Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Mar 2016
/1/
Merindu berarti meranggas
Bak guguran detik demi detik
Pada tangan pedih di petang hari
Merindu berarti meradang
Saat senandung semu
Dari semua kisahmu
Menorehkan luka
Pada jejak lisanku
Yang tak kunjung bermuara
Karena kita yang bertualang
Hanyalah jiwa dalam deru
Jerit

/2/
Siapa yang tinggal dalam gelap
Jika bukan sekumpul hantu
Dan kepulan sisa ragamu
Yang denyut nadinya
Sangat susah untuk kuraba
Untuk apa membunuh diri
Bila ternyata
Tak pernah hidup
Di cinta hingar bingar
Di pilu tak berpijar
Sumbu tubuhmu
Akankah menyala lagi
Apabila ku dekap dalam ratap?

/3/
Terbitnya kabut
Setelah fajar
Takkan bisa
Gantikan
Kenanganmu dalam redup
Ingar bingar Nov 2021
Rasanya seperti ingin muntah,
perutku bergerumul,
dadaku bergemuruh,
hatiku penuh amarah,
tubuhku lemas tak bertenaga.
Aku lelah.

Air mata di ujung pelupuk mata,
mengalir deras sekali terpicu.
Sumbu kesabaran yang kian pendek,
terus menerus terbakar oleh amarah.
Aku lelah.

Hari-hari berlalu begitu saja seolah tak bermakna,
yang kutunggu hanya Sabtu Minggu saat tak perlu kutatap layar terang itu 12 jam sehari.
Detik-detik lewat tak memandang lara dan amarah yang terus membakar hati
Apa aku bisa bertahan, atau sebentar lagi hati ini mati?
Aku lelah.

Bakar. Bakar. Terbakar.
Bila hati ini kemudian mati dan dipenuhi kebencian dan kegusaran,
bila kemudian ia dikuasai oleh kegelapan,
bila hatiku mati...

Aku bagaimana?

— The End —