Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Noandy Mar 2016
/1/
Merindu berarti meranggas
Bak guguran detik demi detik
Pada tangan pedih di petang hari
Merindu berarti meradang
Saat senandung semu
Dari semua kisahmu
Menorehkan luka
Pada jejak lisanku
Yang tak kunjung bermuara
Karena kita yang bertualang
Hanyalah jiwa dalam deru
Jerit

/2/
Siapa yang tinggal dalam gelap
Jika bukan sekumpul hantu
Dan kepulan sisa ragamu
Yang denyut nadinya
Sangat susah untuk kuraba
Untuk apa membunuh diri
Bila ternyata
Tak pernah hidup
Di cinta hingar bingar
Di pilu tak berpijar
Sumbu tubuhmu
Akankah menyala lagi
Apabila ku dekap dalam ratap?

/3/
Terbitnya kabut
Setelah fajar
Takkan bisa
Gantikan
Kenanganmu dalam redup
Ismail Nasution Jun 2018
Ketika hujan menangis
Merindukan kemarau panjang
Di manakah kita?
Di antara tetesan air mata yang terpejam

Sore itu kita membeku sedingin sunyi
Yang kau hanyutkan dari dekap
Menuju resah
Meninggalkan harap
Terombang-ambing sendiri
Lenyap dalam senyap
Hiory Mar 2018
Rasakan aku di setiap deruh nafasmu
Dekap aku dalam malam sunyimu
Bercengkramalah denganku  gaduh di dalam ruang petakan
Sejenak tenang tenggelam dan terhanyutkan kedalam tatapan hangatku
Peluh dalam gelap
Hanya deruh nafas yang kudengar
Sempurna sudah aku menjadi pecandu
Pecandu aurora
Auroraku
#edisigabut#koreksi,please#masihterusbelajar
Amira I May 2019
untuk Bumi,
lelah aku dengan rasa percaya;
saat harapan berujung kekecewaan, ketika jemari tangan tak lagi dapat bertautan.
kebas aku dengan rasa lara;
beberapa kenangan yang harus dilupakan, sejuta beban yang menekan.
kemari lah, dekap aku agar tidak menyerah.
mari melangkah dengan jarak aman, seperti halnya bersisian.
aku takkan mengikat, nanti kau justru mangkat.
terima kasih sudah hadir, aku tak lagi mengutuk takdir.

dari Bulan

— The End —