Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Ahmed Ali Oct 2017
Haji My friend..

Haji is my dearest friend,
And yet he never thinks of the end,
Often I think he is so naive and young,
But then his is my dearest little thing,
Haji thinks I walk with oldies and am too old,
But will he ever know old is so precious gold,
Come my dear one let me show you the way,
Where the young and old just fade away,
And there is none but the purest of the way,
It is like this, as has been all the way.

(By: Khan, BA)
(For My Dear friend  Dr. Najeeb.. I call him Haji)
Jasraj Sangani Feb 2016
Mumbai is rich, Mumbai is poor.
Mumbai is fast, Mumbai is slower.
Little bit sweet, and little bit sour,
Sometimes it’s hot but not too more….

Mornings are energetic and evenings are electric.
Noons are lazy but Nights are crazy
And any one you ask he always say “M busy”
Dude, life in Mumbai is not so easy

There is lot of Masti with little bit of Maska
Welcome to the city that can’t live, without Bollywood Chaska

From cooker whistles to the traffic jam horns,
From steaming tea kettles to breaking nut-betels
From telephone rings and doorbell brings.
There are people connecting through Blackberry pings

Where there’s little time to spare for kids
People here spend their lives on bids
Here you actually pay your travel fare by meter
But milkman mixing water is not a cheater!

Sev puri and bhel puri are all Mumbai chaat
Relishing it with spicy chutney is no easy art
From pop-corn to ice-cream, all sold on cart
Mumbai o Mumbai, you’re always close to my heart

Where local trains usually run on time
And violently rushing for a seat is not a crime
Here 3 PM for lunch and 12 AM to dine
People face hardships, but still say “it’s fine”

From Mt Mary in Bandra to Mumba Devi in Town
And ISKCON in Juhu to Haji Ali in Mumbai’s Crown
Faith runs deep as the Arabian Sea
But people don’t hesitate to pay early darshan fee.

Marathi, Punjabi, Gujarati and Bengali
Everyone forgather celebrate Id and Diwali
Holi is colourful and Christmas is cheerful
Spend some time here and your life will be un-forgetful

Billionaire to baggers, all found in this city
Be careful dude, this place is a bit witty.
Overall this dream-world is huge but pretty
Mumbai o Mumbai you’re wonderful city.
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Hinanya Kematian Mustafa Kemal Attatürk yang Dikenal sebagai ‘Bapak Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat, dia sebenarnya adalah tokoh yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’ syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mustafa Kemal Attatürk yang diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi). "Attatürk" berarti "Bapak Orang Turki". Attatürk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan Khilafah Islam Turki pada tahun 1924. H.S. Armstrong, salah seorang pembantu Attatürk dalam bukunya yang berjudul Al-Zi’bu Al-Aghbar atau Al-Hayah Al-Khasah Li Taghiyyah telah menulis: "Sesungguhnya Attatürk adalah keturunan Yahudi, nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari Spanyol ke pelabuhan Salonika". Golongan Yahudi ini dinamakan dengan Yahudi "Daunamah" yang terdiri dari 600 keluarga. Mereka mengaku beragama Islam hanya sebagai identitas, tetapi masih menganut agama Yahudi secara diam-diam. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel, Yitzak Zifi, dalam bukunya Daunamah terbitan tahun 1957. Attatürk mengubah ucapan Assalamualaikum menjadi Marhaban Bikum (Selamat Datang), melarang menggunakan busana Islam dan sebaliknya mewajibkan memakai pakaian ala Barat. Dalam tempo beberapa tahun saja, dia berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta melarang kaum muslim menunaikan ibadah Haji, melarang poligami dan melegalkan perkawinan wanita muslim dengan non muslim. Dia membatalkan libur pada hari Jum'at, melarang adzan dalam bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa Turki. Tindakan yang dilakukan oleh Attatürk ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki dari akar agama Islam dan menghapuskan Islam sebagai agama resmi negara Turki. Attatürk berusaha keras untuk menghancurkan para penentangnya. Dia membakar majelis-majelis, menangkap para pimpinan majelis dan juga mengawasi para ulama. Attatürk pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”. Dia menggalakkan minum arak secara terbuka, mengubah Al-Quran yang kemudian dicetak dalam bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi. Attatürk mengubah Masjid Besar Aya Sofia menjadi gereja dan setengahnya untuk musium, menutup masjid serta melarang shalat berjamaah, menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin. Dia membatalkan undang-undang waris, faraid secara Islam, menghapus penggunaan kalendar Islam dan mengganti huruf Arab ke dalam huruf Latin. Attatürk mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun. Ketika itu ada seorang prajurit ditanya “siapa tuhan dan di mana tuhan tinggal?” karena takut, prajurit tersebut menjawab "Kemal Attatürk adalah tuhan”, dia tersenyum dan bangga dengan jawaban yang diberikan. Saat-saat menjelang kematiannya, Allah mendatangkan kepadanya beberapa penyakit yang membuatnya tersiksa dan tak dapat menanggung azab yang Allah berikan di dunia, diantaranya penyakit kulit dimana dia merasakan gatal di sekujur tubuh. Dia juga menderita penyakit jantung dan darah tinggi. Kemudian rasa panas sepanjang hari, tidak pernah merasa sejuk sehingga pompa air dikerahkan untuk menyirami rumahnya selama 24 jam. Attatürk juga menyuruh para pembantunya untuk meletakkan kantong-kantong es di dalam selimut untuk membuatnya sejuk. Maha Suci Allah, walau telah berusaha keras, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengusir rasa panas itu. Oleh karena tidak tahan dengan panas yang dirasakan, dia menjerit sangat keras hingga seluruh istana mendengarnya. Karena tidak tahan mendengar jeritan, para pembantunya membawa Attatürk ke tengah lautan dan diletakkan dalam kapal dengan harapan beliau akan merasa sejuk. Maha Besar Allah, panasnya tak juga hilang!! Pada 26 September 1938, dia pingsan selama 48 jam disebabkan panas yang dirasakannya dan kemudian sadar tetapi dia hilang ingatan. Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan, mengkafankan dan menshalatkannya. Tidak cukup sampai disitu, Allah tunjukkan lagi azab ketika mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana jika tanah tidak menerimanya). Karena tidak diterima tanah, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam musium yang diberi nama EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953. Setelah 15 tahun mayatnya hendak dikuburkan kembali, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Sampai akhirnya mayat Attaturk dibawa ke satu bukit dan disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44 ton. Lebih menyedihkan lagi, ulama-ulama yang sezaman dengan Attatürk mengatakan bahwa jangankan bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak akan menerimanya. Naudzubillah.
Man Jun 2023
She's an amazing woman,
If only she thought similiary
Of me.
I wake to the news of another lynching
As our boys scream Bleed Blue
And over the border, the Green Girls rejoice
And somewhere in Jharkhand
Two families mourn the death of their men
Cattle traders? Terrorists? Muslim?
With cloth stuffed in their throats
And arms tied behind
Hatred showing in the mob mentality
Another dark blot on our secular fabric

And I watch a short film, India, India
Of a young boy on Tuesday selling ganeshas at a temple
Another image of the same boy on a Friday
Selling taweez and chanting Ya Ali
Outside Mumbai’s Haji Ali
And on Sunday, the same boy singing the praises
of the Lord outside a church, selling amulets
And I smile
This is the India I love, the different faiths
The acceptance, the co-existence

As the morning drones on, I watch and participate
In the endless debates on Facebook and Twitter
Of people posing, taking sides, sounding pedantic
While they sit comfortably in their homes
Sipping ginger tea made by an underage maid
While their Labrador retriever is taken for a walk
By their Nepali driver and the Muslim cook smokes a bidi
In the garden with the Bihari maali where their son plays

But what will happen to the sons of the lynched cattle traders?
What will happen to the brothers of the women *****?
What will happen to the mothers of the sons killed?
What will happen to the fathers of the unborn children
Killed for their mistake of being a girl child?
Is this the India we want to grow up in?
Is this the India we want to have children in?
Is this the India we want to grow old in?

Wake up, my country, it is still dawn
The road is long and far and we have miles to walk
Towards peace and freedom and love
Towards acceptance and equality and oneness
Get off that sofa and make a difference
Participate, vote, empower, create, enable
It’s up to you whether our country goes this way or that
So, wake up, my country, it is still dawn
Wake up, my country, it is still dawn
Matt Nov 2015
Yes I did cry
I cried because
Of the love

This man shows

With people
He is kind
And caring

"Haji"
He abbreviates his name
His full name is Hajime

For five years he has
Worked on my car

Meticulous
Japanese car specialist

This is to say
Thank you

I said his name
And I cried
Because he is
A truly good man

You can never die

I see he has
A picture
Of a wise Buddhist teacher
On his wall

Thank you
For all you have done
For me my friend

— The End —