Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Jul 2012
Palembang, 26 Juni 2012

Kini waktu telah berhenti
Juga denyut nadiku
Juga detak jantungku

Sekarang hanya tinggal aku
Dengan penyesalanku
Juga kesalahanku

Hari ini aku hanya di dalam
Dalam tempurung
Di belakang batu, terkurung

Apa yang ku tuju
Tak pernah sampai
Tak pernah bergerak

Hanya berlalu
Tinggal bekas kesia-siaan
Aku di sini lagi, tersesat
Tak mampu kembali
Atta Dec 2018
teruntuk kamu yang harumnya sudah hilang dari sisiku
yang jalannya sudah bukan aku yang mendampingi
yang tidurnya sudah bukan aku yang dimimpikan

tuan, apakah kamu pernah sesekali memikirkanku setelah sejenak pergi?
aku letih mencari sendiri jawaban dari semua pertanyaan
aku letih mencari kesalahanku dari semua amarahmu

untuk satu senja di bulan desember
selamat menikmati purnaku dalam bayanganmu
jadi puisinya berima aa aa dan ab ab heu sadar ga :(
senjakala May 2019
Memandangmu dari kejauhan, aku memang menjadikanmu harapan, tetapi detik ini kukatakan, aku akan menyimpan, membuang seluruh kenangan, dan melepasmu dari jangkauan.

Aku tergoda, karena kamu ada di saat aku merasa hidupku hanyalah kesialan semata.
Aku terjatuh, karena kamu menemaniku menyusun kembali hati yang sempat patah hingga utuh.
Aku terbuai, karena kamu memberiku seringaian yang menggugah hati.

Aku merasa, menjadikanmu asa, tetapi kusadari kamu terpaksa.
Aku suka, anganku kamu tak memberi luka, tetapi kamu hanya menganggapku sebagai salah satu rentetan angka.
Aku di sini, menantimu kembali, meskipun sejak awal tak pernah di sisi.

Kamu tidak pernah sekalipun mencariku di tengah keramaian.
Kamu tidak pernah sekalipun berbalik dan memelukku dalam diam.
Kamu tidak pernah sekalipun menyuarakan kata suka, yang teramat kunantikan sebagai bentuk kejujuran.

Kamu tidak pernah suka, tetapi mengapa kamu buat aku terlena?
Kamu tidak pernah cinta, tetapi mengapa kamu perlakukan aku bagai punya rasa?
Kamu tidak pernah menoleh, tetapi mengapa kamu buat aku meleleh?
Kamu tidak pernah, hanya aku.

Kesalahanku, menyayangimu sepenuh hati, tanpa tahu kamu mungkin saja membawa luka yang tak mampu kusembuhkan lagi.
Ketidakberuntunganku, memilihmu di tengah keramaian kotaku, membuat hati selalu risau, padahal sudah pasti sekarang kamu sedang tertidur pulas.

Kubiarkan kamu hanya angan yang kini menjadi kenangan.
Akan aku tenggelamkan di dasar samudra terdalam, dalam diam, dan berjanji tak akan kembali menyelam.
Inginku melupakanmu, mengganti presensimu dengan yang baru, meski sulit bagiku.

Aku menjadikanmu yang pertama, tetapi kamu tak melakukan hal yang sama.
Jika suatu hari nanti kamu menoleh ke belakang dan mendapati aku tak lagi berdiri di sana, jangan kamu berusaha mengajakku kembali, sebab aku tak akan memilihmu untuk kedua kali.
YC Jun 2017
Aku telah buat kesalahan.
Kusebut itu kau.
Kau; kesalahanku,
yang dengan sengaja kulakukan hanya demi keegoisanku.
Setiap kata 'aku sayang kamu' yang kau terima, tak pernah ada dalam ketulusan.
Setiap peluk yang kau rasakan, tak pernah ada dalam kenyamanan.
Semua kulakukan hanya agar kau percaya bahwa rasaku itu nyata.
Brengsek! Aku mengutuk diriku sendiri.
Meski kau hidup dalam kebohongan, aku selalu berupaya.
Membuka hatiku sedikit demi sedikit, hanya agar kau tak terluka.
Namun Tuhan Maha Adil, dan aku hampir melupa.
Saat aku berupaya, kau menggores luka.
Kau bertindak suka-suka, dan aku diam saja.
Sesekali kuangkat bicara, dan kau tutup telinga.
"Terserah" kataku. Dan kuakhiri semuanya.
Kini, berulang kali kau memintaku tuk kembali, tetapi enggan untukku mengulangi.
Kita hanya akan sama-sama menyakiti,
Dan menyayangi diri sendiri.

— The End —