Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Nov 2011
Palembang, Selasa 29 November 2011

Aku yang selalu menyalahkan diri sendiri atas kesalahan ku
Terus menerus berfikir apa pantas tuk mendapatkan itu
Bila berdoa saja pun aku selalu bolos

Aku yang kata orang tak sadar diri
Selalu dan selalu membela diri
Memang iya, aku melakukannya sendiri

Aku yang sedang-sedang saja
Tak pintar, tak menarik pun tak beruang
Masih mau bersedekah untuk batin ini juga

Aku yang segalanya
Segalanya bohong, malas, bodoh
Hanya bisa menangis ataupun acuh seperti orang hilang

Aku yang masa depannnya suram
Tak berani berucap mau jadi apa
Kalau mengadu pada-Nya saja aku sungkan

Aku yang hidupnya menyedihkan
Duduk memangku harapan
Menunggu keajaiban Tuhan
fake memories Nov 2016
Dan bayang mu semakin semu
Ku tanya bulan dia tak tahu
“Aku mencintaimu” katamu, sendu
Tapi bohong terpampang di matamu

Hujan datang menghapus cerita
Aku mengadu kepada senja
Kau pergi begitu saja
Meninggalkanku dalam derita
senjakala May 2019
Ini adalah kisah tentang angan dan kenyataan.
Bukan tentang dia yang tanpa sadar membuatku jatuh cinta, kemudian menghempaskan diriku begitu saja.
Semua begitu indah, sampai suatu hari dia mematahkan sayapku, dan mencampakkan aku kembali ke tanah.

Aku pernah bermimpi; seorang taruna menghampiriku yang sedang duduk sendirian di sebuah taman.
Tanpa kawan; aku memang sedang tenggelam dalam pikiran tentang angan.

Dia mampir dengan maksud menjadi titik akhir dari seluruh penantian panjangku.
Setidaknya, itulah yang aku harapkan menjadi satu alasan pasti mengapa dia datang ke dalam hidupku.

Aku tak peduli siapa dia, setampan apa rupanya.
Aku tak memimpikan seorang pangeran berkuda putih datang membawa emas dan berlian.
Aku pun tak berangan ingin dihujani pujian dan harta kekayaan.
Aku tidak butuh semua itu.

Bohong, pasti ada yang merasa aku hanya melakoni peran.
Atau, memang sudah diucapkan untuk menceramahiku.
Sungguh, telingaku panas.
Aku memang begini, tak suka hal-hal tinggi.
Hanya akan memilih dia yang mencintai sepenuh hati.
Safira Azizah Mar 2021
Bukankah kita terlihat begitu jauh?
sementara jarak sudah melipat dirinya begitu lekat, supaya Kau dan Aku
melupakan bahwa semuanya
pernah terjadi dan sudah selesai.

Apa yang diinginkan kata dari Kita berdua?
sepertinya mereka ingin Kau mengeja namaku yang sama sekali sulit diucapkan lidahmu, katamu lidah itu kelu dan kaku. Kau bohong.

Pernahkah Kau menenggelamkan diri
dalam bayangan yang terpantul dari cermin?
seakan mataku mengambang di sana
dan senyumku persis terpahat di bibirmu.

Jawabannya
Aku tahu dan Kau juga tahu.

— The End —