Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Diandra Lathifa Oct 2016
Sebetulnya tidak ada yang terlalu berbeda pada Jogja malam itu, namun memang spesial.
Ada kamu di hadapanku, diterangi remangnya lampu kedai kecil tempat kita berdua berteduh dari gerimis dan dinginnya kota Jogja malam itu.
Kamu tidak banyak bicara, sibuk dengan sepiring gudeg dan segelas wedang jahe favoritmu.
Aku tidak bisa berhenti memandangi parasmu. Meski hanya diterangi lampu remang-remang, dan peluh yang basah akan air hujan, bagiku kamu tetap nomor satu.
Sang pemilik kedai pun memutar piringan hitam miliknya, terlantunlah ‘Berdua Saja’.
Aku masih ingat betul tatapanmu malam itu seiring dengan alunan lagu. Sederhana, teduh, dan penuh dengan kehangatan.
Malam itu, aku sadar bahwa rumah tempatku pulang bukanlah bangunan bata beratap dengan satu pintu dan dua jendela.
Malam itu aku sadar, Sepasang mata bola yang teduh dan hangat itulah tempatku pulang.
Kamulah tempatku pulang.
An 11.00 PM thoughts that I  wrote a few weeks a go, Inspired by someone special, someone that captivated the **** out of me.
Favian Wiratno Jul 2018
Sepucuk Surat Cinta kutuliskan untukmu
Isinya bukan tentang bagaimana cantiknya dirimu
Atau betapa indahnya tatapanmu

Sepucuk Surat Cinta kuwarnai untukmu
Isinya bukan tentang janji janji murahan
Atau pujian pujian manis tentang senyumanmu

Sepucuk Surat Cinta kuhias untukmu
Isinya kosong,
Tidak ada bualan omong kosong
Maupun pujian pujian palsu
Hanya kosong.
Bukan karena aku tidak bisa
Tapi memang aku sudah tidak merasakan Cinta

Sepucuk Surat Cinta kuberikan untukmu...
cinta indonesia patahhati

— The End —