Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Jan 2016
Hotel Saudade*
Sebuah cerita pendek*

“Ceritakan padaku,”
Aku yakin semua orang pernah mendengar perintah, atau permintaan itu; diikuti dengan waktu senyap dan getir setelah diminta untuk bercerita dan mencoba menata tutur sedemikian rupa. Menata tutur untuk menyanyikan, dan menuliskan (jika dalam surat,)  pengalaman, senda gurau, romansa, kehilangan,
Rindu, yang entah bagaimana caranya,
Sepi.

Beberapa mengakui bahwa setelah bercerita, mencurahkan isi hati, mereka merasa lega seolah ada beban yang terangkat. Tapi, cerita tidak hanya dapat diutarakan hanya dalam bentuk sepatah kata, sepanjang tangis, pun dalam tawa. Pada sebuah perjalananku (pertamakalinya aku berpergian sendiri, menggantikan ayahku untuk merancang dan menggambar iklan salah satu perusahaan kenalannya.) Aku bertemu seseorang yang memutarbalikkan pandanganku mengenai cerita pengalaman pribadi.
Aku tak tahu siapa dirinya,
Aku belum tahu siapa dirinya—
Namun pria ini mengaku bahwa ia tak memiliki cerita,
Cerita apapun.

Inilah cerita yang kupunya untukmu, cerita yang aneh,
Bukan aneh dalam artian mengerikan.
Malam itu kereta sampai terlalu larut, dan niatanku untuk mencari penginapan yang lebih dekat dengan pusat kota telah lenyap; aku sudah lelah. Sebenarnya aku dapat datang besok, tapi aku memilih untuk datang 2 hari lebih awal dari hari yang dijanjikan agar dapat bersantai.

Aku menjinjing tasku keluar stasiun dan membenarkan topiku, melihat kanan dan kiri dengan was-was sebelum bertanya pada orang-orang sekitar apakah ada penginapan di sekitar sini. Kau tahu betapa canggungnya aku bila bertanya ini dan itu, aku tak biasa berpergian sendiri! Namun karena keadaan mendesak, ya beginilah jadinya. Aku mendapat rujukan bahwa dengan berjalan kaki (sedikit jauh, tapi tak sejauh bila harus menjelajah malam atau menjadi angkutan untuk ke pusat kota) aku dapat sampai ke sebuah penginapan yang namanya terlalu puitis—Hujung Malam.
Apa maksudnya? Penghujung malam?
Apalah yang ada dalam sebuah nama, yang penting aku dapat tidur tenang malam ini, dan berganti penginapan keesokan harinya!

Dinginnya malam kala itu membuat mantel dan bajuku yang berlapis mejadi tidak berguna. Aku sedikit berlari melintasi trotoar yang digenangi beberapa kubangan air kecil, terlihat bak emas disinari pantulan lampu jalan. Sesekali menggosok lensa kacamata bulatku dengan sarung tangan hitam yang kukenakan. Ranting-ranting gemeretak, seolah merasakan juga dingin yang menusuk tulang. Setibanya di sana, aku tidak menyangka bahwa bangunan penginapan satu lantai ini terlihat lebih tua (tapi sangat terawat) dan lebih besar dari kelihatannya. Aku diantar ke kamarku yang terletak pada lorong yang tepat mengelilingi sebuah taman besar.

Setelah mempersilahkan keluar pegawai penginapan yang terlalu ramah bagiku, aku membuka pintu dan memperhatikan keadaan taman kala malam; didepan tiap kamar diletakkan dua buah kursi dan meja kecil. Sebuah pohon besar berdiri gagah di sudut taman, pada bagian tengahnya terdapat air mancur yang dikelilingi patung-patung pualam kecil; malaikat, anak-anak, dan bidadari tak berhati.

Aku mulai memperhatikan keadaan sekitar (yang tak biasanya kulakukan) dan barulah aku menyadari bahwa aku tidak sendirian.
Tidak, tak ada hantu.

Hanya ada sayup-sayup suara harmonika tak sumbang, yang dimainkan dengan tepat dan sedih pada pedihnya malam dingin.
Aku tahu lagu ini,
Greensleeves.
Lagu zaman Tudor itu, lagu orang-orang yang ditinggalkan.

Aku menoleh seolah digiring oleh angin yang baru saja berhembus, beberapa kamar kosong (kupikir itu kamar kosong, lampunya dindingnya tak menyala) duduk seorang pria berambut panjang, digelung rapi ke belakang, hanya mengenakan kemeja dan rompinya.

Ia ramping, namun pakaiannya tidak lebih besar dari tubuhnya dan justru terpasang pas pada tubuhnya. Rambut bagian depannya yang panjang dan tak ikut terikat rapi ke belakang berjatuhan, membingkai tulang pipinya yang terlihat jelas. Pria itu sibuk dengan alat musiknya dan memejamkan matanya tanpa menyadari kehadiranku. Aku juga sibuk, sibuk memperhatikannya bermain dan mengingat bagaimana Greensleeves selalu menyayat hatiku. Ini kali pertamanya aku mendengar lagu itu dimainkan pada harmonika.

Setelah ia menyelesaikan musiknya, aku menyapa dari kejauhan sambil memegangi gagang pintu kamarku,
“Greensleeves?”
Ia hanya menatap ke depan tanpa menoleh atau menjawab, duduk di kursi depan kamarnya dengan kaki kanan disila pada lutut kaki kirinya. Aku hanya dapat melihat hidungnya yang mancung dan matanya yang dibayangi gelap, ia terlihat cantik, dan sepi. Setelah menunggu sedikit lama dan masih tetap diabaikan, aku menghangatkan diriku di kamar. Aku akan berpindah penginapan besok siang.

Ternyata esok berkata lain.
Aku membuka pintu kamarku untuk sarapan dan mendapatinya lagi di tempatyang sama, seolah ia tidak beranjak semalam suntuk.
“Selamat pagi,” sapaku canggung.
“Kau selalu di sini?”
Ia tidak menjawab, hanya menatapku, dan saat itulah aku melihat matanya yang tidak lebih redup dari matahari senja di laut kala mendung.

Ia tidak menjawab, dan aku malah menggeret kursi dari depan salah satu kamar kosong untuk kutempatkan disebelahnya. Kami duduk bersebelahan dalam diam, hanya ditemani rintik hujan yang tak hentinya menghujat; ia mulai memainkan harmonikanya.

Aku beranjak untuk sarapan, dan memperpanjang masa sewa kamarku sampai beberapa hari ke depan.

Setelah aku kembali, ia masih tetap duduk disana, benar-benar tak berpindah dan terus memainkan harmonikanya. Aku tak dapat memperhatikannya lebih lama, aku harus beristirahat dan bersiap-siap untuk besok.

Hari berikutnya tidak banyak yang berubah, pagi masih tetap dirundung hujan dan pria itu masih duduk termenung menghadap taman. Aku bergegas untuk sarapan sebelum pergi ke kota dan menyempatkan diri untuk bertanya mengenai pria yang tak beranjak dari tempatnya. Ada yang bilang bahwa ia dulunya buronan, teman pemilik penginapan yang lalu diberi tempat tinggal disini. Yang lainnya mengatakan bahwa ia dahulu pelancong yang akhirnya memutuskan untuk tinggal dalam penginapan setelah diberi kamar oleh bapak pemilik penginapan yang terkesima olehnya.

Sepulang dari kota aku mengeringkan payungku yang basah kuyub dan mantel yang bagian depannya basah karena terkena air dari kereta kuda yang mendadak lewat didepanku. Bagian bawah gaunku penuh lumpur, dan aku tak tahu apa jadinya sepatuku ini. Aku tak ambil pusing dan kembali keluar kamar untuk sekali lagi mencari tahu tentangnya.
Entahlah, ada hal yang membuatku merasa tertarik. Mungkin karena lagu Tudor itu, mungkin karena ia sama sekali tidak berbicara dan beranjak dari kursi kecil itu. Hanya sesekali melepas ikatan rambutnya, dan membuka jam kantungnya.

Aku sekali lagi menduduki kursi yang kuletakkan di sebelahnya, dan langsung melontarkan pernyataan dan pertanyaan,
“Mereka bilang kau dulunya buronan,” ia terus memandangi jam kantungnya,
“Kenapa kau selalu duduk di kursi ini?”
Aku kira ia takkan menjawabnya, namun malah sebaliknya.
“Memangnya kau tahu kalau aku selalu di sini?”
“Karena aku selalu melihatmu di sini.”
“Itu hanya sebagian bukan keseluruhan.” Ia mengangkat bahunya. “Karena kau selalu melihatku duduk memandangi taman bukan berarti aku selalu melakukannya.”

Aku mengintip jam kantung yang di genggamannya, belum ia tutup. Jarum detiknya tak berjalan, begitu juga jarum panjang dan pendeknya. Namun derasnya hujan dan gema suaranya membuat kesan bahwa jam itu terus berjalan mengejar rindu. Ia mengutak-atik sedikit jamnya, dan jam itu mengeluarkan suara kotak musik. Tapi ini bukan jam kantung dengan kotak musik yang biasa kita lihat, jarum jamnya berputar secara terbalik.

“Boleh aku tahu siapa namamu?” aku mencoba mengajaknya berkenalan.
“Aku membuatmu teringat akan apa?”
“Apa? Entahlah.”
“Bukannya kau berlagak seolah mengenalku? Mengatakan aku selalu di sini.”
“Kau mengingatkanku pada senja di laut saat mendung.”
“Kalau begitu, namaku Laut. Aku selalu di sini seperti laut, kan? Ia tidak berpindah dari tempatnya.”

Percakapan kami terhenti di situ karena hujan makin deras dan aku harus kembali ke kamar untuk menyegerakan gambarku. Aku tidak ke kota lagi esok hari, dan menghabiskan waktu menggambar iklan itu di kursi kecil yang menghadap taman tanpa sepatah katapun, disamping orang yang mengakui dirinya sebagai Laut dan dibawah lindung hujan deras. Kami tidak berbicara pun berbincang, tapi aku menikmati kesepiannya seolah ada rindu yang belum dilunasi.
Tapi entah mengapa aku justru memulai pembicaraan,

“Ada yang bilang kau pelancong, apa kau mau bercerita sudah pergi ke mana saja?”
“Kau jarang berpergian?”
“Sangat.”
“Kau jarang berpergian, dan aku tak punya cerita.”
“Tak punya cerita?”
“Tak ada yang menarik untuk diceritakan. Tak akan ada yang merasakan sebuah cerita seperti penuturnya.”
Aku menyelesaikan gambarku, dan bersiap untuk menyetorkannya keesokan harinya.

Sore hari setelah aku kembali ke penginapan dengan keadaan yang sama, basah, terguyur hujan. Senja dalam hujan kembali ku habiskan bersamanya tanpa sepatah kata dan ia kembali memainkan nada-nada pada harmonikanya. Lagu yang sama dengan yang diputar oleh jam kantungnya. Lagu soal sunyinya malam ditengah laut, menunggu rintik dan bulan yang tak kunjung datang.

“Lagu apa itu? Sama seperti di jam yang kemarin.”
“Pesan Malam.”
“Aku belum pernah mendengarnya.”
“Aku yang membuatnya, wajar kau tidak tahu.”
“Sayang lagunya pendek, lagu yang indah.”
Ia hanya mengangguk,
“Aku akan pulang besok. Terima kasih telah menemaniku disini.”
Ia tak menjawab, dan terus memainkan harmonikanya tanpa menoleh. Seperti suara rintik hujan yang tak tentu, bingung akan apa yang ia tangisi, pria disebelahku tak memiliki cerita, tak bisa bercerita. Namun ia dapat berkisah, kisahnya tertuang pada lantunan nada dan lagu-lagu yang ia mainkan. Aku memejamkan mata, mendengarnya fasih menyihir suara menjadi sebuah fabel dan parabel, berharap dapat menyisihkan kisah-kisah yang tak diutarakan secara tersurat dan harfiah.

Aku undur diri untuk tidur lebih awal, dan menulis sebuah pesan dalam secarik kertas; lagunya mengingatkanku akan bagaimana caranya mengingat dan rindu. Aku harus pulang, tapi entah mengapa aku ingin kembali ke sini.

Dalam hening tidur malamku, ada sebuah lagu yang berulangkali dimainkan tanpa henti. Lagu di penghujung malam, lagu sunyi laut. Aku terbangun, dan dentingnya masih berputar dalam kepalaku.
Sayangnya aku harus kembali sebelum jam 12 esok hari, dan ketika terbangun, aku sayup-sayup sadar akan ketukan halus di pintu kamarku. Aku membukanya setelah memakai mantel, dan memejamkan mata pada keadaan yang sama sambil meluruskan gaun malamku. Hujan masih rintik, malam masih gelap, lampu-lampu menyala beberapa saja, dan hanyalah satu perbedaan; pria itu tak duduk pada kursi kecilnya.

Aku kembali masuk, linglung. Siapa yang tadi mengetuk pintu kamarku? Tanganku meraba gagang pintunya yang sudah menghitam dan saat itulah aku melihat sebuah jam kantung tergantung lesu pada lampu dinding didepan kamarku. Jam kantung yang selalu ia lihat, yang jarum jamnya berputar terbalik.

Tidurku tak kulanjutkan. Aku mengutak-atiknya sesperti yang ia lakukan tadi, dan menyadari bahwa bukan hanya ada satu lagu di situ, namun beberapa lagu pendek. Tiap lagu memiliki suasanya dan warna nada yang berbeda, membangkitkan berbagai macam bentuk ingatan dan kisah-kisah yang dapat kita bayangkan sendiri tanpa dipacu cerita dari siapapun. Hanya sebuah lagu, dan seuntai suasana.

Aku tak dapat terlelap lagi setelahnya. Aku membereskan barang-barangku dan beranjak untuk meninggalkan penginapan. Aku ingin berpamitan padanya dahulu, mengembalikan jam kantungnya, dan berterimakasih atas kisah-kisah yang ia ceritakan secara tersirat dalam senandung sepi. Tapi ia tak di sana, tidak pada kursi kecilnya. Tidak dengan harmonikanya, tidak menatap taman. Ia tak ada dimanapun untuk saat ini, dan aku mengitari taman serta koridor untuk mencari tanda-tanda kehadirannya untuk hasil yang nihil.

Ketika aku menuju serambi depan penginapan barulah aku melihatnya lagi, di ujung koridor, menatap kosong kearahku lalu tersenyum simpul. Senyum yang tak lama langsung sirna. Ia dibalut jas yang biasanya hanya ia selampirkan di kursi kecil dan ia mengurai rambutnya. Aku menyematkan secarik kertas kecil pada telapak tangan kiri beserta jam kantungnya, namun ia enggan menerima jam kantung yang kukembalikan.
“Simpan, dan jaga baik-baik.”
“Aku akan kembali.”
“Kembali kemana?”
“Ke tempat ini.”
“Untuk apa?”
“Bertemu denganmu. Lagi.”
“Bagaiamana kalau aku sudah pergi?”
“Aku akan tetap datang kesini.”
“Terserahmu.”
Ia meninggalkanku dalam remang-remang lorong kosong, sambil menggumam setelah melihat tulisan kecil di kertas yang kuberikan.
“Aku tidak paham puisi.”

Aku tak menoleh ke belakang saat ia berjalan melewatiku; yang kutahu, saat aku membalikkan badan untuk melihat apakah ia duduk di kursi kecil yang sama atau tidak, ia sudah tak ada, dimanapun. Bahkan tak ada suara pintu dibuka yang menandakan apabila ia memasuki kamarnya. Tidak ada lampu dinding didepan kamar yang menyala, hanya aku dan sunyi. Aku, sunyi, dan jam kantung yang putarannya terbalik mengindikasikan kisah masa lampau.
Sebagaimana ia memberi pesan di malam hari, aku mengirimkan secarik surat dalam bentuk sajak;

Untuk pesan malammu,
Yang tiap barisnya menari
Perih dalam benak,
Biarkan tanyaku dirundung rindu
Dan menjadi alasan
Untuk tertawa pada angan yang terlalu luluh
Mereka berhantu,
Dan akan kembali—
Sebagai sesayat serpih
Untuk melabuhkan kisah yang lain
Dalam seuntai surat malam

Memang tidak ada perlunya aku kembali, sayangnya lagu itu berputar-putar terus di kepalaku. Seolah nada-nadanya nyata mengirimkan pesan dan kisah yang berubah pada tiap bunyinya; fana, hanya dalam benak.

Mungkin cerita memang tidak selalu harus diutarakan secara tersurat begitu saja; akan banyak emosi yang terkikis habis, tidak tersalur secara utuh dalam penyampaiannya. Kisah yang disampaikan akan mati. Namun dalam lagu-lagu yang ia pahat abadi dalam jam itu, dan yang ia lantunkan dengan alat musiknya, ia menggiring hati yang tersesat dalam imaji untuk menguraikan kisah-kisah sendiri berdasarkan benak serta pedih. Dan tiap lembaran kisah itu,
Mereka membara,
Dalam kasih dan hidup yang belum pernah kita jalani,
Bahkan sekalipun.

Aku akan kembali, setelah membawa kidung-kidungnya pulang bersamaku. Bukan kembali pulang, namun kembali menemuinya di kemudian hari. Aku yakin, percaya, ia akan tetap disana—Menatap taman dan hujan. Entah bermimpi, entah bercerita dalam asa. Karena ia seperti laut, yang selalu disana dalam gelagap rindu, selalu ada dalam dahaga dan dan sejuknya malam. Juga seperti hujan, yang datang kala sepi dan tak kunjung pulang jua. Menemani dengan gesit suaranya, dalam tiap rintih fana.

Aku akan kembali,
Dan ia akan ada di sana.
raquezha Nov 2017
Sa irarum ku kanimong
matam-is na pagrukot
naintindihan ko
kung uno ibig sabihon
ku pagkapot mo
ku kanakong kamot,
ku mga text ****
malang siram
ulit-ulitong basahon,
ku magrani ka
mga labi mo
sa labi ko,

guru-gab-i ko
nababayad a magayon
**** mga mata,
maganting talaga a mga bituon,
pigdara ko kanimo
ku panahon na nauuda ako,
diri kabisado a lugar nag tangad
sana ako tapos tig sundan paiyan kanimo.

Kaiba ko ika sa irarum ko mga bituon,
nakatangad sana kita tapos
pigsisilngan su bulan na malakabilog,
nag ayat sa pabor
na sana...
sana...
bayaan na su nangyari ku kadto,
mig puon sa panibago,
gibohon na sanang ekpersyensya
su dating nangyari
ku kanatong mga deperensya.

Utro, puon sa uno,
nguwan diri ko na tutugotan
na mabayad ta ulit su puro.
Isi mo dawa kadakol na buwan
su naglipas diri nagbago
su tiwala ko kanimo.

Lang siram na payabaon ka,
Ika sana, uda na iba.
Kanakong Prinsesa
na diri mig uban magiging Reyna.
afteryourimbaud Sep 2018
setiap kota
takkan kekal abadi
dan yang ada
di dalamnya
hanyalah penghuni
yang kekal
selamanya ditemani
isi-isi
yang tak berisi
tiada puisi,
tiada seni
tanpa arah
tanpa erti
yang ada hanyalah
imbalan
dan keuntungan
yang berpuing
di udara kota
yang berlegar
di pengairan kota
segalanya
terasa muram
apa bezanya
hidup di dalam
lohong hitam?
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Inilah Proses Kematian dan Hancurnya Tubuh Kita!
Sesaat sebelum mati, Anda akan merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan dan badan bergetar. Anda merasa dingin ditelinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi.
0 Menit
Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.
1 Menit
Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.
3 Menit
Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.
4 – 5 Menit
Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.
7 – 9 Menit
Penghubung ke otak mulai mati.
1 – 4 Jam
Rigor Mortis (fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati.
4 – 6 Jam
Rigor Mortis Terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.
6 Jam
Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.
8 Jam
Suhu tubuh langsung menurun drastis.
24 – 72 Jam
Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri.
36 – 48 Jam
Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina.
3 – 5 Hari
Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.
8 – 10 Hari
Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.
Beberapa Minggu
Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas.
Satu Bulan
Kulit Anda mulai mencair.
Satu Tahun
Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang menyedihkan. Jadi, apa lagi yg mau disombongkan org sebenarnya????
BAGUS UNTUK DIRENUNGKAN.....
Kita tak membawa apapun juga saat kita meninggalkan dunia yg fana ini..
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar Rasfur
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 10 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Foto handmade
Bantal Foto online
Bantal Foto murah
Bantal Foto
Bantal Foto baby
Bantal Foto lucu
Bantal Foto bayi
Bantal Foto bandung

INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar Rasfur
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 10 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Foto handmade
Bantal Foto online
Bantal Foto murah
Bantal Foto
Bantal Foto baby
Bantal Foto lucu
Bantal Foto bayi
Bantal Foto bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 70.000,-…Order 5 Pcs Ke atas Rp. 65.000,-

Bantal Nama Murah Bandung - Untuk menambah koleksi bantal kamu yang unyu-unyu, kayaknya ga cukup kalo cuma punya bantal donat, bantal Nama dan bantal leher aja. Nah, biar koleksi kamu tambah lengkap,  siap siaga bikinin kamu Bantal Nama

Bantal dengan tulisan nama kalian, nama pacar, nama sodara atau nama orang-orang yang kamu sayangi. Kamu bisa pilih warna warni kesukaan kamu dengan tulisan yang artistik banget.

Buat kamu-kamu yang pada galau nyari kado yang cocok buat temen ultah, ponakan, adik atau pacar, pas banget deh kalo kamu pilihin kado Bantal Nama buat mereka.

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar velboa
- Tulisan velboa (bukan flanel jadi lebih lembut)
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 14 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)
- Ukurannya 40×60 cm (Yang mau panjang bisa request ukuran 40x90cm)
- Berat sekitar 600 gram

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Nama handmade
Bantal Nama online
Bantal Nama murah
Bantal Nama
Bantal Nama baby
Bantal Nama lucu
Bantal Nama bayi
Bantal Nama bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 70.000,-…Order 5 Pcs Ke atas Rp. 65.000,-
So Dreamy Jan 2017
Di ujung jalan Merbabu III, ada sebuah bangunan tua berwarna cokelat muda berlantai satu dengan sebuah taman yang dipenuhi semak bunga Gardenia dan sebuah pohon pinus. Itu adalah rumah kami. Sebuah gunung berdiri tegak di depan kami. Teh beraroma melati yang disajikan dalam cangkir putih membiarkan asapnya mengepul memenuhi udara dan menghangatkan atmosfer di sekitar kami hanya untuk sepersekian detik. Ditemani sepiring pisang goreng atau roti bakar berisi selai cokelat yang meleleh, bersama ibuku, kami berbincang tentang banyak hal di atas kursi kayu di teras rumah berlatar gunung.

Kami banyak membicarakan tentang masalah pendidikkan dalam negeri, masalah keluarga, hobi masing-masing, masa depan, pelajaran di sekolah, pekerjaan lainnya, dan mengeluh bagaimana hal-hal tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi kami. Ibuku adalah sahabat terbaikku. Bisa dibilang dia merupakan orang terfavoritku walaupun aku lebih mengidolakan band-band asal Inggris yang jaya di pertengahan era 90-an. Tapi, ibuku adalah pendengar terbaik selain secarik kertas HVS putih yang biasa kutulisi dengan rangkaian kata menggunakan pulpen biru Faster. Dia mendengar, benar-benar mendengar. Dia mengerti apa maksud dari seluruh ucapanku, bukan hanya sekedar menyimak cerita-ceritaku.

Setiap kali aku mengeluh tentang suatu hal, Ibu menghujaniku dengan nasihat-nasihat dan pepatah-pepatah hebat. Ia selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur.

“Bu,” panggilku pada suatu siang di tengah bulan Juni yang sangat panas.

Kami sedang membersihkan sayur kangkung dan ikan Gurame di dapur dengan jendela yang terbuka lebar di hadapan kami sehingga kami bisa melihat jelas isi dari taman belakang rumah sebelah.

“Aku heran mengapa bunga-bunga liar ini bisa tumbuh. Maksudku dari mana mereka berasal dan bagaimana bisa mereka tumbuh begitu saja?" tanyaku.

Ibuku tersenyum. “Penyebaran bibit itu bermacam-macam. Lewat serangga, bisa jadi?” jawabnya sambil terus membersihkan sisik ikan. “Lagi pula, bunga rumput itu sangat cantik. Setuju dengan Ibu?”

Aku mengangkat sebelah alis, kemudian menggeleng. “Cantik apanya? Mereka berantakan, ya, kan? Bagaimana bisa Bu Jum betah melihatnya tanpa merasa gatal untuk segera mencabutnya?”

“Mereka adalah bunga yang kuat,” katanya, “mereka tumbuh di mana saja, kapan saja. Mereka tidak peduli seperti apa rupa lingkungan sekitarnya dan bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap pada mereka, menampar atau menerima. Mereka tetap tumbuh, bertahan, dan hidup. Bunga rumput adalah bunga liar yang sering diacuhkan banyak orang, tapi mereka adalah bunga yang kuat dan mereka terlihat cantik dengan cara mereka sendiri.”

Aku tertegun.

“Itu hanya pandangan Ibu saja. Semacam filosofi, kamu paham, kan?”

Sejak saat itu, aku percaya pada kecantikan di setiap kesederhanaan. Hal-hal yang biasa tidak diperhatikan atau dilupakan banyak orang sesungguhnya memiliki keindahannya sendiri. Meneguk secangkir kopi panas di malam hari ketika tiada satu pun suara dan bintang berkedip di langit tinggi, cahaya matahari yang mengintip dari balik dedaunan dan ranting pohon atau jendela kamar, mendengar dan melihat bagaimana tetes-tetes hujan turun dari genting ke permukaan tanah. Jalanan kelabu yang basah dan sepi, suara dan kilatan petir, kabut yang memenuhi ruang udara setiap Subuh. Suara deburan ombak yang berujung mencium garis pantai atau suara aliran sungai yang mengalir dengan tenang. Hal-hal seperti itu, selain mereka cantik dengan caranya masing-masing, mereka juga indah tanpa pernah sekalipun menyadari bahwa mereka indah. Dan, itu adalah kecantikan yang paling murni dari segala hal yang nyata.
Syed S M Tabish Jul 2014
Intezar K Liye Baitha Hu Ya Mit Jane K Liye Baitha Hu

Me Apni Tkdir Ko Azmane K Liye Baitha Hu

Nhi Aaenge Vo, Fir Is Dil Ko Itna Ykeen Q Hai

Bs Isi Soch Me, 1 Arman Liye Baitha Hu

** Nhi Skte Vo Bewafa Itne Yhi Soch Kr

Dil Me Ummid Ka Chirag Liye Baitha Hu

Pr Aane Ka Wada Bhi To Nhi Kiya Usne Isliye

Apni Sanso Ko Khnjr Ki Nok Pe Liye Baitha Hu

Me Zindgi Or Mout Ki Kasmkas Liye Baitha Hu

Intejar K Liye Baitha Hu Ya Mit Jane K Liye Baitha Hu

Me Apni Tkdir Ko Azmane K Liye...
Ara Oct 2013
Kau... membenciku kah?
tidak menyukaiku? atau mungkin kau iri padaku?

Kau begitu munafik!
dulu aku selalu bercerita tentangnya padamu, meskipun aku dan dia sudah tak lagi bersama kau pun tahu aku masih sangat sangat menyukainya. Kau tahu aku mengaguminya berbulan bulan, kau juga tahu untuk mendapatkan hatinya seperti berlari mendapatkan satu bintang kecil. Walau pada akhir nya aku hanya jadi pelampiasan perasaannya, tapi aku masih sangat menyukainya pada waktu itu meski kenyataannya harus seperti itu.

Aku teman mu, dan aku juga tahu kau juga temannya lebih dekat dari sekedar pertemananku denganmu.
tapi apa kau tak bisa mengahargai perasaanku sebagai temanmu?
kau tahu semua isi hatiku tentangnya, tapi mengapa kau sekarang?
memadu kasih dengan dirinya yang sampai detik ini kau tahu aku masih sangat mengaguminya!

kau jahat! kau benar-benar penghianat bertopeng pertemanan!
kau bukan lagi temanku sekarang. Itu terlalu sakit, sangat sakit untuk ku percaya.
kau bahkan hanya mengatakan maaf hanya untuk sekali seumur hidupmu?! itukah dirimu yang sebenarnya? menikamku tanpa ampun.

kalian berdua sama saja, tak ada gunanya aku mempertahankan seorang teman penghianat, dan sorang pengagum yang gila perempuan.

'seorang pencuri kekasih sesungguhnya mencuri seorang penghianat!'
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 70.000,-…Order 5 Pcs Ke atas Rp. 65.000,-

Bantal Nama Murah Bandung - Untuk menambah koleksi bantal kamu yang unyu-unyu, kayaknya ga cukup kalo cuma punya bantal donat, bantal Nama dan bantal leher

aja. Nah, biar koleksi kamu tambah lengkap,  siap siaga bikinin kamu Bantal Nama

Bantal dengan tulisan nama kalian, nama pacar, nama sodara atau nama orang-orang yang kamu sayangi. Kamu bisa pilih warna warni kesukaan kamu dengan tulisan

yang artistik banget.

Buat kamu-kamu yang pada galau nyari kado yang cocok buat temen ultah, ponakan, adik atau pacar, pas banget deh kalo kamu pilihin kado Bantal Nama buat

mereka.

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar velboa
- Tulisan velboa (bukan flanel jadi lebih lembut)
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 14 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)
- Ukurannya 40×60 cm (Yang mau panjang bisa request ukuran 40x90cm)
- Berat sekitar 600 gram

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Nama handmade
Bantal Nama online
Bantal Nama murah
Bantal Nama
Bantal Nama baby
Bantal Nama lucu
Bantal Nama bayi
Bantal Nama bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 70.000,-…Order 5 Pcs Ke atas Rp. 65.000,-
neerajsoni Jan 2015
Jaa raha hu me.
~~~~~~~~~~~~~
Mout se ankhe milaye ja raha hu me.
Zindgi se rafta rafta hath chudaye jaa raha hu
me.
U to meri duniya me kaha kirdaar koi uska he.
Darta hu kahi sadma na lage meri duniya me.
Bas isi liye us ek apne se duriya banae jaa raha
hu me.
Mout se ankhe milaye jaa raha hu me.
zindgi se rafta rafta hath chudaye jaa raha hu
me.
Bas guzarish itni si he. Use khamosh na rehne
dena.
Aap sabhi ke hatho me apni aamanat ***** jaa
raha hu me.
Mout se ankhe milaye jaa raha hu me.
Zindgi se rafta rafta haath chudaye jaa raha,hu
me.
Tumhe ab tanha ***** jaa raha hu me.
***** jaa raha hu me
Nk —
Subhah nahi Dekhi
Shaam nahi dekhi
Isi haal e Shaan me dost
Zindagi nahi dekhi
...
Phir nazane kyu jee Raha hai Dil
Anjaan raho me bhatak Raha hai phir
Haal e Dil
Haal e Dil
...
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar Rasfur
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 10 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Foto handmade
Bantal Foto online
Bantal Foto murah
Bantal Foto
Bantal Foto baby
Bantal Foto lucu
Bantal Foto bayi
Bantal Foto bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Berderap tegap nyaring bersuara
Saat pertama ku pajang jakun menutup pundak dan dada
"Universitasku universitas Indonesia. "
"Terangkum dalam frasa 'buku pesta dan cinta'"

Sayang hanya dalam nyanyian belaka
Isi kisahku hanya buku, tanpa pesta dan cinta

Jangan kurang jangan lebih jua
Pesta dan cinta punya takar unik pas tuk dicoba
Seperti kopi kelebihan kekurangan gula
Ada takaran pas 'tuk tiap lidah yg meminta

Kisah uiku kisah pesta
Pesta merayakan kebahagiaan,  kejayaan,  atau mungkin lepasnya keperjakaan
Kisah uiku kisah cinta
Cinta teman sebaya,  cinta maba alat pelampiasan atau cinta kakak tingkat kece mempesona
Jika kisah uimu belum ada pesta dan cinta
Maka jangan paksa diri menyeret kaki lepas dari skripsi dan tugas yang ada

**Entah malang atau baik nasib akhir kisahnya
Jangan mau lulus jika belum mencoba
Dalam lagu mars universitas indonesia,  terdapat kalimat "buku,  pesta dan cinta" yang melambangkan kehidupan mahasiswa UI selama diperkuliahan.  Namun terkadang,  tidak semua bisa merasakan ketiganya.  Ada yang hanya membaca buku,  ada yang hanya berpesta, pula ada yang hanya pergi kuliah mengemis atau menebar cinta.  Adalah baiknya,  jika sebelum lulus nanti,  kita dapat merasakan ketiganya.  Entah baik atau buruk perjalanannya,  setidaknya kamu takkan penasaran karena tidak pernah mencoba.
Aridea P Oct 2011
Jakarta
Senin 7 Mei 2007


Suatu ketika tak sengaja
Aku terbayang seseorang
Yang indah dengan senyuman

Sejak itu pun
Aku mulai menulis kata-kata
Dan aku rangkai
Sehingga menjadi kalimat-kalimat yang indah

Itulah puisi yang akan kupersembahkan
Hanya untuk dirinya
Di suatu tempat terindah di langit sana

Betapa senangnya hati ku
T’lah ku sampaikan isi hati ku
Lewat puisi yang  indah
Yang tak pernah ku lupakan sepanjang waktu
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar Rasfur
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 10 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Foto handmade
Bantal Foto online
Bantal Foto murah
Bantal Foto
Bantal Foto baby
Bantal Foto lucu
Bantal Foto bayi
Bantal Foto bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
So Dreamy Dec 2017
kau putar lagi satu lagu bernada manis dan mudah didengar itu, sederhana. berbeda dengan musik-musik yang biasa kusimpan di playlist-ku, yang nadanya keras dan isinya tak mudah dicerna. kumpulan seni berisi teka-teki. sejenis indie, mereka bilang. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda; kamu yang begitu lembut dan aku yang mereka beri label seorang laki-laki berwajah datar, tak berperasaan. salah. kukatakan sekali lagi, salah. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda, yang juga saling tarik-menarik tak pernah mau lepas pada waktu yang sama. dengan segala perbedaan yang mereka pikir terlalu sulit untuk dipersatukan, logika dan imajinasi, bagai minyak dan air, aku dan kamu memilih untuk saling membenahi satu sama lain. isi pikiranmu adalah buku berjalan bagiku dan ruang kosong dalam sudut otakku yang biasa kau sebut sebagai ‘ruang khayal’-ku, kau jadikan ia sebagai salah satu guru dalam hidupmu. dari sana kau pelajari bagaimana caranya mengenali berbagai nada musik dan segala makna dari balik kiasannya yang beresonansi, kisah-kisah yang hanya dapat hidup dalam dimensi imajinasi, serta inspirasi-inspirasi yang dapat kau cari dari peristiwa sehari-hari. aku dan kamu tak pernah sama, kamu satu perempuan berambut lembut dengan suara yang lembut, isi pikiran yang berjalan mulus. orang-orang bilang kamu perempuan berpendidikkan, jenis perempuan berwawasan luas, berjiwa luas. sementara aku laki-laki penggila musik yang menganggap seni adalah satu hal yang perlu ditekuni seuntuhnya. menjadi musisi adalah satu impian besar yang membuatku tak pernah berhenti berlari untuk mencapainya dan kamu pendukungnya, nomor satu. kamu ingin jadi jurnalis dan aku ingin jadi pemusik. aku dan kamu berasal dari ranah yang jauh berbeda, namun disatukan karena cinta.
Denny Umar Jan 2015
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-

Mau tahu spesifikasi teknisnya?

- Bahan dasar Rasfur
- Isi silikon (bukan dacron jadi lebih kenyal dan ga kempes)
- Waktu pengerjaan normal 10 hari kerja (Kalo lagi banjir order bisa molor dikit)

Ok bro and sist, yang blom jelas (ngacung!) invite aja PIN BB marketingnya  262878A6. Harga blom termasuk ongkir dari Bandung.

Incoming Search Terms:

Bantal Foto handmade
Bantal Foto online
Bantal Foto murah
Bantal Foto
Bantal Foto baby
Bantal Foto lucu
Bantal Foto bayi
Bantal Foto bandung
INFO NYA DISINI GAN n’ SIST : PIN BB: 262878A6
Ukurannya 40×40 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 65.000,-
Ukurannya 40×60 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Ukurannya 40×90 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 125.000,-
Ukurannya 40×120 cm / Order 1-2 Pcs = Rp. 165.000,-
Untuk Model Love dan Guling / Order 1-2 Pcs = Rp. 75.000,-
Aryan Sam Jun 2018
Ik gal kaha.

Menu 2016 to hi yakeen ja ** gea c
Ki thuhade lai menu bhulna bada easy c
Bcz us time jado thuhade viah di gal chali c
Tuci menu ik war bi nai c dasea
Nd us bhenchod nu pyar kar bethe c tuci

Yaar me kade kisi hor nu pyar nai kita, na hi kade kar paya. Beshak me hor bada kuj kita.
Bhawe oh kudi baji c ya nasha.
Par kisi hor nu kade pyar nai kr sakea.

Menu sala ehi samj nai a reha
Ki me thuhanu yaad karna band kr dawa
Ya ewe hi yaad krda raha

Me badi try kr reha ki yaad na kara.
Par is baar gal kuj hor he
2016 wich me bhul gea c u nu
But etki, gaand fati hoi a meri
Bus ik mar nai sakda
Baki bahro kush rehna penda

Kini war dekh chukea me thuhanu lal rang de choore wich
Sali iko dua nikdi ki maut a jawe menu
Bcz me khud mar nai sakda
*** bi ro reha

Yaad a ik wari, jado apa park wicho di ja rahe c
Te ik munda park wich ro reha c
Te me us time
Keha c ki sala
Kinna pagal he
Munda ewe kiwe ro sakda
Aj oh munde di yaad andi menu
Te meri kahi gal
Aj samj anda ki sala rona ki hunda

Bhen di lun hoi bi meri life di
Sala kite bi dil nI lagda mera

I know u nu mazak hi lag reha hona
Ha me kita bi mazak hi c thuhade naal
Te aj usdi saza bhugat reha ha
Ena jyada tadap reha ha

Pata ik ta banda ro ke mann halka kr lenda
Ik banda andro ronda
Jeda sala andro rona, te usda mann bi halka nai hunda
Bada ikha hunda

Fat jandi he
Rooh kamb jandi he
Sala jad bi kade wife nu patiala chad ke anda
Ta sad song laganda. Badi myshkil naal sad song sunan nu milde
Te bus sara rasta ronda anda me
Sach kaha ohi ik time hunda jad me ro sakda ha te apna mann halka karda ha
Cheeka marda ha, chest te mukke marda ha
Thapad tak marda ha apne aap nu
Sala sochda ki isi bahane kuch dil halka ** jawe
Par kithe.
Nai hunda.

Heena jj, menu pata ki mera *** koi hak nai reha.
Par metho ik haq na khona
Oh thuhanu dekhan da.
Me kade life wich interfair nai krda
Bus menu dekhan to na rokna kade.

Me tadfna chanda ha
Rona chanda ha
Apni galtia krke

Ameen
Aku berdiri kaku di depan cermin menatap nanar dirimu.

Bertanya...

Berapa banyak malam yang kau habiskan untuk mencaci tubuh tak bersalah itu?
Mencabiknya agar kau tetap bisa merasa hidup.
Biru dan ungu selalu menjadi tanda bahwa kau menang melawanku.

Aku ingat beberapa orang
mengubahmu menjadi kelabu,
membunuhmu dengan kejam,
lalu membuangmu jauh ke jurang hitam.

Kita berjalan beriringan dengan kapak berlumur kata-kata tak dimaksudkan,
tapi kau bilang kau telah mati jauh sebelum kita berdamai.

Lalu bagaimana denganku?

Seperti ruang kosong yang hilang ditelan kesendiriannya,
aku berjalan menuju ujung lorong yang tak pernah sempat kau injak.
Menari-nari di bawah binar harapan seperti aku lupa bahwa kau tak lagi diam di sana.

Ingatkah kau saat kita duduk di meja makan bersama dua orang asing?
Kau sibuk bermain dengan gelisahmu,
sementara aku tersenyum lebar berperan sebagai hantu.
Kau melahap habis semua isi di sana, tetapi hanya berakhir pada kamar air yang sengaja kau sembunyikan.

Kau mati.
Lalu bagaimana denganku?
Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Katanya kamu suka warnanya merah jambu bercampur oranye seperti jeruk mandarin kesukaan ibu.
Kamu selalu ceriwis membahas senja ini dan itu.

“Jangan lupa kopi dan puisi! Kita harus merayakan isi bumi.”
Celotehmu.
“Kamu mau kan melihat senja bersamaku?”

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Telah kupersiapkan sekian lama.
Aku rakit sendiri senjaku dengan kopi manis dan puisi cinta yang kau sebut - sebut itu.
Aku merangkai pelan-pelan sambil menghayal bola mata emas yang berbentuk kenari kesukaanku dan lengkung pelangi bibirmu.
Cukup lama buatnya,
tapi senjaku sangat cantik.
Dan sedikit rapuh.
Aku harap kamu senang.

Kemarin aku mengajakmu melihat senja.
Tapi kau pergi ke laut dan menjelajahi waktu.
Terhanyut malam.
Aku tidak ada di sana.

Kamu menolak senjaku.
Katamu ada senja yang lebih bagus.



Senja, senja, senja.
Muak dengan puisi senja.
Aku bukan anak indie regional, aku pendengar Ed Sheeran, top 50 ,Danilla Riyadi dan Sapardi !
Aku ya begini begini begini!
Maksud hati tidak menulis puisi emosional. Tapi aku menulis untukmu (bila membaca) dan, ah indie anjing!
Strange as it seems,
November schemes,
For Isi bears the moonlight gleam.

For as I saw
This fluffy awe
Ricardo, memes, on me bestow!

She melts my heart,
This kitten-****
Propels me from the very start!

Yet, fill my soul!
And make me whole
Till I have reached the final goal.

You moonshine light,
That fills the night,
With lunar gleam and kitten blight.

And dear sweet cat,
I'll tell you that,
I'm fond of you, from sole to hat.

Of ears and tail,
I shall not fail
To feel your floof beyond the pale.

And they shall love
This morning dove
That's you, who's sent from up above.

Ah! Isi dear,
You make me steer
Towards your sight, your kitten-gear.

This kitten-gear!
So sweet and sheer
*******-knots dispel my fear.

*******-knots
And dazzling Goths
Victorian air, I breath a lot!

Sing high, my soul,
From pole to pole,
That you, my cat-girl, make me whole!
Aridea P Mar 2017
Palembang, 27 Maret 2017

Hari ini aku tak ingin berhenti menulis
Bagiku menulis itu sangat berarti
Aku bisa mencurahkan isi pikiranku tanpa aku harus berucap
Ucapanku terkadang tak didengar orang, kau tahu?
AH, bukan!
Ucapanku bahkan tak pernah didengar orang
Aku hanya batu, yang hanya dilangkahi orang setiap kali berjalan

Hari ini mentari bersembunyi di balik awan mendung
Namun panas teriknya masih bisa ku rasakan dikulitku
Aku hanya bisa berteduh di bawah atap kamarku
Padahal jiwa ini ingin sekali menari di bawah mentari
Padahal kaki ini ingin sekali tenggelam di pasir pantai yang kasar
Ingin sekali rasanya membawa diri ini ke air laut biru nan luas
Aku ingin sekali mengapung di air garam yang bening
Namun yang kulakukan hanya mengetik tulisan tak berarti

Hujan mulai turun
Apa daya aku hanya bisa menunggu
Aku terkurung di dalam dunia sendiri
AKu belum berani tuk berkelana sendiri
Bella Ayu Jun 2019
Kebanyakan orang tinggal bersamanya, saya tidak.
Seperti bisa memasak, tapi tidak terlalu pandai seperti Ibu.
Selalu lebih, kadang lebih asin, kadang lebih hambar.
Pernah saya membencinya, sebelum saya tau isi hatinya.
Memaafkan adalah hal yang sangat luar biasa, entah ada mantra apa di dalamnya, namun setelah itu saya merasa sangat tenang.
Dia bilang bahwa saya mirip dengan seseorang.
Katanya, dia persis seperti saya saat kecil, rambut tipis agak ikal, hidung, bibir dan matanya, katanya persis seperti saya.
Saya menangis, entah sedih, sakit, senang, atau haru.
Saya tidak pernah diajarkan untuk membenci seseorang, sekalipun yang sudah menghancurkan saya.
Sudah saya bilang, bahwa ada mantra ajaib dibalik kata maaf.
Bisa saja saya membencinya, namun saya tidak memilih hal itu.

Bukan hanya saya yang terluka, dia juga lebur.
katamu, aku hanya butuh percaya.
katamu, aku tak perlu menyita waktuku dengan adanya kamu di tiap detikku.
katamu, aku pun sudah fasih memahami isi kepalamu.
dan, ya, aku memilih untuk percaya.

nyatanya, tidak semudah bak sang matahari yang rela menyembunyikan teriknya sepanjang malam untuk memikat sang bulan.
kamu hanya tidak tahu seberapa dalam lukaku, kemarin.
kamu hanya tidak tahu seberapa besar rasa sakitku, hingga saat ini.

entah bagaimana,
entah karena apa,
terbesit oleh pikirmu untuk melakukan itu.

apa ini karenaku?
atau memang suratan takdir untukku?
bagaimana dengan semua katamu?
bagaimana dengan semua percayaku?
semukah?
senjakala May 2019
Aku punya cerita
tentang dara
yang mudah suka,
kata mereka.

Sesungguhnya,
dia hanya terlalu mudah
pahami manusia bisa berubah
kala sedang jatuh cinta.

ㅡ dia,
puan penikmat rindu
yang ditinggal melulu
sebab jalannya lurus;
tak harap muluk.

Hanya sederhana,
jika kamu baca,
cukup ketahui sesuatu,
dia tak akan minta ini itu.

Tampaknya justru sebab itu,
semua hanya berlalu
tanpa coba pahami
isi relung hati.

Bukan masalah,
tenang tak sampai luka.
Hanya lelah,
jadi tak perlu singgah.
KA Poetry Dec 2017
Sepenuh rasa
Hati ingin berbicara
Bahwa mencintaimu
Rahasia terbesar yang kumiliki

Kerah bertegak dirimu hadir
Sempurna ciptaan Tuhan
Memanjakan kedua mata
Membungkam mulut dari perlakuan liar

Hakikat kemurnian yang sangat dijunjung
Bicara keindahan
Meluangkan ruang imajinasi
Bunga - bunga mawar berterbangan

Lukisan manisnya
Tersenyum dalam lamunan nya
Sudikah engkau mengetahui isi hati
Lebih dari yang kau tahu selama ini.
16/12/2017 | 22.37 | Indonesia | K.***
Thoda Tum yaad karoge
Thoda hum yaad karenge
Isi me beet jayegi yeh zindagi
Khuch lamhe aur lamhe lamho me
Bas ek kahani se dusri kahani
Jurd jaati hai is sundar si duniya me
.


...
Firoiu Daniel Dec 2014
Imi soptesti vorbe dulci, in timp ce-ti ascuti spinii,
Ca prin vraja ma atragi printre portile gradinii.
Si se-nchid in urma mea cu un scartait incet,
Soarele dispare-n zare lasand cerul violet.

Eu te caut fermcat printre atat de multe flori
Ce ma incanta si m-atrag cu ale lor calde culori,
Frunzele fosnesc in juru-mi, in explozii de ecou
Tu incet prepari veninul in amurgul indigou.

Si pasesc increzator, nestiind ca o sa m-ataci
Fiindca asupra ta vegheaza o armata de copaci,
Si ma zgarie si-mi par un sinistru labirint
Luna imi ghideaza calea cu a ei raza de argint.

Stralucesti printre frunze atragandu-mi privirea,
Caci mirosul tau ma cheama si-mi ineaca gandirea,
Inima-mi tresare tare fiindca tu-mi promiti saruturi
Inauntru o simt *** bate simultan cu mii de fluturi.

Si imi canti incet un cantec intr-o liniste de gheata,
Insusi labirintul verde se trezeste usor la viata.
E o lume de poveste, totu-mi pare ca-i un vis
Tu sirena din adancuri, ma atragi inspre abis.

Simt liane *** se aproapie, si se incolacesc pe mine
Si ma trag tot mai aproape aducandu-ma la tine.
E de ajuns sa te privesc si raman pe loc lovit
Simt doar inima *** bate, caci in rest am amortit.

Nici medusa insa-si cu ai ei ochi patrunzatori
N-ar putea sa ma inghete si sa-mi dea asa fiori.
Cu niste lanturi cuprinzi intreaga mea fiinta
Impietrit si fascinat eu privesc cu neputinta.

Ghimpii-ncep sa ma intepe  si in carne isi fac loc
Simt veninul *** patrunde si *** sangele ia foc.
Caci cu cat m-apropii tot mai mult tu ma ranesti,
Si in crunta-mi suferinta tu continui sa zambesti.

Sfaramat in mii de cioburi, ma atarn de-un fir de ata
Doar prezenta ta himera ma mai tine acum in viata.
Insa tu dai drumu lantului, si ma zgarii violent,
Din atatea rani deschise veninul se scurge lent.

Naucit ca sunt iar liber, tremurand m-am ridicat
Chiar si ghimpii tai uscati, eu incet i-am scuturat.
Doar in inima au ramas, caci mi-e frica-n lipsa lor,
Viata incet mi se va scurge printe gauri s-am sa mor.

Simt un foc adanc in suflet care arde irizat
Si cu infinita lui ardoare, ma consuma infometat,
Caci te vad acum mai clar si incep sa realizez,
Ma ranesti doar stand acolo desi eu ma-ndepartez.

Nu sunt ghimpii ascutiti ce m-au stors usor de sange
Nici veninul tau fierbinte ce din vene mi se scurge
Nu-s nici vorbele otravite ce le spui tu cu blandete,
Caci desi nu vrei s-o faci, ma ranesti prin frumusete.
Budding Dirt Oct 2017
Osogo chiewa gokinyi tula ruto e wi tado,chunya penjoree nyakwar kibiere ang’o ma dwa yudowa ma awinjo duond jachein machiegni ni? Achiewo amanyo ang’uolana mane agolo ka pok adonjo e od nindo.Awuok oko agoyo ****’a koni gi koni ,aneno minwa oa turo bando e puodho ma path ot,’minwa oyaore?’ amose gi luoro apenje ni,to ma winy ochiewa gi ruto modhuroni to kare ang’o madwa timore,”Nyathina ing’eyo ni asebedo ka aleko lek moko mag tho chalo ni masira nyalo yudowa machiegni ni.”Wewuoyo kamano minwa nyoro ka koko ayiko nyabila osiepa mabuonjo mos to ong’eyo rito nyikwayo ,omwolo nyakamaye,ok adwa winjo wach tho kata matin.Ne, we keta gi wach tho gokinyi chiew owadu ma ababa mondo udhi e puodho ridho bando, wuoyi ber machiewo to yudo gi matimo ka chieng pok obedo makech,awuok achiko e od steve omera kuma ababa tinde nindoe karito ’ ,Ababa pok ichiewo,? mama wacho ni en nindo manade ma sani pod ng’ama dichwo ninde?Bro,nyoro ne anindo modeko nadhi e thum kaseda loka aduogo saa apar ga riyo asayou weya uru anind matin okatamora puodho to adhi.Ababa we tugo koda dalaka. kwani wan ema ne wakoni ni idhi e thum? Chung na malo ka pok achopo kanyo apami.Awera kode Awuok Oko Tiego Kwer ,nyundo pisore to goyo lweta malit ‘Uwi Uwi ****’,Fred en ang’o? Minwa goyo koko,Ta ang'ise gi lit ni " ok nyundoni ema dwa bamo lweta yawa',Ababa nyiera ‘Hehe mama nakoni ni jo town gi bure kata tiego kwer gikia’.Omera we losona kaka ilosonano idhi ****’o iya gokinyi.Mama to nyathini kamaye ekaka tinde onindo dalaka ? Saani dekoro wasechopo e puodho? Fred, in to ema ihero lungo wach,Nyoro donge nang’isi ni aseda mawuon Erick ne onindo e bade? D.O Misiani ne biro goyo ngolo kanyo gi joka shirati band,makoro imedo chumvi e wach dhina e thum ni? Ne ok awinjo maber ababa yawa,yani "Aseda ne osewewa ? To nyaka ne bi dalaka asebedo mana ka awuotho to shemecha gi ok kona ni wuod awino ratego osewewa,mayie we adhi sani agone gi mos puodho ok ringi pod an dala ka.Mama? Ababa ng’isa ni aseda kare ne ong’ielo orengo? We adhi agone gi mos mondi? Fred Okadwa Walo Ochuno Ni Nyaka Idhi Sani ? Dhi nenore marach ni asebet odieng' ariyo dalaka to pok adhi gonegi mos,we adhiya adhiya mama asayi?Kare dhi to kik ibudh kono,Aneno wuonu ma ngoto kono ohero minoni mang’eny gi penjo mag pimo wich,Tang' kode? Awinji minwa.Omera ? Mano fred maneno kalo e rangach kanyo no? Adwoke gi gero,'Mano ng’a magoyo koko gi nyinga E gweng’ no?An bena omera kwani ikia dwonda ? Omera kare in e gweng’ ka ? An Nabiro nyoro. Achopo ka owad gi baba u ma aseda kagoyo mos.Mano ber ,yaani freddy eldoret ka omiyo ok unenru, chakre john ma wuonu tho yawa,uweyo nyauyoma ema puro dalaka  kapunda? Ok kamano baba “nyaka wamany omera, piny oidho ma  ka ok imanyo toinyalo inindo kech kata kwelo.We an achop ago mos koka aduogi,Kapok idhi  Freddy miya gimoro kanyo adonjgo kisii ka amorgo chunya? Omera Benah, sani to atwo ok awuotho gi wallet lakini mak mia moro nikaa ikwe go wiyi, abiro neni maber godhiambo.Erokamano wuod baba, in gi chuny mana ka wuonu ma john. Sasawa Bena we an Aweyi.Hodi ka? Karibu! Karibu !  Freda,To in Dalaka? Antiye min akoth nabiro nyocha neno nyara matin gi minwa ,Mos  kuom gimoyudi ni? Nyathi john,mae e yo manyaka ji duto te nelu,nitie kinde nyuol gi kinde tho, wante wan jokalo e piny ma mwalo ka,mano adier min akoth.To ne  odhi nade ? " Kik iwach nyathi nyieka,an nachiewo gi sime koa kisumo ni wuon akoth wakoche ne oyang’o ng’ute gotieno koa tich.Gichinje matindo tindo." Mos yawa, pinyni  ne waresre nade? En mana kamano nyathi nyauyoma,to piny majan kono udhiye nade ? Siasa awinjo ni liet kono mapek piny otur ji dwaro lokruok? Nandi, dhi maber lakini nasewuok kono an eldoret tinde.'oh nisewuok kono ? Mano ber tek ni iyudo kamoro ma chumbi wuoke."Min Akoth ok awuotho machwe ahinya lakini mak rupia moro matin ni, iyudgo kata sukari moro ne nyithindo."Erokamano nyathina nyasaye ogwedhi,to pok iyudo min ot nyaka nya min nyathini wewa? Hahhahaha ! Naseyuto,Nyasaye ogwedha gi jaber kendo achano mana harus.Pod apime ka en miyo manyalo pur ma kojwach ka.Pod Antiye Dalaka Wabiro Wuoyo Kayudo Kinde. We an aweyi? Erokamano nyathi nyieka.
The winter melts and spring doth bloom
Over Denver’s sweet Chateau;
I heard them say, it blots the gloom—
Bids all frowns a sweet adieu!

As I was walking on the road
There I saw dear kittens play;
I cast away my heavy load
And I thought that I would stay!

I long to stay within the fold —
Isi’s charming parlor dear;
Mine darling kitten-ladies, hold
Back the armies of my fear!

So hold me with thy tight embrace,
O, my lovely Moxxi Moon!
Lavender’s blue, so is thy face,
As the glittering, pearly dune!

Dost, Moxxi Moon, give me thy love,
Share it with me to the end;
And I will soar just like a dove
If my broken heart thou mend!

So if thou can, first rose of spring!
Please don’t hesitate to claw;
O lilies white to thee I’ll bring
For thy gown in fragrant awe!

O’er Denver’s woods, and hilltops high
Bid me come and let me stay;
To the Chateau, my heart is nigh
Every single, perfect day!

Dear Moxxi Moon, to thee wrote I,
Worthless was my every song;
(For it behooves that I must die)
O, thy tender face I long!

Thou meowed for me, I heard the call,
Underneath the starry sky;
To thee I freely give my all
Till I come to naught and die!

If I shall love thee, flesh and mind,
Would thou be so sweet to me?
Would unto me dost be so kind?
Would thou, darling, pity me?

If thou hast heard my fruitless song,
I would last a day so free;
If Isi comes the road along,
She would lend a hand to me!

O, Isi, dear, my darling Queen!
Come to my assistance, please;
For now I see thy noble sheen,
Thrill me with thy feline tease!

Dost bring to me, my Moxxi Moon,
With thy sweetness cover me!
And dare thyself unto me stay
And live like bluebirds soaring free!

The winter melts and spring doth bloom
Over Denver’s sweet Chateau
I heard they say, it blots the gloom—
Bids all frowns a sweet adieu!
Dated 6 March 2019 according to the Old Style/Julian Calendar, the poem used the melody of a Carpatho-Rusyn patriotic hymn, Ja Rusyn Byl, by Alexander Dukhnovich. It was written to a model of The Chateau - Cat Girl Manor.
NURUL AMALIA Nov 2018
itukah yang dinamakan gagal?
hatiku berteriak keras mengguncang isi tubuhku
sudah.. tak guna semua ini bibirku mengoceh pelan
ingin rasanya berlari jauh pergi
kemana? tak tahu arah jika rasa syukur tak bertahta di diri ini
sudah.. bersabarlah!..sisi lainku mencuat..
pura- pura saja aku tegar..
didepan mereka..orang terkasih
harapan dan doa terpancar jelas menyiangi ketakutanku
iya aku takut..
membuat mereka lara
tapi sekali lagi..sudah
mereka hanya menyuruhku untuk bersyukur..
menjadikan itu elegi
tetapi hari esok haruslah berseri
senjakala Aug 2019
Mereka bilang; cinta itu buta, tetapi aku tak percaya.

Mengapa?

Sebab kedua orang tua tidak mengajarkan untuk membenci cinta; mereka memberikan ketulusan di dalam sebuah hubungan.

Cinta mereka padaku; tulus dan tidak bersyarat.

Walau tak terlalu peduli akan cinta, pun tak selalu mengatasnamakan cinta dalam setiap langkah, aku tahu dengan pasti, keluarga yang kumiliki tak akan terganti.

Lewati hari tanpa adanya Kasih, bukan masalah isi, melainkan aku yang risih, selalu diminta membawa kekasih.

Apalah arti sebuah persatuan, di saat aku bisa bahagia, meski tak miliki pasangan?

Aku mampu berdiri sendiri, tanpa perlu berlari menuju akhir yang pasti.

Aku tidak membutuhkan pasangan yang hanya mencari aman di saat kesusahan.

Jadi, jika kamu tak mengutamakan kebahagiaanku di atas milikmu, maka jangan ragu untuk berjalan mundur, sebab aku sedang jaga hati agar tidak luka lagi.

Aku, akan selalu perjuangkan kebahagiaanmu.
Aku, akan selalu berusaha jadi terang bagimu.
Aku, akan selalu percaya cintaku padamu utuh.

Dengan cinta, penuhi jiwa.
Dengan materi, hidup pasti.
Dengan senyuman, kebahagiaan tertanam.

Semuanya, bersama.
Àŧùl Oct 2016
Hid behind the beautiful veils,
Inter-Services Intelligence – ISIPak,
Sends some female agents undercover,
Research & Analysis Wing – RAWInd is no less,
RAW & ISI have always been fighting,
Do we keep count how many die,
And that be an unsung death?
HP Poem #1182
©Atul Kaushal
B'Artanto May 2019
Ditarik, kami diarahkan membaca apapun yang tidak ada penjelasannya.
Dikodratkan harus paham isi kepala makhluk yang hanya sesekali berkata iya dan tidak.

Kami terpingkal, Puan.
Bagaimana tidak?; Kain yang kau gunting sendiri dan pintal dengan rajut sedari subuh sudah cantik--tapi kau merasa kurang, dan kami adalah penyebabnya katamu.

Duduk kami melingkar bersama dengan gelas gelas berisi teh melati,
Hangat membaur aroma kebingungan kaum kami.
Sekali beberapa menit kami terpingkal lagi, berusaha terus membaca setiap halaman kosong dan beberapa titik saja di sudut kiri kanannya.

Tidak ada barang satupun buku yang mengerti keinginan puan.

Cemasnya puan ingin dilindungi,
Lembutnya puan yang ingin dikasihi,
Ah, apalagi tangisan yang tiba-tiba terisak di malam sehabis mimpi.

Tersenyum kami menahan tawa dan kantuk, sembari melihat-lihat wajah puan yang tertunduk mengharap ditanya mengenai hari ini.

Semenit dua menit kami lihat lekat-lekat wajah puan.
Kami bisa tidur malam ini,
Jawaban kebingungan lelaki bukan tertulis pada buku-buku; tapi dua bola mata yang senantiasa banyak bercerita setiap ia duduk hening tanpa berbicara.

Ah, engkau puan~
Buku pelajaran yang tak ada tamatnya.



B_A
10 Mei 2019
Coco Sep 2019
Silau mobil menabrak kelopak mataku
Bersandar pada jendela kenangan
Sambil tangan berpeluk pada ruang hampa

Aku melewati bekas tapakan kita, lagi
Aku langsung mengembara melewati waktu

Masa itu, kita duduk berdampingan
Sangat jelas diingatanku
Didalam bis, kita mengobrol
Kau duduk bersandar di bangku mu
Dan aku yang bersandar di jendela

Kau hanya fokus padaku
Menatap ku dengan sabar sambil mendengarkan cerita ku
Bahkan, kalau boleh jujur, pada masa sekarang pun aku masih ingin tatapan itu, lagi

Bagaimana kau tersenyum melihatku berimajinasi
Menyambut segala harapanku

Tuan, aku ingin melihatmu lagi
Adakah celah kesempatan itu?
Masihkah kau sama seperti isi memori ku?
Hope u get the feeling
Oka Dec 2017
Ketika ku menumpahkan isi raga,
ku tak yakin ku membasahi manusia.
Setiap suara yang ku simak bukanlah mulut berbicara
melainkan insan memuntahkan sastra.
Entre las ondas azules
Del bello Mediterráneo,
En el Golfo de Trieste
Surgiendo entre los peñascos,
Hay un alcázar que ostenta
Con gran arte entrelazados
En muros y minaretes
Lo gótico y lo cristiano.
Parece visto de lejos
Airoso cisne de mármol,
Que extiende las blancas alas
Entre dos abismos claros,
El del mar siempre sereno
Y el del cielo siempre diáfano.

Ese alcázar tan hermoso
En tiempos no muy lejanos,
Por mirar tanto las olas
De Miramar le llamaron,
Y en él vivieron felices
Dos príncipes de alto rango,
Dos seres de regia estirpe:
Carlota y Maximiliano.

En una tarde serena,
Al bello alcázar llegaron
Con una rara embajada
Varios próceres extraños;
Penetran a los salones
Y al noble príncipe hablando,
En nombre de un pueblo entero
(Que no les dio tal encargo)
Le ofrecieron la corona
Del Imperio Mejicano.

El Príncipe quedó absorto,
Para responder dio un plazo;
Soñó en pompas, en honores,
En fama, en poder, en lauros
Y al despertar de aquel sueño,
Al volver de tal encanto,
A su joven compañera
Le fue a consultar el caso.
«Acepta -dijo Carlota-,
Eres grande, noble y apto,
Y de este alcázar a un trono
Tan solamente hay un paso».

No corrida una semana,
El Príncipe meditando
En las difíciles luchas
De los grandes dignatarios,
Miraba tras los cristales
De su espléndido palacio
Enfurecerse las olas,
Rojo surgir el relámpago,
Y con bramidos horribles
Rugir los vientos airados.

De pronto, un ujier le anuncia
Que un extranjero, ya anciano,
Hablarle solicitaba
Con urgencia y en el acto.
Sorprendido el Archiduque
Dijo al ujier: «Dadle paso»;
Y penetró en los salones
Aquel importuno extraño,
De tez rugosa y enjuta,
De barba y cabello cano.

En frente del Archiduque
Dijo con acento franco:
«Vengo, señor, para veros
Desde un pueblo muy lejano,
Desde un pueblo cuyo nombre
Jamás habréis escuchado;
Yo nací en Aguascalientes,
En el suelo mejicano,
Serví a don Benito Juárez
De quien ya os habrán hablado,
Le serví como Ministro,
Soy su firme partidario,
Y mientras aquí os engañan,
Yo vengo a desengañaros;
No aceptéis, señor, un trono
Que tiene cimientos falsos,
Ni os ciñáis una corona
Que Napoleón ha labrado.
No quiere Méjico reyes,
El pueblo es republicano
Y si llegáis a mi patria
Y os riegan palmas y lauros,
Sabed que tras esas pompas
Y esos mentidos halagos
Pueden estar escondidos
El deshonor y el cadalso».

Oyendo aquestas palabras
Dichas por aquel anciano,
A tiempo que por los aires
Cruzó veloz un relámpago,
Tiñendo en color de sangre
La inmensidad del espacio,
Sin dar respuesta ninguna
Quedóse Maximiliano
Rígido, lívido, mudo,
Como una estatua de mármol.

Corrió inexorable el tiempo,
huyeron breves los años
Y en una noche de junio
Triste, sombrío, ensimismado,
En vísperas de la muerte
El Archiduque germano
En su celda de Querétaro
Y en sus desgracias pensando,
Así dijo conmovido
A uno de los abogados
Que tueron a despedirse
En momentos tan aciagos:
«Todo lo que hoy me sucede
A tiempo me lo anunciaron;
Un profeta he conocido
Que sin doblez, sin engaño,
Me auguró que en esta tierra
A donde vine cegado,
El pueblo no quiere reyes
Ni gobernantes extraños,
Y que si lauros y palmas
Se me regaban al paso
Tras ellos encontraría
El deshonor y el cadalso».
-¿Quién ha sido ese profeta?
Al Príncipe preguntaron:
«Era un ministro de Juárez
Sincero, patriota, honrado,
Don Jesús Terán, que ha muerto
En su hacienda hará dos años
¡Ah! ¡Si yo le hubiera oído!
iSi yo le hubiera hecho caso!
¡Hoy estuviera en mi alcázar
Con los seres más amados,
Y no contara los horas
Para subir al cadalso!!»

— The End —