Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Oct 2011
Palembang, Rabu 26 Juli 2011

Aku sayang dia
Aku jaga dia sejak pertama ku milikinya
Ku genggam erat dia seakan tak ingin berpisah
Ku selalu awasi dia tak ingin kehilangannya

Dia selalu ada di setiap ku butuh
Kawan terbaik mencurahkan inspirasiku
Tak terbayang jika dia pergi tinggalkan ku
Atau hanya hilang tanpa jejak atau pesan sekalipun

Yang pertama, tak bisa terganti
Sekali sayang, dan akan terus selamanya
Perasaanku tak tercurah tanpanya
Berhari-hari aku bersamanya dengan setia

Namun di hari itu aku kecewa
Yang aku sayang yang terus aku jaga
Dia mati di kala waktunya belum tiba
Aku kecewa ketika mereka membunuhnya

Aku marah, aku kesal
Aku minta mereka mengembalikannya
Tapi yang ku dapat hanya heningan
Tanda mereka tak mau berbuat apa-apa

Aku sudah tahu jawaban mereka
Meskipun belum terucap, hanya bahasa gerak
Mereka tidak mengerti rasanya kehilangan
Mereka tidak peduli dengan perasan orang

Ku hanya ingin pertanggungjawaban
Dan kembalikan dia kembali ke genggamanku
Tolong sekali saja Kalian mngerti perasaan seseorang
Dia adalah pena ungu yang paling ku sayang

"Pena Ungu ku tinggal kenangan"
Loveeyta Jul 2017
Lepaskan,
Ia sudah tidak ingin kau genggam.
Lepaskan,
Perasaan sayang itu sudah memudar.
Lepaskan,
Ia sudah bisa berjalan sendiri.
Lepaskan,
Ia sudah bisa tersenyum tanpa melihat kau tersenyum.

Tidakkah kau lelah?
Bertahan untuk seseorang yang tidak ingin dipertahankan?
Seseorang yang mungkin tidak memikirkan bagaimana kabarmu hari ini.

Lepaskan,
Kau juga butuh bahagia.
Lepaskan,
Walau itu sulit.
Lepaskan,
Karena apa yang kau genggam kini sudah tiada.
ga Aug 2017
Temukan aku, cari aku
Hancurkan aku, remukkan aku
Caci diriku hinakan jiwaku
Buat aku berlutut menangis di hadapanmu
Hempaskan tubuhku rebahkan kepalaku
Lakukanlah, hancurkan diriku.

Tapi ketika saatnya tiba
Ulurkan tanganmu, raihlah kepalaku
Berjongkoklah, sentuh pipiku
Elus rambutku hapus air mataku
Tundukkan kepalamu, dekatkan ke telingaku
Bisikkan padaku sebuah kata dari dalam hatimu
Hembuskan padaku sebuah harapan
Lantunkan lagu itu, lagu kehidupan

Tatap mataku, ajak aku berdiri
Pandang wajahku, yakinkan aku
Genggamlah tanganku sementara kau mulai melangkah
Peluk erat jariku dengan jemari lentikmu
Berikan hangat tubuhmu, genggam erat tanganku

Ayunkan kakimu, berlarilah
Bawa aku bersamamu, beri aku jalan
Menolehlah sesekali ke belakang
Aku akan tetap berada di sana
Memandangi jemarimu memeluk jemariku
02/04/16
zahra ly Oct 2022
Aku adalah
Puisi-puisi yang tak kau ingat
Pernah kau tulis

Kamu adalah
Pasir yang terlalu erat
Aku genggam
Dalam perjalanan pulih dari patah hati. 04 Oktober, 2022
fatin Feb 2017
indah nyaman yang menyapa buat kamu tenang
lantas kau tersenyum

indah
terukir anugerah Tuhan yang satu ini

syukur aku punyai kamu
yang menyenangkan sentiasa
genggam lah hati ini
sematlah cinta dan kasih
Diska Kurniawan May 2016
Pasar dan pasir yang bersatu
Dipisahkan oleh janji
Ditiadakan oleh kilau emas
Yang berkilat padanya akal warasmu

Pasir adalah asamu,
Yang kau bagikan pada mereka
Untuk membangun genting bocor
Pastilah tak bisa kami genggam
                                                          
Rumahmu adalah pasar
Yang saling menjual suara
Cobalah untuk menimbang
Besaran keadilan dan kejahatan

Kami hanyalah ternak
Yang tiap tetes darah kami kau tukar
Dengan sendok dan garpu perak
Dan kau biarkan kami menggelepar?

Harga tiap tetes darah itu
Tak pernah kau bayar
Namun selalu kau tawar.
B'Artanto Feb 2019
Menuju Maret, pagi-pagi matahari meninggi sambil menyeduh minuman penolak kantuk.
Sesekali ia aduk minuman di gelas melawan arah jarum jam.
Katanya agar berbeda,
Padahal sedari dulu ia sudah berbeda.

Pagi-pagi matahari cepat meninggi
Mungkin membawa kabar dari Bapak menyertakan terimakasih.
'Terimakasih' suara bapak dari ponsel genggam buatan negara berkelopak mata monolid.

Menuju Maret hati yang disini berduka. Menolak umur ditambah dengan satu angka,
Belum lagi kalau dia ingat suara pintu pagar besi yang dimainkan anak-anak tetangga.
Rindu katanya,

Ia belum pulang, sebagian jiwanya sedang bermain pasir di masa lalu.
Tapi ia malah lari mengejar lagi. 'Sudah cukup, aku mau ikut' katanya

Sekarang ia siap, menuju Maret dan segala kebaikan di dalam dan setelahnya.

B_Art
07-Feb-2019
Amira I Jun 2020
Jemariku bergetar saat menuangkan isi hati dan kepalaku kali ini.
Entah sudah berapa purnama ku lewatkan tanpa berada di bawah atap yang sama denganmu.
Bertukar suara via telepon genggam —yang hanya secuil dibanding dengan waktu duapuluh empat jam— pun ku sudah lupa rasanya.
Namun satu hal yang pasti, bagian darimu akan selalu jadi bagian dariku.
Akan ku bawa sampai ke ujung waktu.
Mungkin aku akan pergi lebih dulu, atau mungkin engkau? Tak ada yang tahu.
Semoga Tuhan tetap melindungi, di mana pun kau berada sampai nantinya kita akan bertemu kembali.

“Namamu jadi rahasia, dalam diam kan ku bawa; mendarah.”
–Mendarah, Nadin Amizah
Terinspirasi dari lagu Nadin Amizah berjudul Mendarah.
ga Jan 2018
Jika kau adalah pendosa
Maka genggamlah tanganku
Jangan lagi kau hitung waktu
Nerakalah tempat kita menunggu

Namun kaulah malaikat
Andaikan kau genggam tanganku
Sekalipun dinanti surga
Sekalipun surga,
kau dan aku
Surga yang berbeda
Melayanglah dengan anggun
Bawa aku pada surgamu
ga Sep 2020
Genggam tanganku malam ini
Untuk pertama kalinya
Sebelum September beranjak
Dan mungkin untuk terakhir kalinya

Ceritakan padaku rasa hatimu
Karena telah kau kuras habis isi hatiku
Tampaknya kau sudah lebih tahu
Sesal dan kebodohanku

Kugadaikan separuh hatiku
Aku mau sedikit tawa, senyum, dan waktumu
Tahukah engkau hati terasa lebih berat saat terbelah dua
Semoga kau kembalikan nanti padaku

September segera berlalu
Kenapa tak kau kecup saja bibirku
Untuk pertama kalinya
Dan mungkin untuk terakhir kalinya
1/09/2020

— The End —