Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Reza Septian Oct 2020
Haiii... sapaan mentari pagi hari
Tampak seorang gadis sedang menyoroti secercah kilauan matahari
Barangkali ia sedang menghangatkan hatinya yang sempat membeku
Langkah demi langkah ia menulusuri jalan 
Berharap kebekuan segera terpecah dari dalam dirinya 
Seolah mata air mengamini harapnya 
Germercik air sungai memecah kebekuan
Bagaimana tidak, air itu ikut berisik 
Semesta tahu ia adalah gadis periang 

Ahhhh gadis, senyummu membangun harap yang sempat mati
Kalau saja kau sempat.
Pandang,
bagaimana mulut ini bisa saja menegur,
tersenyum?
Tapi otak membeku bungkam bagai impuls macat karena motor neuron salah menghantar ke jalur yang tak seharusnya

Aku coba pulang,
balik bak kala kau amati
sosokku yang periang dan sayang
Bukannya aneh waktu dulu semua lihat ku dan kamu serupa kawan tanpa ada salah tingkah didalamnya

Ceritakan sekali lagi bagaimana diriku yang dulu
Agar aku kembali,
jadi kita,
aku yang mudah,
kau yang tak ada apa-apa.

Tiap pertama bertemu,
doaku kutak lagi buat kesalahan yang sama.
Semata-mata memang karena,
kau teman yang begitu berharga.
Seorang teman bercerita, bagaimana sulitnya menjaga tingkah di depan orang yang kita kagumi. Saat bertemu, terkadang bisa tertawa berlebihan atau acuh tak acuh sehingga dikira angkuh. Ya itu namanya cinta. Debarannya jauh lebih dahsyat dirasa dari apa yang terlihat dari luar. Sampai saat ini pun aku tak tahu solusi untuk ini semua. Ya nikmati saja.
Reza Septian Oct 2020
Pecah sudah kebisuan malam oleh cahaya rembulan. Namun, 
Tak satupun yang mampu pecahkan kebekuan si gadis
Tatapannya sadis dan sinis, tapi 
Tetap terlihat manis 
Ya malam itu, saat pertama
Mata kami saling temu

— The End —