan, akal dan pikiran

Andaikata aku adalah manusia
Menyandang kedua sayap putih bak malaikat
Tanpa lelah, tanpa sakit, tanpa keluh
Peran satria menjaga fisik juga hati
Angan jauh sebab manusia itu aku

Andaikata aku berjaya nanti
Ada di puncak emas dengan berlian sebagai udaraku
Seraya senyum lagak hormat
Akankah aku merindu sosokku yang sederhana kala itu?
—untuk aku yang berusia 24 tahun, aku yang meninggalkan semua kenangan dan tumbuh menjadi sosok tegar dan kuat. Semoga sukses adalah takdirmu.
ophelia Jan 2019
seluas alam fikiran yang berkelana,
aku terbang melintasi dinding-dinding putih,
meratapi langit-langit hingga tak berdaya,
biar saja sepi,
toh aku sudah tidak peduli,
toh aku sudah menikmati perlahan
keheningan yang mencengkam ini,
walaupun tidak bahagia,
setidaknya semua tenang untuk sementara.
i was high at the moment. getting high used to make me happy, but right now it would just make me feel okay. not sad nor happy.
senjakala Jul 2019
Sebenarnya, kamu ingin berpulang, atau hanya mengulang?
Aku bukan jalan pintas; pun bukan sosok yang bisa membawamu terbang ke atas, tetapi aku bisa menjadi seorang gadis yang bisa mencintaimu tanpa batas.

Kamu berulah, aku mengalah.
Kamu benar-benar meninggalkan aku, maka aku akan menghapusmu tanpa ragu.

Terima kasih;
untuk semua waktu yang berlalu,
untuk segala rindu yang palsu,
dan harapan yang kamu hempaskan.

Aku tak akan mencari pengganti, bukan karena kamu tak terganti, melainkan karena aku akan mulai meniti langkahku seorang diri.
Sarah Laila May 2017
Sepanjang perjalanan duka aku,
Kau datang dalam celahan ramai,
Tulisan kau seolah faham tulisan aku,
Terbang aku semacam tak reti duduk.

Ah kau.
Nampak je lain.
Akhir sekali,  'selamat tinggal Sarah'.
Jom ramai ramai gerak atas jom
claviculea Jun 2020
Yang dipegang tidak ingin diikat, inginnya pergi menjemput belikat. Bukan rahasia kalau belikatnya adalah hidupnya, nanti dia tidak bisa terbang, katanya.

Yang diberi hati tidak ingin jatuh hati, dia sudah jatuh, katanya. Sedikit lagi sampai, katanya. Sedikit lagi yang dicarinya digenggamnya, katanya lagi.

Yang diinginkan bahagia juga inginnya bahagia, untungnya. Tapi bukan untuk satu sama lain, sayangnya. Tidak apa-apa, kan yang penting bahagia, katanya. Dia tidak mengerti, sayangnya lagi.

Dia tidak mengerti, dia ada menghantui sudut ruang, nyata dan berakar, langkahnya tak bergravitasi keluar sangkar, inginnya berputar melingkar, tetap tinggal, tidak meninggalkan.

Perasaan ini bermassa, dia sudah pasti tak memberi asa, sudah biasa.

Sudah biasa, tidak apa-apa.

Jadi dia dibiarkan kembali duduk di sudut ruangan.
We drown ourselves in sorrow by embracing our sadness, it’s okay, but don’t forget to pick yourself up and above everything else, we are ours alone.
Penunggang badai Feb 2021
Mungkin benar adanya, menantang ketidaktahuan telah dengan pasti menggiring kesadaran pada sebuah langkah menuju keberanian bersikap. Yang karenanya juga, telah turut menjadikan hati begitu lapang di ruang yang begitu sempit, menempatkan intuisi dalam usaha menyeimbangkan ego dan benci, menuntun arah pikiran menuju muara kebijaksanaan.

Sebuah pertanyaan akan kegelisahan, berhak untuk ditelusuri muasal kebenarannya. Semua berhak akan hal itu. Untuk sebuah dinding yang membatasi penglihatan indrawi, merobohkannya adalah kepatutan. Untuk sebuah ketidaktahuan yang memenjarakan, manusia yang berjuang atas akal pikirannya sendiri—berhak untuk terbebas dari kungkungannya.

Meminjam dari Aristoteles, terbang menuju keselarasan ide serta realitas yang tidak terbatas!

Jangan biarkan gelap menguasai malam. Usaha demi setitik cahaya harus selalu terpatri dalam diri. Melekatkan sikap keraguan-raguan pada pikiran adalah sebuah keharusan. Hanya itu bahan bakar yang paling mungkin, untuk menyalakan setitik cahaya yang dimimpikan.

Biarlah menjadi berbeda, biarlah diasingkan. Karena bagi mereka yang merindukan merdeka, beranjak dari ketidaktahuan adalah sebuah keniscayaan!
sweet sugar Jul 2018
kulihat warna dedaunan begitu indah melayang di udara
begitu kuat namun rapuh hingga terbang terbawa angin
begitu rindang namun sekejap hilang ditelan pergantian bumi

apakah benar yang kulihat adalah dedaunan?
ataukah hanya hatiku menipu sang mata yang telah lama merindukannya

biar

biarlah tetap aku abadikan indah yang kulihat malam itu
tersimpan jelas dalam hati dan mataku

apapun itu
dedaunan tetaplah dedaunan
akan selalu indah walau sudah jauh pergi bersama angin
Safira Azizah Sep 2019
ruang
pembatas
pendekam

membuat
kepalanya

menengadah
ke angkasa

melukiskan
seribu
tanda tanya.

Membubung ia pergi;
terbang meninggalkan pulang.
ZZ Mar 2018
HAP
hap!
hampir saja aku jatuh…
sulit, ini sulit
aku tau aku tak boleh ceroboh
sekali tergelincir bisa-bisa belikatku patah

hap!
hampir saja….
kenapa disana hangat sekali?
rasanya aku tak ingin kemana-mana
saking hangatnya bisa-bisa aku menelur disana

hap!
aku ingin dikurung saja…
aku rindu wangi teritorimu
walau aku tau diluar ada bintang bulan dan manisan
bintang, bulan, manisan… Tuhan!

hap!
aku takut pada mata…
tapi aku suka lembah, kadang mau terbang kadang mau berenang
kadang aku lupa aku ini apa…
bisa jadi…
suatu masa aku ditangkap

HAP!
10 Oktober 2015

diterbitkan juga di https://tintaqabila.wordpress.com/2015/10/10/hap/
gadisunja May 2022
Dalam perjalananku berburu sepi,
Tuhan beri aku dua ramai lebih dulu.
Datang sebagai anak burung lovebird:
Peanut dan Carrot.

Hari-hari penuh riuh paruh mereka beradu,
Bisa berarti mereka kelaparan,
sedang melempar gurauan,
atau an-an lainnya.

Dalam perjalananku meramu sepi,
Tuhan ambil kembali satu ramai dariku.
Pulang terbang satu anak burung lovebird:
Peanut.
Dari pengalaman memelihara burung lovebird:
aku berkesempatan mengenal love, tapi harus kehilangan bird.

— The End —