Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Zien Kartika Jul 2014
Dear Nakama...
      Kau tenang saja, mulai sekarang aku tak kan marah, kesal, sedih, cemburu, iri, ataupun jengkel saat kau berhubungan dengan Dia. Aku tak apa-apa. J

Dear Nakama...
      Sekarang, kau bisa melakukan apa saja sesuka hatimu padanya. Toh, Aku sudah melupakan semua perasaan itu, Aku sudah bisa bangkit dari keterpurukan ini. Jadi, tak ada lagi alasan untuk mu menjauhkan?

Dear Nakama...
      Aku merindukanmu, Tak ingin melihat kau seperti ini, mengapa kau seperti ini? L

Dear Nakama...
      Bukankah, kita sudah saling berjanji takkan pernah saling menyakiti,  akan terus menghubungi dan jangan sampai hilang hubungan? Dan sekarang, Aku ingin menagih janji itu...

Dear Nakama...
      Aku di sini sedang sedih. Tapi semoga, Kau baik-baik saja...

Dear Nakama...
      Apakah aku tidak boleh mengetahui keadaanmu? Tapi, bukankah itu suatu hal yang wajar di antara hubungan persahabatan? Aku tak mau kehilangan “TEMANKU”, aku tak mau kehilangan “SAHABATKU”, dan Aku tak mau kehilangan “KAKAKKU”...  :’(

Dear Nakama...
      Selama ini hanya Kau orang yang bisa mengerti Aku, mempercayaiku, dan menyayangiku dengan setulus hati. Akupun Selalu berusaha agar bisa menjadi seperti itu...

Dear Nakama...
      Setiap hari aku menimbun sedih, menyembunyikan sakit, menampung rindu, menabung kekecewaan, mengumpulkan kegelisahan, dan terus menelan air mata hanya untukmu...

Dear Nakama...
      Pandanganku kabur, pergerakanku kaku, kakiku lesu, tanganku beku, lidahku kelu, air mata terus jatuh, dan sesaat aku merasa duniaku runtuh ketika mengetahui kau sedang berusaha menjauh...

Dear Nakama...
      Apa yang harus ku lakukan agar kau mau kembali seperti dulu? Saat-saat di mana Aku belum mengenalnya, saat-saat di mana aku masih menjadi gadis kecil yang polos dan tidak mengenal cinta, saat-saat di mana kita sering berbincang tentang kartun kesukaan kita!

Dear Nakama...
      Aku minta maaf, jelas-jelas ini salahku. Dan bodohnya lagi, Aku baru menyadarinya sekarang. Maafkan Aku jika Aku melakukan kesalahan yang membuatmu tersakiti. Kesalahan yang di sengaja maupun tidak di sengaja...
Semoga kau berkenan untuk memaafkanku...
Sahabatmu : Haruna J
Gue gak tau nakama itu siapa (/////_////)
Atta Feb 2018
buat apa bermimpi
pada akhirnya terperosok jauh

buat apa mengkhayal
pada akhirnya tersesat dalam ilusi

mungkin itu cara Tuhan
untuk mengajarkan kita
cara untuk berusaha

atau mungkin itu cara Tuhan
untuk menjauhkan kita
dari kesenangan yang fana
dan keterpurukan yang nyata

terima kasih Tuhan









tapi aku sudah larut dalam keterpurukan itu, Tuhan.
menyalahkan Tuhannya ketika dia jatuh dan membenarkan dirinya, egois.
Ann P Jul 2019
Pahlawan
Terima kasih
sudah menyelamatkan aku
dari kesedihan ini
Pahlawan
Terima kasih
sudah membangkitkan aku
dari keterpurukan tiada henti
Pahlawan
Kau sungguh hebat
Hanya dengan suara dan karya mu
Berjuta orang sorak bergembira
Pahlawan
Kau sudah mati
Karena kau bukan malaikat
Sama seperti diriku
Manusia hina
Pahlawan
Kau sudah mati
Akan ku kubur jasad mu dalam jiwa ku
Akan ku peluk erat arwah mu
Jika orang bertanya tentang dirimu
Akan ku bisikan
Pahlawan ku sudah mati
Iblis memanggil nya
Bukan Tuhan
Ann P May 2021
Pahlawan
Terima kasih
sudah menyelamatkan aku
dari kesedihan ini
Pahlawan
Terima kasih
sudah membangkitkan aku
dari keterpurukan tiada henti
Pahlawan
Kau sungguh hebat
Hanya dengan suara dan karya mu
Berjuta orang sorak bergembira
Pahlawan
Kau sudah mati
Karena kau bukan malaikat
Sama seperti diriku
Manusia hina
Pahlawan
Kau sudah mati
Akan ku kubur jasad mu dalam jiwa ku
Akan ku peluk erat arwah mu
Jika orang bertanya tentang dirimu
Akan ku bisikan
Pahlawan ku sudah mati
Iblis memanggil nya
Bukan Tuhan
Penunggang badai Feb 2021
Akhir memaksa hadir di sela-sela kisah yang sementara kita bangun dengan asa—tanpa aba-aba. Bersamanya getir, menetapkan takdir dari apa yang tak pernah kau dan aku amini sebelumnya. Mengaburkan fungsi intuisi, hilang arah semua kata demi kata dalam kepala. Membekukan imaji, runtuh semua rasa dan karsa.

Ditengah terombang-ambingnya alur cerita yang kita garap, kau tetiba menyerah dan berhenti berharap.

Menanggalkan semua mimpi dan asa, biar berserakan di atas meja tanpa perduli akan masa depan cerita. Meninggalkan aku, yang pernah menjadi ruang bagimu menuangkan ide perihal apa saja yang kau cinta.

Adalah karenamu, duniaku kembali berputar.
Adalah karenamu, aku belajar menulis tentang rasa.
Adalah karenamu pula, aku mencoba mengartikan perihal cara mengikhlaskan.

Dan mungkin itu sebabnya—tanpa sadar, kau juga mengajarkan soal kedatangan dan kepergian. Hadirmu menghentakkan semestaku untuk bergerak dan mesti beradaptasi. Tanpamu semestaku berusaha untuk terus berjalan tanpa harus kembali berhenti.

Aku mencoba bertanggungjawab atas apa yang telah kita mulai. Mencoba menantang badai meski hanya berteman bayangan diri sendiri.

Peran menulis naskah cerita kini sepenuhnya milikku, yang dulunya adalah tugas kita bersama. Terus melanjutkan dan memikirkan penyelesaiannya—meski tak ada lagi peleburan ide kita didalamnya.

Semua yang rumpang akan rampung, sedih akan berbalas bahagia pada akhirnya. Waktu adalah saksi, upaya dan sabar akan menjawabnya. Belajar bangkit dari keterpurukan, hadapi dan rangkul baik segala kenyataan.

— The End —