Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
A Dec 2021
Ia sepi bernama pilu,
dikisahkannya tentang sedih dan sepi yang selalu datang disaat malam tiba.
Mengambil alih segala yang berenang dikepala, tanpa terkecuali.

Kamu lagi, kamu lagi.
Ucap semesta.
Yang satu itu memang karya tuhan favoritku.
Ia renggut semua bahagia dariku.

Berganti sepi yang bernama pilu.
jangan kau putuskan aku di hadapan teman"ku
aku pun malu-aku pun malu :(
ophelia Jan 2019
meringis menyisat dada
berteriak dalam kesunyian
pilu hati yang sudah dua tahun ku pendam sendiri, akankah sampai pada ujungnya?
apa lagi cara yang harus ku lakukan,
mungkin tenaga sudah tak kuat lagi
bahkan
mungkin harga diri sudah hilang
Joshua Soesanto Jan 2016
Kita adalah papasan awan dalam setiap lagu
Dengan cerita yang tak tentu
Meraba dan menunggu
Waktu untuk bertemu.

Rindu
Keadaan orang tersesat dalam jemu
Saling bertanya hanya dalam waktu
Pilu hati menyelimuti kalbu
Menderu.

Kamu dan aku
Bagian dari kata yang tak terkatakan
Yang mempunyai arti beribu
Dari kata yang sering diucapkan.

Kamu
Diantara waktu dan rindu
Yang memastikan aku akan kembali utuh
Mendekatkan yang jauh
Seperti suara rindu yang gaduh
Mengikat persendian tulangku.
https://soundcloud.com/fatpossum/pure-x-starlight
Aridea P Oct 2011
Kini ku punya cinta baru
Ku tahu pasti kan cepat berlalu
Seperti cinta ku yang dahulu
Hanya sementara tuk menemani ku

Kini ku tak sanggup untuk
Ucapkan kata cinta seperti dulu
Ku takut hati ku pilu
Karena sakit hati yang ku buat

Cinta baru selalu ada
Akan terus berganti dan berpindah
Hingga berhenti saatnya tiba
Cinta sejati tuk selamanya


By. Aridea Purple
Noandy Jun 2016
Mereka hanya terduduk di lantai berlumut
Halaman belakang rumah tuanya yang berupa puing belaka
Bekas-bekas kekalahan
Tidak berucap akan siapa yang mati
Dan siapa yang berhak hidup
Mereka terlambat, tak ada satupun orang hidup di sini

Mereka jadi ingin ikut-ikutan mati
Yang disayangi sudah tiada
Mereka jadi menyesal
Pergi jauh tak kunjung balik

Mendadak ditatapnya sebuah sumur
Tempatnya menimba air dahulu
Katanya sudah mengering berpuluh tahun lalu
Dan bibirnya bergerak perlahan, teringat; "Riak air yang tinggal di dasar sumur
Tidak pernah membenci roh yang berkeliar singup
Di atasnya.

Hantu-hantu wanita sejak dahulu
Kekal bersolek di atas sumur
Meskipun telah mengering airnya
Dan pantulan mereka fana adanya.

Mereka hanya terduduk di lantai berlumut
Halaman belakang rumah tuanya yang berupa puing belaka
Bekas-bekas kekalahan
Tidak berucap akan siapa yang mati
Dan siapa yang berhak hidup
Mereka terlambat, tak ada satupun orang hidup di sini

Mereka jadi ingin ikut-ikutan mati
Yang disayangi sudah tiada
Mereka jadi menyesal
Pergi jauh tak kunjung balik

Mendadak ditatapnya sebuah sumur
Tempatnya menimba air dahulu
Katanya sudah mengering berpuluh tahun lalu
Dan bibirnya bergerak perlahan, teringat; "Riak air yang tinggal di dasar sumur
Tidak pernah membenci roh yang berkeliar singup
Di atasnya.

Hantu-hantu wanita sejak dahulu
Kekal bercermin di atas sumur
Meskipun telah mengering airnya.

Konon karena mereka menyukai
Kehangatan yang dirasakan
Dari dalam rumah senyap kala ada kehidupan
Sesederhana bagaimana mereka tak lagi
Dapat hidup
Lantas mengapa lepas mereka pergi
Tak dijaga kekekalannya dari serentetan ledakan pilu dan kepulan asa?

Hantu-hantu cuma pembohong
Pelindung tak berdaya
Mereka menghargai bising dan jerit tangis
Itulah alasan mereka
Terus tinggal dan bersolek
Menunggu sakit dalam sakit
Karena air matalah yang sebenarnya menjaga agar dasar sumur tetap terisi
Agar mereka dapat bercermin
Agar kekal bayang mereka

Air mata, menggenang bersama darah
Bukan mata air yang merasuk dari qalbunya."
Jadi dipanggillah
Segenap jiwa gugup gelisah itu
Dalam kesunyian dan sesal mereka

Hantu-hantu wanita
Kembali besolek di atas sumur

Mereka melompat,
Untuk lebur
Dalam ketiadaan.

Menyusulmu
Mencarimu.
Noandy Nov 2015
Kala malam tampakkan luka
Terlapis kasih, beringsut malu
Ia terbakar gugur lebur
Dan tidak termaafkan

Sesap tangismu sendiri,
Relung jiwa telah berkeluh
Sembahyang doakan maut
Akan pilu cinta dursilamu

Dengarlah tembang petaka
Perlahan menggoda luhur
Gapai lika-liku serapahnya
Dan kenakan sebagai selambu senja kini

Jika malaikat merasuk pada
Sekuntum bunga di pelupuk mata
Rimba ruak ini tak akan lebih
Besar dibanding seuntai rindu durjana

Maka dengan itu,
Akan kuajak berpesta pora
Sedu-sedan iblismu
Di taman mahakama bersimbah dosa

Lepaskan genggaman tangan itu
Dari lentera di sunyi gulita
Karena sinarnya yang rupawan
Telah meleleh dalam lumrah darah getir

Ikutlah denganku,
Kita kan menari semalam suntuk
Sampai yang tercium dalam hati
Hanya bau anyir perpisahan
Untuk Ngangsu Candra Kidung 2015: Mahakama Rahvana
31 Oktober 2016
Dini hari, Jakarta-Surabaya, Pukul 00.45


30 menit yang lalu, kau bertanya kepadaku,
"apa yang membuatmu bahagia?"
secangkir kopi, malam dan hujan jawabku
lalu kau mengernyitkan kedua alismu dan bertanya,
"kenapa? kopi itu pahit, malam itu sendu dan hujan hanya membawa pilu"

"Karena aku menyukai kejujuran pada kopi,
Ia jujur akan dirinya. ia yang pahit rasanya. ia yang hitam parasnya. tanpa bersandiwara. tapi itulah hal yang mencandu darinya.
Karena aku menyukai kesederhanaan malam,
Ia tak perlu harus bersinar, ia cukup indah dengan bintang di dalamnya tanpa dengki ingin menjadi siang.
Karena aku menyukai keikhlasan hujan,
Ia tetap ikhlas menjatuhkan dirinya meski banyak yang memaki dirinya dan berharap ia tak pernah datang."

kau termenung kembali,
dahimu berkerut memikirkan sesuatu
"apakah hanya itu?" tuturmu lagi
dan aku hanya tersenyum,

"aku hanya ingin menjadikan diriku seperti mereka, tidak berlebih pun tidak mengapa, hanya ingin menjadi dan merasakan kejujuran seperti kopi, kesederhanaan seperti malam dan keihklasan seperti hujan."*

kau tersenyum mengejek
"Kau terlalu naif" tandasmu dan aku hanya tergelak,
seperti itulah aku, jawabku
pada akhirnya, kau turut tergelak jua bersamaku
menutup pembicaraan dini hari kita kala itu.
kepada kamu yang telah mengajarkanku mengenai kejujuran, keikhlasan dan kesederhanaan, terima kasih telah menjadi kopi, malam dan hujan bagiku.
T'lah kumiliki nurani bopok dan renta
Warisan ibu ayah
Membungkus kasih, dengki, segan,
damai, resah, amarah
Begitu bancuh dan arau

Sang aku berbagi pada kekasihnya
Sosok gagah terpercaya
Aku dan gagah melanglang
Beriringan menggandeng nurani
Nurani amat bahagia
Demikian puas ceria

Hingga sosok gagah itu mulai muak
Jemu, bosan katanya
Menghempas jemari aku
Dan mencampakkan nurani serupa buangan
Cakapnya aku bersalah
Tak jago mengenyangkan

Tak tega setilik pun menengok nurani
Menepis muka, aku bertanya
"Apa nurani tak apa-apa?"
Dengan terisak, nurani menyinyir menjawab
"Terlihat nestapa dan pilu dari matamu
Aku tak seberapa
Pikirkan saja dirimu"
Terinspirasi dari C.S Lewis: "To love at all is to be vulnerable"
Noandy Mar 2016
/1/
Merindu berarti meranggas
Bak guguran detik demi detik
Pada tangan pedih di petang hari
Merindu berarti meradang
Saat senandung semu
Dari semua kisahmu
Menorehkan luka
Pada jejak lisanku
Yang tak kunjung bermuara
Karena kita yang bertualang
Hanyalah jiwa dalam deru
Jerit

/2/
Siapa yang tinggal dalam gelap
Jika bukan sekumpul hantu
Dan kepulan sisa ragamu
Yang denyut nadinya
Sangat susah untuk kuraba
Untuk apa membunuh diri
Bila ternyata
Tak pernah hidup
Di cinta hingar bingar
Di pilu tak berpijar
Sumbu tubuhmu
Akankah menyala lagi
Apabila ku dekap dalam ratap?

/3/
Terbitnya kabut
Setelah fajar
Takkan bisa
Gantikan
Kenanganmu dalam redup
Favian Wiratno Dec 2019
Pilu dibalik rindu kembali menggebu,
Hujan di bumi sama derasnya.
Kukira aku melupakanmu,
Ternyata hati ini kembali keliru.

Hati mana yang tidak berdetak,
Melihat dua pasang mata seindah samudra?
Ucapan membisukan dari bibirmu,
Sayang, rindumu mengusikku.

Kacau, Hati ini.
Sudah berapa kali disakiti?
Malam dan Siang berganti,
Lekaslah kau pergi.

Pilu dibalik rindu kembali menggebu,
Rintik hujan di bumi sama derasnya.
365 hari berlalu,
Sudahkah kau merindu?
Aridea P Oct 2011
Di saat ku menangis
Siapa yang menjadi curahan hati
Di saat ku menangis
Siapa yang menemani ku
Di saat ku menangis
Siapa yang bernyanyi untukku

Aku sendiri di sini
Penuh tangis...
Aku pilu di sini
Sepi... hanya sendiri

Created by Aridea Purple
Zharfa Zhafirah Nov 2017
Dirimu menawan meski dalam gelap
Tubuhmu pilu
Bibirmu sendu
Matamu sembilu

Kau berdiri membeku
Diruang gelap bernama kenangan
Meninggalkan kekasih yang terlupakan
Hingga yang terlupakan merasa luka

Kini luka melawan waktu
Memakan rindu yang kelabu

Dan kekasih,
Kita tak akan seperti dulu
Kini aku telah menutup pintu
Tak bisa kau sentuh
Annisa Jan 2018
bagimu
sengsaraku lucu
dipijak ragu, dirundung pilu
bagiku
semesta hanya mu
ditertawai rindu, ditelan waktu

bagimu
masih saja tentang ku
bagiku
gelagat semu
zahra ly Jun 2020
Ibu mengajarkanku menerima biru
Agar pada setiap simpuh hanya ada bisu
Dan pada 777600 tak tersisa pilu

Ibu mengingatkanku merapal namamu
Agar padamu, Ia angkat abu dan biru
Agar kamu, terlupa apa yang lalu lalu
Semoga Tuhan menjagamu
Lemniscape Sep 2014
Merengkuh
Derita ini
Derita dunia yang kotor ini

Merasa angkuh
Diriku berbicara
Depanku menatap kaca
Tatapan itu penuh pilu

Tak dapat ku gunakan kata
Tak mengerti aku akan metafora
Aku hanya mencari indahnya dunia
Walau itu keindahan sederhana
I like to write poems in bahasa if it's okay....
M Aug 2019
without realizing it,
when i'm laughing and smiling,
i'm still keeping
a lot of pain in my whole body.

the walls that i've built,
can actually fall down in seconds.
i thought i was strong,
but i'm weak and fragile.

hiding your misery isn't an easy thing to do,
it's extremely painful and hard,
it's like the cruelest torture in this world.
do you wanna know how it feels like?

it feels like i'm being punched,
stabbed and pushed off of a building.
but oh yeah, how could you know?
you never experienced it before, right?
Favian Wiratno Mar 2019
Dibalik sejuta bunga yang tertanam disini,
ada dirimu; sebuah keindahan yang tidak pernah meminta perhatian.
tersenyum tanpa terpaksa
menangis tanpa air mata
tertawa tanpa aba-aba
jika boleh tau, mengapa kita harus berpisah?
apa karena kau terlalu menyukai kota sejuta bunga?
atau karena aku bukanlah laki-laki yang baik untuk hubungan kita?
apapun alasanya, kuharap kau bahagia.
karena sesungguhnya, keindahan sepertimu tidak akan pernah meminta perhatian.
terhalang keindahan kota sejuta bunga.
tertanam dibawah, tersembunyi tanpa jejak amarah.
kalau begitu, laki-laki ini ingin pamit; membawa segala pilu yang membiru tanpa perlu pusing memikirkan hatinya.
Hello, its been a while! this poem really describe how i felt about my ex so yea, enjoy! And i'll try post more often so please do enjoy the poem!
Merinda Jan 2019
Aku adalah sang waktu
Pejalan klise dari masa lalu
Aku adalah sang waktu
Tak pernah terbayang apalagi tersentuh
Aku adalah sang waktu
Hujan dan badai tak pernah hentikan laju
Aku adalah sang waktu
Sering dilupakan namun tak kenal pilu
Aku adalah sang waktu
Langkah tak berdaya siap membunuhmu
Aku adalah sang waktu
Menggerus detik yang kian rapuh
Aku adalah sang waktu
Tak diharapkan namun seketika membelenggu
Mousamous Sep 2017
pasal IV: tentang hujan yang tak kunjung reda, dan tangis yang tak kunjung berakhir.

- terkadang, ada beberapa hal yang datang, selain membawa berkah dan kebahagiaan, juga turut di dalamnya kesedihan yang berlarutlarut. seperti halnya hujan, yang datang membawa unsur kehidupan, tapi kemudian, dinginnya mengundang pilu, berusah mencari kehangatan. begitu pula dirimu, datang sekiranya membuatku bahagia walau di awal, namun akhirnya memilih pergi setelah membunuh setiap harapan baru yang tumbuh dengan tega.

- ada beberapa hal yang terjadi, namun datangnya tak dapat dihentikan, dan kepergiannya tak dapat dipaksakan, layaknya hujan ketika mentari tengah bersinar, membuat sebagian orang mendengus kesal, banyak hal rencana yang gagal. seperti halnya dirimu, ketika dirimu datang ketika ku tengah sedemikian rupa menata hati. kau datang mengambil setitik kecil potonganmu yang tertinggal, kemudian justru potongan kecil itu yang menghancurkan hati yang telah tertata rapi. hancur. kembali. lalu kau beranjak pergi, layaknya hujan badai yang reda, seolah tak terjadi apaapa.

- setelahnya, setelah sisasisa hujan pada dedaunan mengering, dan musim hujan telah berlalu, masih sesekali duakali ia datang, mebawa harapan sekilas, kemudian pergi seolah tak ingin kembali. sejenak menentramkan,  meluruhkan kotoran di udara, namun tetesannyamengandung racun yang tak baik. seperti ketikamu datang tibatiba, seolaholah baikbaik saja, ternyata memang tidak ada apaapa, bukan benarbenar tidak ada, hanya saja, bukan untukku, tapi untuk dia yang lain.

- selalu ada akhir dari jutaan tetesan air yang jatuh ke bumi, dan semoga, hal itu juga berlaku pada diriku. entah kapan tangis akan reda, namun kau tetap saja berlalu, semoga kau tak lagi datang membawa harapan. maafkan keegoisanku memilih menangisi kepergianmu.

prdks.
ps: jika dirimu tau rasanya hujan yang turun ketika mentari tengah bersinar, harusnya kau tau, bagaimana rasanya tangis yang muncul ketika senyum tengah memekar. maafkan keegoisanku.
EVewritesss Aug 2018
Kala malam sudah semakin gelap
Sinar bintang mulai berbinar
Kepala terangkat membelalak langit yang kian lungai berkedip kedip

Ada malam yang aku rasa masih terang karena lampu taman
Gelap masih sembunyi berselisih paham dengan cahaya listrik

Ada senja juga yang kadang sulit kutemukan
Jujur saja, sangat langka akhir akhir ini
Sungguh jarang aku melihat jingganya yang begitu matang bergelora bersama langit
Begitu indah

Ada juga pagi yang aku bayangkan udara bersih dan putih
Namun, kau tahu bukan.
Sudah ada asap yang bermunculan berselih juga dengan kabut
Aku juga berfikir itu kabut
Nyatanya asap sampah pinggir jalan
Sunggu pilu..

Jadi, apa yang bisa kamu bayangkan dari pengandaian itu?
Tidak semua hal yang katanya begitu akan jadi begitu
Tidak semua tanya akan dijawab benar
Tidak semua hal yang kau bayangkan sesuai ekspetasi dan bayanganmu
Setinggi galaksi bima saktipun kau bermimpi jika memangtuhan tidak mengiyakan
Ya.. sudah
Apa boleh buat
Cari
Cari pertanyaan yang lain yang mampu dijawab
Yang tak akan membuatmu kecewa
Yang bisa kau perlihatkan
Yang bisa kau puja
(Santunan malam selasa)
Lacuna Oct 2017
Jatuh,tersungkur
Patah hatinya, pikirannya entah kemana
Berselimut kenangan
Sedih, sakit, dan juga pilu
Pasalnya aku selalu berpikir bahwa yang patah akan tumbuh
Yang hilang akan berganti
Tetapi kenapa bayangan mu masih terus datang dan mengunjungi?
So Dreamy Nov 2017
Kini aku diam ditemani suntuk
Ingin aku bergerak bebas di balik rindu
Dipeluk sendu
Diwarnai kelabu pilu yang merdu
Lalu bergerak
Tak kenal arah
Satu kotak kosong
Yang hampa
Tanpa goresan warna;
aku seorang.
Oka May 2020
Tiada salah membiarkan raga terluka
semakin dalam jarum jam menusuk Memang, tiada obat untuk semua derita
Tak salah menerima pilu dalam khusyuk
Sito Fossy Biosa Jun 2020
[2/6 22.08] SITO FOSSY BIOSA: Perempuanku yang Sendu, sebuah puisi.
[2/6 22.12] VINDA MAYA: Lantas Senja menenggelamkannya
[2/6 22.12] VINDA MAYA: Malam....dan hilang
[2/6 22.15] SITO FOSSY BIOSA: Kukan hilang pun bersamamu.
[2/6 22.19] VINDA MAYA: Bunga bunga layu itu jatuh ditaman berduri
[2/6 22.19] VINDA MAYA: Lalu ditelan angin berbisik
[2/6 22.21] SITO FOSSY BIOSA: Hujam Jantung, Hujan Rindu
[2/6 22.24] VINDA MAYA: Pilu....Berantakan....Tak terselamatkan
[2/6 22.27] SITO FOSSY BIOSA: Aku sengaja tak mau tahu tentang tuhan, sebaliknya, kau sepenuhnya kutelusuri sedalam hati.
[2/6 22.32] VINDA MAYA: Wajahmu ada di kening....rinduku sepanjang jalan
[2/6 22.32] SITO FOSSY BIOSA: Padaku?
[2/6 22.34] VINDA MAYA: Lalu pada siapa
[2/6 22.34] VINDA MAYA: Adakah selain bayangmu menyapa
[2/6 22.35] SITO FOSSY BIOSA: Lebur.
[2/6 22.36] VINDA MAYA: Berkeping-keping
[2/6 22.41] SITO FOSSY BIOSA: Tuntas.
oklasasadu is a diction that was deliberately created by Sito Fossy Biosa to express his frustration with God, disappointment, against God, and the concept of Godhead. ⊙a concrete poetry project⊙
Penunggang badai Feb 2021
Hati dirantai sepi
Sedih tertata rapi
Jiwa dipasung waktu
Pilu makin membiru

Gelap menggrogoti batas imaji
Cemas memeluk diri
Melihat yang mulai redup
Sirna kini tujuan hidup

Tergopoh...
Jelas langkah kian lelah, kian lemah

Tersungkur raga sepertinya kalah
Bersamanya putus asa
Tangis menyatakan sesal
Ingatan meremuk dada
Hening memeluk semesta
Ada yang mati di ruang hampa

Barangsiapa enggan merayakan kehilangan
Bersiaplah abadi dalam ketiadaan
coldmochi Dec 2017
Jika kelabu adalah pilu,
mengapa aku selalu terpaku padanya?

Jika tetes air adalah bisu,
mengapa aku selalu berhasil mendengar indah nadanya?

Dan jika aku nyata,
mangapa aku seperti tiada?
gadisunja Nov 2022
Ada banjir di suatu petang,
banjir yang paling kutakuti.
Banjir air sudah biasa,
banjir yang ini luar biasa.
Kenangan di mana-mana.  ​
Banjir basah di mata,
banjir pilu di hati,
banjir rindu di ulu.
Favian Wiratno Nov 2020
tak kuasa aku menahan pilu,
bagaimana tidak? aku telat mendapatkanmu.

— The End —