Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
dibalik jendela pesawat terbang, ada bulan purnama
bulat dan terangnya sempurna
malam ini saya mengarungi awan
yang bentuknya jelas karena pantulan cahaya bulan
bergumpal, halus, keemasan
indah
terpantul pada retina mata, menakjubkan

lalu saya tertidur
dalam mimpi saya berkereta menuju cahaya bulan
saya akan sampai disana, dibulan

turbolensi membangunkan saya tepat pukul 11.42 malam
diluar bayangan samudra masih gelap, tidak terlihat
1 jam lagi saya akan sampai di negeri cina, kata seseorang dengan pengeras suara

tidak jadi kebulan?
tak apa, berbeloklah dahulu
baru ke bulan



*Diatas awan, 26 Februari 2013
Half Moon Mar 2014
Kamu benar, aku gentar
Kamu malu, aku palsu
Lalu, siapa yag palsu karna malu?

Hukumkah yang membuat kamu harus berbelok
di setiap persimpangan?
Aku tahu kamu letih memilih arah

Kamu buka Tuhan
yang sedang bermain teka-teki kehidupan
Berhentilah dengan idealisme mu
Berhentilah sejenak

Duduk disampingku
Menikmati senja ini.
Menanti dalam hening yang panjang,  
jarum waktu tak kunjung berbelok.  
Detik-detik terhenti di angkasa kelam,  
aku tunggu pukul 21:00, dengan harapan.

Namun, saat itu datang, ia terbang.  
Fase yang aku tunggu pudar di angin malam,  
jejaknya lenyap tanpa kesan,  
dan kini yang tersisa hanyalah bayang.

Apakah ini luka yang membiru,  
menoreh lembut di dada tanpa suara?  
Ataukah sekadar angan yang terbang jauh,  
meninggalkan ruang kosong di relung jiwa?

Mungkin luka, mungkin juga rindu,  
menghilang bersama waktu yang tak pernah tahu.  
Tetap kau berdiri di bawah langit biru,  
menghitung bintang yang pernah jatuh,  
sambil menanti, dalam luka yang samar membiru.

— The End —