Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
“ Hari ini ku mati,
Perlahan...
Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan...
Semua pergi meninggalkanku...

Masih terdengar jelas langkah² terakhir mereka,
Aku sendirian,
Di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
Sendiri,
Menunggu pertanyaan malaikat...

Belahan hati,
Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka...

Sanak keluarga menangis,
Sangat pedih,
Aku pun demikian,
Tak kalah sedih...

Tetapi aku tetap sendiri,
Di sini, menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri...

Ya Allah...
Jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milik-MU,
Untuk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka...

Yang selama ini telah merasakan dzalimku,
Yang selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku...

Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yang telah kukumpulkan,
Yang bahkan kumakan,
Ya Allah beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada Ayah & Ibu tercinta...

Teringat kata-kata kasar & keras yang menyakitkan hati mereka,
Maafkan aku Ayah & Ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,

Beri juga ya Allah aku waktu untuk berkumpul dengan keluargaku,
Menyenangkan saudara-saudaraku..
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh.

Aku sungguh ingin bersujud dihadapan-Mu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yang pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali...

Mengapa kusia-siakan waktu hidup yang hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu...

Aku dimakamkan hari ini,
Dan ketika semua menjadi tak termaafkan,
Dan ketika semua menjadi terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri...
Untuk waktu yang tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan di Padang Mashar...

Puisi Almarhum "Bang Remy Soetansyah,"
"ANDAI HARI INI AKU DIMAKAMKAN"

DariNya kita datang, kepadaNya kita kembali…

Assalamu’laikum sahabat..

Innalillahi wa innaa ilaihi raaji'uun telah kembali ke rahmatullah Olga Syahputra kemarin jum'at sore di Rumah sakit Singapura, Oki turut berduka sedalam2nya, dan do’akan bersama semoga Olga Syahputra di terima iman islamnya dilapangkan kuburnya, di tempatkan di tempat terindah di syurga, keluarga yg di tinggalkan di beri kesabaran..aamiin..al-fatihah..

Bagi kita yg di tinggalnya tentunya bisa jadi pelajaran bahwa maut datang kapan saja tidak bisa kita prediksi , bisa satu tahun lagi, sebulan lagi, satu hari lagi atau sedetik lagi..hidup di dunia ini hanyalah sementara..

Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya. (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah menyadarkan kepada kita selaku umatnya akan pendeknya waktu hidup di dunia itu, namun waktu yang sangat pendek itu sangat-sangat bermanfaat, sehingga harus diisi dengan hal-hal yang sangat bermanfaat…

Sahabat pesan Olga kepada adiknya, untuk selalu melaksakan ibadah sholat 5 waktu jangan pernah di tinggalkan...selalu berbuat baik....
Skipping Stones Jun 2016
atop merlion at sentosa park

revelling upon the map of singapura
george boole mutters

ditch the crude decimal byways
as he pointed to the binary hi way

atop merlion at sentosa park
Some  eighteen years  ago
A  kid was  born  in Chennai
Seven years rolled  past
Time to learn  games
Papa  Rajni opted for  Chess
The kid became  a  chess bee
And  by his meteoric  rise
Became  a  whizkid,
Breezily following the
Legacy of the  legendary Vishy
Winning  tournaments at will
Always  going for the ****
Became  IM and later, GM
This  gem!
The chess lion  set his sight
On  bigger ****
Played  big  tournaments , slayed  opponents
The lion roared,  his rating  soared
Through  FIDE  circuit


The lion jumped into the  candidates’ arena
Played   uncompromising  chess,
Gukesh-the Gladiator!
And  won the right  to  
Challenge  Ding, the  Chinese  lion!
The lions  arrived  to the  lion-land of  Singapura
To match their  wits  in fourteen board  games
They  ducked, punched,  waited, pounced
All over the chess board,
Like  heavyweight champs,
Trading blows  and  drawing more,
The  match   neared  its  ******
In the  eleventh  game,
Caissa  smiled at  Gukesh
With  this win,
he was  soaring  towards  summit
Only  to be pulled  back   by
Some daring play  by  Ding,
With a  win, Ding was on song,
His  regaining  the  grit
In his  smile  was  writ.
With the thirteenth  game
Ending  in  a  draw
Increased the  tension of  chessbuffs  
Of  the universe,
Especially  the Gukesh-guys
Who were  rooted   for the
Indian victory
Speculations  rose over the fate
Of the fourteenth
Guesses and predictions made
On the possible  tiebreak games
With advantage for Ding.
No said, Gukesh
Played  the endgame,
Ended the game
Dethroned  Ding
And became  the King!!
this poem  celebrates  Young Indian Chess Grandmaster Gukesh's  win in the World  Chess ch.,  Caissa-  patron goddess of  Chess   End game-  the important final part of a  chess  game, normally with  less number of  chess pieces

— The End —