Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Lisa Claire Sep 2016
O, malam yang suci
Sayang, kau mau kecap itu?
Kecaplah sunyi malam di ujung lidahmu, julurkan sepanjang tangan
Bilamana gelap telah menghujani hari, teguklah dingin dalam gua mulutmu
O sayang, kau mau dengar itu?
Sendengkan telingamu, dengarkan sekali lagi
Dengarkan ketika gelap dan terang tengah melenguh
Harmoni saat daun dan ranting mencumbu satu sama lain
O, sayang, kau mau merasakan itu?
Sentuhlah bibir bulan itu, kau bisa merasakan dia tengah bernyanyi
Bibirnya mengatup dan membuka, mendaraskan kidung yang seketika senja
O, sayang, kau mau melihat itu?
Buka matamu, lihat mereka saling bergesekan, menaut dan berkelindan
Tak ubahnya sepasang kekasih yang tengah bersanggama
Dhia Awanis Oct 2016
Romantis ya?

"Apa?"

Senja.

"Apanya yang romantis?"

Dia yang paling banyak berkorban daripada Siang dan Malam—Senja itu. Hadirnya sesaat, cuma sebagai peralihan dari Siang ke Malam. Dia sadar kalau dia luar biasa indah, tapi dia nggak egois.

"Nggak egois bagaimana?"

Iya, kalau dia egois, dia nggak akan mengalah pada Malam. Dia bakal minta waktu lebih lama sama Yang Punya Semesta untuk memamerkan keindahannya, tapi nyatanya enggak. Dia merelakan hadirnya cuma sesaat, dan memilih untuk mengalah atas keegoisan Malam yang ingin mencumbu Pagi.

— The End —