Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Oct 2011
Jika aku berdosa Tuhan
Hati tak ingin disalahkan
Karena jiwa yang serakah
Telah terbelah menjadi dua

Ingin hati terbang ke Surga
Apadaya terbelenggu senja
Mentari panasi dunia
Bagai raga ku yang mulai gersang

Tuhan... Tolong...
Teriakan ku memohon
Hujanilah raga ku yang gersang ini
Beri tanda jiwa yang asli

Jiwa keras bagai karang
Terhempas ombak baru mengalah
Jiwa lembut bagai awan
Terhempas angin baru tersadar

Sadar akan 2 jiwa yang terbagi
Begitu berbeda bagai langit dan bumi
Amat berbeda bagai air dan api
Ku sadari, aku manusia yang Munafik

Created by Aridea Purple
Aridea P Oct 2011
Palembang, 22 Juni 2011

Api itu hampir merajai waktu
Merenggut harta benda tanpa ampun
Mangarang tubuh yang sesepuh
Duduk pun terdiam di kursi besi butut

Kekuatan api bagai Sang Supernova
Membumbung tinggi tak ada yang terjaga
Meletup-letup bagai haus dan lapar
Tinggallah hamparan abu di senja tiba

Sebelum fajar menyingsing indah
Berisik di tengah jalan sirine mengulang
Langkah kaki mondar-mandir yang tentu arah
Bergotong royong pun dengan peluh dan baju basah

Ku duduk terdiam terpaku
Setengah melamun di sebelum senja muncul
Ku tersadar pun di tengah padam lampu
Dan ku lihat Monalisa tersenyum pada ku

Ku duduk bersimpuh di kaki
Menunduk dan berharap ini hanya mimpi
Dan aku bangkit tuk lihat situasi
Ku dengar mayat rapuh bagai tiada arti lagi

Tak mampu tumpah air mata
Hanya tubuh kaku mati rasa
Pikiran yang ingin selalu waspada
Mental ini rapuh butuh udara

Abu terasa di mana-mana
Terinjak, menyatu dengan tanah
Menutup mata kini selaalu terjaga
Menjaga hari tanpa Supernova

9 Juni penuh cerita
Di bawah tangisan dan panikan
Wanita memasak dan menjaga anak
Pria bahu membahu membangun rumah
Aridea P Oct 2011
Hari ku tak tenang
Tanpa alun lagu terindah
Di pantai sana
Bagai tempat ku merana

Jeritan ombak bagai mewakili
Hati ku yang sedang menangis di sini
Risauan burung tanpa henti
Bagai raga ku yang terancam
Tak akan melihatmu lagi

Saat cahaya mentari redup
Bagai mimpi ku yang telah berakhir
Begitu menyesalnya aku
Tak dapat cinta nya
Yang pasti akan indah sampai ku mati


Created by Aridea Purple
Aridea P Oct 2011
Palembang, Selasa 21 Juni 2011


Aku punya mimpi mulia
Butuh seribu tahun tuk menggapainya
Ku tak serius, hanya mengira
Karena ku selalu tak sempurna tuk jalaninya
Hingga betisku biru
Lututku lecet
Bobot tubuhky berlipat
Sampai pikiran ku sangat terbebani
Hanya dapatkan phobia sesaat
Saat api kulihat di mata tepat
Mulutku kelu ludahku kering dan aku berkeringat
Dan tersadar tak satupun peduli aku di malam pekat
Ingat hanya aku tahu semampunya
Tak buktikan apa-apa yang telah ku buat
Orangpun merendahkan aku bagai tersiksa
Tak bisa ku membela sendiri karna tlah telat
Sadar-sadar di hari nan senja
Bahwa ku makan hanya sisa saja
Ku terima karena ku akui aku memang suka
Berharap perbaikan akan datang mangubah semua
Nama-Nya selalu ku sebut di setiap masa
Meski aku dan Dia tahu bahwa aku masih salah
Namun salahkah aku masih ingin dicinta?
Kepalaku berat bagai hampir tak bernyawa
Megitta Ignacia Apr 2019
Pasir memeluk kakiku, tak mau melepaskanku.
Licinnya pasir berkali-kali membuatku terhisap.
Sama seperti pelukanmu kala itu,
yang terus mengunciku,
berontak tiada artinya
sampai akhirnya jiwaku tunduk pula padamu.

Kita pernah bahagia,
Bagai burung-burung yang terbang rendah, bermain-main diantara air,
Mengintip manisnya pantulan diri air biru.

Yang lama terasa singkat.
Seperti langit merah muda yang lama lama termakan kabut pindah ke kegelapan malam yang menenangkan hanya dalam hitungan detik.

Bagai kapal yang mengapung terombang ambing kencangnya ombak,
Ia tetap teguh karena telah menjatuhkan jangkarnya.
Begitulah aku ketika pada akhirnya hanya kau dijiwaku.

Namun arus laut begitu kuat,
begitu sulit untuk berenang pada arah tujuan.
Semesta punya ceritanya,
berkali-kali kupaksakan tubuhku tak terbawa arus,
namun kakiku lemah, terus menerus terobek tajamnya batu karang yang tak kelihatan.
Mungkin itu cara semesta beritahu
bahwa disana bukan tempat yang aman bagiku.

Aku menyerah.
Seperti butiran pasir yang kugenggam erat dibawah air laut,
satu per satu rontok,
aku tergoda untuk membuka tanganku di bawah air
dan menyaksikan kemegahan pasir-pasir kecil yang jatuh menghilang terseret air.
Itulah kau.

Laut punya caranya.
Semuanya akan terjadi alami.
Semesta poros pengaturnya.
Biarlah laut hapuskan kau.

Tenang saja,
aku akan kembali baik-baik saja.
Seperti debur ombak yang menyapu kasarnya pasir, ia mampu mendatarkan lintasannya yang sebelumnya hancur teracak-acak angin.

Bagai tapak kaki di basahnya pasir,
berjejak namun akan segera hilang begitu terhanyut ombak ataupun angin yg berhembus.
060419 | 9:38 AM | Kost Warmadewa
ditulis sebelum berangkat kerja,setelah kukirimkan teks panjang padamu.

"are we done?"
"
Bintun Nahl 1453 Mar 2015
Mungkin suamimu tak pandai berkata apalagi merayu dengan romantisme karya sastra...
Tapi mungkin dengan cara itulah Allah menjaga lisannya...
Menjauhkannya dari fitnah dunia yang tak halal baginya...

Mungkin suamimu tak pandai berkata..
Tapi heningnya menahan kita banyak bicara..
Memutus rantai kalimat sanggahan yang lahirkan perkara..
Sehingga keseimbangan suasana lebih terjaga..

Andai saja Allah ciptakan sebaliknya, mungkin rumahmu bagai arena tarung laga
Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu tak berparas mempesona
Apalagi secantik selebritis di warta berita..
Tapi mungkin lisannya selalu berucap kata mutiara yang terpancar dari jiwa yang terjaga...

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin hatimu tak tenang saat jauh darinya
Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin suamimu bukanlah saudagar kaya yang membawa pulang limpahan laba hasil usaha...
Namun meskipun besarannya begitu sederhana...
Mungkin ia selalu menjaga kehalalan apa yang dibawa..

Mungkin suamimu bukanlah pejabat yang bertahta, yang dihormati dan dipuja bawahannya
Tapi mungkin dibalik kedudukannya yang biasa, ia mampu menjadi imam bagi keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya,
Mungkin belum tentu ia miliki derajat takwa
Ah..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa yang masakannya selezat pujasera...
Tapi mungkin ia pandai mendidik buah hatinya, memahat pribadi yang berkarater mulia.

Mungkin istrimu bukanlah koki istimewa,
Yang terkadang masakannya itu-itu saja
Tapi mungkin ia pandai mengatur alokasi harta, sehingga pemberianmu tak terhambur percuma

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin kecintaanmu akan terlalu berlebih padanya...
Melebihi cintamu pada Allah sang pemberi karunia..
Ah.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya...
Sehingga terlihat kau melakukan semuanya
Tapi mungkin ia sabar membantumu... meringankan pekerjaan rumah tangga..
Sehingga semua terlaksana dengan kerja sama..

Mungkin suamimu tak pandai terlibat merawat anaknya...
Sehingga terlihat minim perannya dalam keluarga...
Tapi mungkin ia sangat keras bekerja
Sehingga nafkah telah cukup terpenuhi lewat dirinya...

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin banyak para gadis menanti dipinang menjadi yang kedua
Jika suamimu terlalu sempurna...
Aaa.... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga..
Tak mampu menyulap rumah menjadi rapi tertata...
Tapi mungkin ia begitu cerdas menguasai matematika...
Sehingga anak yang cerdas dalam eksakta terlahir dari rahimnya karena genetika...

Mungkin istrimu tak mahir dalam mengurus rumah tangga..
Menambah sedikit tugasmu dalam membantunya bekerja..
Tapi mungkin ia begitu taat dalam beragama..
Membimbing anak-anak dalam kerangka syariat agama...
Sehingga meringankan kewajibanmu dalam membimbing keluarga

Andai saja Allah menciptakan sebaliknya
Mungkin engkau merasa tugasmu telah tertunai sempurna..
Cukup sekedar menyempurnakan nafkah keluarga
Aaa..... itulah mengapa Allah menikahkanmu dengannya

Percayalah......
Selalu ada kebaikan dalam setiap ketetapan Allah Sang Sutradara
Maka temukanlah sebanyak-banyaknya rahasia dibaliknya..
Agar engkau mengerti mengapa Allah menikahkanmu dengannya...

Jikalau engkau masih sulit menemukan jawabannya...
Gantilah kaca matamu dengan kacamata syukur atas segala karunia...

Adalah hakmu jika engkau berharap Khadijahmu menjadi lebih sempurna...
Asalkan kau siap membimbingnya dengan menjadi Muhammad baginya.

‪#‎RZMuhasabah‬

Suka · Komentari · Bagikan
Aridea P Oct 2011
Hati sedih nan gelisah
Tak tau apa yang harus diperbuat
Kaki bagai lari ke ujung dunia
Peluh terasa lengket bercucuran
Seakan hanya mengikuti jejak
Tak tau arah yang benar
Mata sayup ingin terpejam
Terhalang Guntur yang menggelegar
Menggelegarkan nadi meretakan hati
Serpih-serpih peluh yang menjadi-jadi
Seakan lari menggapai dunia
Melawan angin yang amat kencang
Sambil berpegang kawat besi tembaga
Berjalan di atas angin yang bergoyang
Aridea P Oct 2011
Tergetar nadi ku saat teriakanmu
Tersenyum aku saat melihatmu
Bagai mentari pelawan gelap
Bagai jiwa ku  yang amat tenang

Saat terjunan air membasuh raga
Alangkah indahnya pelangi melingkar
Bercahaya terang amat indah warnanya
Begitu segar sambil menatapnya

Tatapan itu tak sama
Dengan saat aku menatapmu
Di hati ku hanya kau yang terindah
Tak tertandingi dari apapun

Cinta...
Segelas darah ku buang
Selaut air mata ku tumpahkan
Saat ku lihat kini kau berada di Surga

Created by Aridea Purple
Aridea P Oct 2011
Jakarta, Selasa 8 April 2008

Kerlip indah di malam
Awal hidup bahagia
Melukiskan kata cinta
Indah cinta tercipta
Bagai bintang di surga

Cinta ku indah di atas
Bintang yang bercahaya terang
Membawa kasih cinta
Menebarkan padanya

Cinta ku suci padanya
Surga-Mu indah penuh bintang
Membawa kasih cinta
Tuk sampaikan padanya

Bercahayalah tenang
Hingga akhir jiwa ku
Hingga hati kan terluka
Indah cinta terlukiskan
Bagai bintang di surga
Aridea P Feb 2013
Palembang, 6 Februari 2013

Aku bagai jeruk yang diperas hingga kering sarinya
Tak berguna
Terbuang

Aku bagai pensil yang diserut kayunya
Hanya berguna di saat tajam
Menghilang

Aku bagai es yang mencair di atas tanah
Terserap
Tak Tampak

Aku adalah orang yang terabaikan
Tak dianggap
Tak pernah ada
aku memang beda
tidak seperti laki-laki yang sebelumnya kau temui
aku...
tidak pernah yang namanya setengah

hidupku
tidak pernah yang namanya setengah
aku puas telah mencoba segala hal dengan tidak setengah setengah
aku di ajari untuk menyelam
bukan mengapung

disaat ini
aku membebaskan mu dengan sebebas bebasnya manusia
aku membebaskan mu untuk memilih
disaat aku sakit hati kau tau?
itu sakit yang bukan setengah-setengah
aku pernah di posisi yang serupa seperti ini
mungkin sekarang aku bisa lebih menerima hal tersebut,
pendewasaan mungkin?
setidaknya kau tau, bagai mana perasaan laki-laki yang tidak setengah-setengah ini pecah bagai beling, dan ku injak beling tersebut sampai aku merasakan hal seperti ini lagi, bagai bunga lily aku kembali mekar....
disaat kau kembali...
setidaknya kamu tahu, aku memaafkanmu tidak setengah dan tidak akan membiarkan mu sakit kembali, akibat berkelana terlalu jauh...

kamu rapuh...
tuhan masih baik menunjukan sesuatu itu padaku
bukan kepadamu...
mungkin kalo tuhan melihatkan padamu...
hal yang kurasakan, akan kau rasakan juga...
aku belajar untuk tidak ikut campur lagi soal hubungan barumu
mungkin nanti...
kamu akan sadar
dan tergampar akan realita yang besar
memar... bagai terkena tinju
biru... bagai lebam terpukul amarah batin
aku disini, berlatih menjadi laki-laki
untuk bisa menerima kekuranganmu, mungkin nanti tatapan ku masih seperti pertama kita bertemu, harapan yang dulu kita bual-bualkan akan ku realisasikan, hati-hati dijalan, aku menunggu di rumah...
menunggumu pulang dengan sejuta cerita yang telah kau lewati...
Aridea P Oct 2011
Untukmu Cinta
Sejuta kata tercipta untukmu
Segenap jiwa ku serahkan padamu
Hingga akhir waktu ku sembahkan hanya untuk mu

Meski tak kau terima
Cinta dalam hati ku
Terhempas begitu saja
Bagai dari langit ku jatuh

Ingin ku berenang di lautan
Arungi samudera bersama ombak
Desir pasir melagukan alunan daun
Lambaian tangan untuk berselancar

Indah cinta mengikat raga
Satu aliran nadi di salam darah
Mulut mengucap selalu kata cinta
Hati pun akan selalu bahagia
So Dreamy Jan 2017
voice over: narrator*

Pemberitahuan terakhir disuarakan, keberangkatan pesawat tujuan Frankfurt Airport akan lepas landas tak lama lagi lagi, orang-orang bersiap masuk kabin. Ada satu hal yang terlintas di pikiran Atlas; ia tahu Venus tidak akan datang. Tidak dalam hitungan waktu tiga puluh menit, sepuluh menit, apalagi lima menit. Percuma saja menunggu, Venus benar-benar tidak datang. Perpisahan mereka sudah berlangsung semalam, pertemuan terakhir yang berhasil membuat Atlas berkali-kali memutar ulang seluruh adegan, mendengar suara gelak tawa mantan pacarnya dalam benak khayal, membayangkan senyuman Venus yang ia lukiskan untuknya terakhir kali. Pertemuan terakhir mereka kemarin bahkan tidak terasa seperti perpisahan, namun tetap bagi Atlas terasa begitu janggal. Mungkin karena terlalu tiba-tiba dan cepat, pertemuan terakhir yang merupakan perpisahan, pertemuan terakhir paling bahagia dan paling sedih, yang juga menyudahi hubungan singkat mereka.

Sejenak Atlas merasa sendu. Dalam lubuk hatinya masih sesekali berharap Venus meneleponnya, mengatakan bahwa ia akan datang mengucapkan selamat tinggal. Namun, nyatanya ucapan selamat tinggal Venus hanya berupa memori-memori tentangnya; seratus hal yang tertanam sejati di dalam hati Atlas mengenai segala hal tentang kejanggalan perempuan itu, gelak tawanya, senyumanya, aroma tubuhnya, kerlingan matanya, rambut hitam tebalnya, wajah pemikirnya, serta sosoknya yang seringkali membuat dirinya bertanya-tanya; kisah apa saja yang tidak diketahuinya, yang pernah terjadi dalam sejarah hidupnya sehingga membentuk pribadi sepertinya yang begitu terlihat bagai keajaiban seni paling nyata di mata Atlas? Baginya, Venus adalah sebuah takdir dan keajaiban menjadi satu.

Dan, ia tidak akan pernah ada niat untuk melupakannya.
Amira I Mar 2015
Menemukanmu layaknya menemukan sebuah oase di gurun pasir
Bagai ilusi, bagai khayalan
Sangat aneh, juga sangat nyata
Setelah perjalanan yang panjang
Setelah mendamba akan air
Setelah mendamba akan cinta
Akhirnya kutemukan dirimu
Penghilang kehausan
Penyejuk jiwa
Aridea P Oct 2011
Jakarta, 10 Mei 2008

Suara gitar mu indah Sayang…
Lirikmu pun buat ku menangis
Bagaimana aku bisa memeluk mu?
Ucap kata cinta untukmu


Atau cium kening mu…
Dengan penuh rasa cinta
Karena kau ciptakan lirik indah
Bagai Untukku Selamanya


Kau tak perlu tau Sayang…
Aku di sini inginkan kamu
Sungguh lagumu cerminanmu
Meski tak seindah kamu
Lirik lagumu luluhkan hati ku


Sampai kapanpun ku tetap sayang kamu
Tak perlu kau jawab bahwa kau sayang aku
Dengar lagumu di sini pun
Hati ku s’lalu tersenyum untukmu
Aridea P Aug 2014
Inderalaya, 27 Agustus 2014

Seorang gadis kebingungan di antara kerumunan orang dewasa yang asyik menikmati pesta dansa yang diadakan penguasanya
Matanya biru terang, namun jauh di lubuk hatinya, ia begitu kelam
Seorang yatim yang ditinggalkan ibundanya tuk melayani pria yang bukan pasangannya
Gadis itu terpaku, hanya sendiri di tengah-tengah manusia lain berdansa berpasangan
Namun dia hanya sendirian

Musik telah terlalu lama menyeberangi gendang telinganya
Otot-otot di kepalanya mulai berontak tuk membuat gadis itu pergi meninggalkan tempat ia berada
Namun ia hanya  diam, matanya memancar sorot sangat kebingungan
Pikirannya terbang jauh menelusuri kenangan saat ia masih balita dibawa Ayahnya pergi ke taman paling indah di negaranya
Dentuman keras kaki-kaki manusia yang masih berdansa tanpa lelah dan tanpa jeda
Menyadarkan sekali lagi bahwa gadis itu masih sendirian

Kaki gadis itu serasa tak mampu lagi tuk melangkah
Maka ia mulai membuat gerakan tak berarti pada kedua tangannya. ke kanan dan ke kiri, mengitari tubuhnya
Semakin lama gerakan tangannya semakin cepat dan kini gadis itu menari pada akhirnya
Sekali lagi, ia menari sendiri, berputar-putar bagai roda yang diputar pedal sepeda
Kini semakin cepat gadis itu berputar-putar
Semakin cepat
Semakin cepat
Semakin makin cepat
Gadis itu menutup matanya, ia bahkan dapat merasakan detakan jantungnya
Ia memutar makin cepat dan sangat cepat
Sampai akhirnya di antara putaran yang cepat itu, ia berteriak
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA­AAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH­HHHHHHHHHHHH

Ia kemudian terjatuh di pelukan Ayahnya
Sang Ayah yang telah lama pergi meninggalkannya
Sang Ayah kini kembali, namun tiada satupun manusia di sana menyadari kehadirannya
Pesta dansa terhenti dan semua pasang mata tertuju pada pemandangan tak biasa di tengah-tengah mereka
Sang Gadis sedang berdansa dengan Ayahnya

Suasana menjadi hening, hentak kaki manusia yang sedang berdansa kini benar-benar sunyi
Oh kelamnya hidup ini
fatin May 2016
mana mungkin rindu aku terasa
jika diungkap dengan bait bahasa

sayang
dakaplah aku
rasakan rindu aku
kerna mana bisa ayat dan kata curah rasa ini
andai kau rasa perit dan pahit ini,
lepaskan lah.
biar aku bebas terokai dunia
tanpa rasa sekat dalam raga

aku penat
-menunggu sesuatu yang tidak pasti
dalam hal ini, adalah kamu

jalan yang dahulu kita lewati tengah malam kini kian sunyi
dulu, ada sahaja tawa kita kedengaran
entah
bukan aku tidak cuba untuk berhenti ada fikiran tentang kamu
tapi
bagai aku tersekat

sayang
andai kau rindu
andai kau rasa perit dan pahit ini
lepaskan lah aku

*agar aku bebas teroka dunia
Aridea P Oct 2011
Fadil sungguh memilikinya
Akan bahagia terasa selamanya
Dihiasi lirik lagu yang indah
Itulah momen special sepanjang masa, dengan
Luapan cinta kasih di sekelilingnya

Angkasa, bagai terbang melayang
Nuansa hati hadir tercipta
Ejaan kata terhias di awan-awan
Sungguh indah langit terhias

Pegang tangan erat-erat
Untuk menantang tornado yang datang
Tak terlepas, bahkan jangan sampai
Riang selalu walau terhempas
Agar cinta kan sampai bersama di surga
Aridea P Feb 2015
Ya Tuhan
Berikanlah aku jodoh seperti Ayahku
Yang mencintaiku meskipun tahu putrinya banyak kekurangan
Yang selalu mendoakan yang terbaik dan tak mengijinkan hati putrinya terluka

Ya Tuhan
Ijinkan aku memilih pasangan seumur hidupku, yaitu seperti Ayahku
Yang tak pernah melukai hatiku dan memanjakanku bagai Putri

Ya Tuhan
Pertemukanlah aku dengan jodohku yang seperti Ayahku
Yang akan melindungiku dari bahaya apapun
Yang takkan melukaiku dengan ucapan kasar

Ya Tuhan
Aku membutuhkannya sekarang
Aridea P Feb 2012
Ulang tahun singkat ku
Ingin ku rayakan di Surga-Mu
Yang indah penuh warna pelangi
Yang panjang, ku harap bagai usia ku

Ku yakin kamu tak kan tau
Hari ulang tahun ku
Namun, melihat senyummu dari jauh
Adalah hadiah terindah di Hari Ulang Tahun ku

Kue tinggi tidak ada
Lilin pun tak menyala
Hanya ku tusuk di atas tanah
Ku ucapkan harap ku selamanya
Aridea P Oct 2011
Jakarta, Senin 20 Oktonber 2008


Malam ini aku bersedih
Aku menangis, aku berfikir
Agar waktu menunggu
Hingga aku mulai tenang

Cobaan hidup datang
Melumuri ragaku
Hingga terasa lumpuh
Tak berdaya bagai mati

Ku tunggu hujan bunga
Yang harum bebaskan raga
Mungkinkah aku bisa sabar?
Jika petir tetap menyambar
Aridea P Oct 2011
Jakarta, Minggu 31 Agustus 2008


Jika malam ini indah …
Ku kan memuji bintang-bintang
Tanpa sakit ku sementara
Ku beri senyum indah tuk mereka

Namun bila sebaliknya
Ku kan jatuh dari langit
Dan tertimpa sakit selamanya
Aku kan menangis tuk mereka

Dunia ku memang tak indah
Bagai hancur saat bumi berputar
Hati ku pun bertahan
Tuk tetap indah selamanya
Dan biarkan cinta
Ku tunggu darinya
erik diskin Jan 2019
perjalananmu pasti cukup melelahkan, bahkan menjadi buta pun bisa melihatnya dengan baik. ini, disini, rebahkanlah kekhawatiranmu yang semakin hari menjadi gusar dalam doa-doa yang tabah. akan kuganti dari setiap amin yang kamu titipkan pada malam diam-diam. hati yang kemarin kamu pertaruhkan untuk menemukanku dalam mereka laut yang kesulitan kamu pelajari siapa Tuhannya, yang telah bersusah payah kamu coba taklukkan.

tidak apa-apa. tenggelamlah sesekali, mungkin lima, teguk pilunya, dan pelajari dengan bijak. pada akhirnya, jiwamu yang diberi nama manusia akan piawai membawa diri. paling sedikit, penjaga yang tahu kapan dan untuk apa waktunya sepadan dengan raga yang tersedia.

aku akan menerima sebutan sialan, menyebalkan! dalam hidup bagai keputusasaan jarum dalam jerami dengan senang hati, malah. setidaknya, kamu adalah pelaut yang cukup handal karena aku, dari jatuh-bangun-tenggelam-terbentur-salah nama dan angkatan telepon yang kesalnya harus diangkat.

bahkan, syukurku akan terpenuhi menjadi sebuah tetes melengkapi lautanmu. aku adalah satu tetes yang akan cukup membuatmu rumpang kapan saja, yang akan kamu kejar dengan bodohnya kapan saja. katakan saja terdengar ganjil. siapa peduli. aku tidak akan menjadi mudah karena aku adalah pembalut kulit dan hati terlukamu dan akan selamanya menjadi tugasku.

namaku lebih dari sebuah harap. aku tak akan pernah dan ingin menjadi harap, sebab payah adalah nama kedua dari harap. aku adalah, “kamu bisa mempunyai bagian besar dari kue ini.” atau, “tentu saja. aku punya alasan untuk mengemudi dengan hati-hati dan kembali.”

namaku sederhana.
sederhana dan akan selalu nyaman.
setelah hari itu yang penuh prasangka dan tanda tanya dari dunia yang kamu kenal dan tidak.
namaku adalah seorang pelindung dan pahlawan yang gigih nafasnya, nama yang ketika rindumu akan lapar dan kehausan menemui pelepasnya.
aku adalah kemenangan dan hadiah kemurahan hati.

rumah.
Aridea P Oct 2011
Jiwa ku terbang
Raga ku hilang
Raga ku menangis
Hati ku mencari

Saay hancur hati ku
Berkeping-keping bagai sisik
Susah dicari untuk dihiasi lagi
Untuk menjadi seutuhnya hati

Serpihan hati ini terbang
Sisa, ku peluk erat sampai ku mati
Sampai kembali lagi
Jiwa dan raga ku ke sini

Tempat terindah kini hatiku
Saat menemukan mereka
Dalam buaian hangat
Hidupku indah untuk selamanya

Le Gra,
created by. Aridea Purple
Aridea P Oct 2011
Segenap usia t'lah ku pegang. Namun, akankah telepas? Usia akhir hampirkah dekat. Apakah raga akan terbunuh?

Cintaku belum tergapai. Bisik hasut baik, terngiang di telinga. menyerukan kata indah tentang cinta. Agar ku tak merasa terikat usia.

Belum lama ku cicipi dunia. Akankah kandas bagai tergilas. Tiupan angin menjadi puing. Terbakar api menjadi debu.

Nyawa kini menjadi asap. Tak berguna tanpa cinta. Menangis haru karena suara indah. Dan tersenyum bahagia bermimpi cinta.

Created by. Aridea Purple
Diska Kurniawan Sep 2016
Seteguk apapun, semua tak akan berakhir*

Aku adalah seorang pemabuk yang selalu menguarkan harum arak kemanapun aku pergi. Anggur, dan berbotol-botol ***** telah kutenggak pagi ini. Dan hanya hari ini pula aku ingin bicara, tentang segenggam racun yang kalian semua suntik ke dalam nadi dan pembuluhku.

Topeng
yang dengan bangga kalian pakai
tak ubahnya ketelanjangan
hanya mengumbar malu dan aib

Tawa
yang sesenggukan kalian jeritkan
hanyalah tangis jiwa kalian yang memudar
memutihkan kejujuran dan kebajikan


Oh, beginikah cara kerja dunia
berduri dan berbatu, sama saja
disetiap lajurnya
kemanapun aku pergi, dijejali
mulutku dengan dusta dan hanya dusta
belaka

Menghitamnya jiwaku, seandainya
bagai langit malam
tak ada chandra di ufuknya

Sudah selayaknya aku berkabung atas jiwaku, dimana dia merintih penuh sesal dan tanya. Apakah lalu lalang motor dan diesel itu memusingkan kepala atau hanya sebuah kesibukan belaka. Dan dengan itu pula jiwaku berakhir, terdiam, dalam kematian.

Kukubur dia dengan layak, diantara nisan-nisan lain disekitarku, yang diberi nomor, sesuai urutannya. Jiwaku tersungkur di nomor tujuh. Beruntung sekali!
Kukubur dia, pelan sekali dengan tertidur. Tak berharap bangun lagi di keesokan pagi. Kutaburi bunga-bunga dan prosa yang harum, dan kusiram dengan sebotol Martini dan bir.

Harum. Seharum embun yang kau injak ditepian jalan.
Wangi. Sewangi sukmamu yang kuingat telah pergi.

Aku adalah pemabuk. Yang selalu menenteng sebotol arak, bermabuk di tepian jalan kehidupan. Mengambil jeda diantara kalimat-kalimat mencela dan busuk, yang tergelincir masuk ke dalam telingaku.

Botol-botol inilah sang penawar, berminum pula para nabi terdahulu menyesali umatnya, sedangkan aku?

Menyesali kalian.
Gymnossienne Jul 2014
Tenggelam dalam riak nafasmu
Bagai ombak bertalu-talu di tepian kalbu
Terbuai oleh lantunan irama kehidupan
Bersenandung dibalik kerangkeng iga

Aku perahu di lautan luasmu
Tanpa dermaga yang hendak ku tuju
Hening malam tak kuasa membungkam
Detak yang berteriak memuja semesta

_________

*Engulfed in the ripples of your breath
Tides pulsing at the shorelines of soul
Lulled by the chanting rhythm of life
Strumming against the rib cage

I am a boat in your vast ocean
Without a harbor to go to
The silence of night can't hold in
the heartbeats that bellow praises to universe
Aridea P Oct 2011
Malam sunyi ini
Berubah menjadi berarti
Karena penguasa hati ku
Datang pada ku
Tuk persembahan terakhir
Lagu paling indah

Ku katakan dengan indah
Suatu ungkapan yang berarti
Bahwa ku akan setia
Walau kau harus terganti
Sebagai inspirasi hari
Dan di masa depan
Datang hadir temani hati

Takkan terlupa
Persembahan terakhir mu
Ada senyum, tawa, hembusan nafas,
teriakan, alunan yang behitu indah
Bagai hati ku dan hidup ku


by. Aridea Purple
tria Mar 2017
3..2..1..
aku hitung tempat pijak cakrawala
tapi tidak pada tempu jejak awan
mereka pinta benah kala diri
diacung pangkal lusa berpayung tangguh

metronom berdecak habis sabar
bagai waktu berkecimpung ikut mengawasi
tanda memaafkan kabarnya

kamu boleh lihai bersembunyi,
tetapi gelombang muara mimpi tetap pilih rasa hujan
hujan rindu katanya
karena dinginnya menggigit menyebar
hentikan kata buat tercekat,
ke seluruh tubuh buat menggigil

aku sudah bangun dari terkejut
terimakasih terutama kamu,
ciptaan di penghujung hari
karen satu dan lain hal
Diska Kurniawan Nov 2016
Lalu lintas jalan padat merayap pengap namun tetap senyap
Karena dia menulikan setiap kata-kata di perempatan jalan
Pula desah resah mata-mata yang memandang
Kunang-kunang kuning itu tiba-tiba melintas tenang
Mengambang lembut bagai daun dihanyutkan arus
Membius lampu-lampu sein agar berhenti mengedip

Malam itu, di perempatan jalan itu cahaya meredup

Orang-orang tak tahu menahu, beberapa berandai
Indah juga jika dipelihara di pekarangan rumah
Satu bangkit lalu berjingkat mendekat
Kunang-kunang kuning itu melesat
Tiba-tiba semua orang mengejar berlari
Ingin agar Kunang-kunang itu dipelihara di rumah

Tukang becak, penjaja koran, bos besar perusahaan, mahasiswa,
semuanya tak mau mengalah
Berlari, menyerobot, menggapai, meraih, mendorong,
menginjak, menjambak, mendepak,
merusak, menolak.
Lelah. Kunang-kunang Kuning menang
Tak ada yang berhasil merebutnya

Orang-orang pun lesu, menyumpah,
dan kembali ke apa yang mereka kerjakan sesaat lalu
sambil bergumam

"Tak ada Kunang-kunang Kuning di pekarangan rumah"

Kemudian semua berubah normal
Seperti lalu lintas biasanya
Hanya ada aku, yang masih memandang,
kemana Kunang-kunang Kuning itu terbang.

Aku tahu, bahwa di kota ini,

*tidak ada rumah yang memiliki pekarangan
Joz Jul 2016
Terkadang bukan fisik yang terpenting.
Walaupun tanpa fisik, rasa tak kunjung muncul.

Mungkin aku menyayangkan cinta yang tak kian bersatu.
Keraguanmu menahanku bagai angin yang menderu.

Di penghujung jalan pun 'ku tersadar,
keraguanmu bukan untukku.
Karena cinta untukku sudah tiada sejak dulu.

Aku bukan pejuang cinta,
aku hanyalah pecinta yang setia.
Ketika cinta pergi,
itulah saat dimana pecinta undur diri.

Karena untukku,
cinta kita harus diperjuangkan
dan cintaku seorang haruslah dilenyapkan.
Bukan oleh waktu, tapi oleh angin dan debu
bercampur air mata.
17 Juni 2016
14.50
Aridea P Jan 2012
Palembang, 6 Januari 2011

Dewasa ini
Awan hampir menipis
Takkan lagi menyelimuti langit
Tak mampu lagi menutupi terik

Di masa ini
Udara tak bersahabat lagi
Tak ingin didekati
Dan selalu berlari-lari

Sekarang ini
Penjahat bagai belut yang licin
Tak mampu tersentuh dengan tangan kosong
Selalu bisa lolos dari jeruji

Dunia ini, hari ini
Semakin tidak adil menghakimi
Tak berdaya, miskin, mudah tuk dijatuhi
Tinggal menunggu dunia ini berakhir
Tik tok tik tok
Suara jarum jam menggema dalam ruangan kosong tanpa makna
Menggerogoti memori memori lampau
Menghadirkan sebuah kenangan
Tik tok tik tok
Sunyi, sepi tanpa kehadiranmu
Senyumanmu
Kerinduanku
Menjalar disetiap nadiku
Tik tok tik tok
Engkau pria ku
Tegakah kau membuatku menunggu
Menunggu hal yang tak pasti
Bagai matahari dan bulan yang berdampingan
Tik tok tik tok
Bahkan eksistensimu melebihi suara jarum jam
Yang selalu menggema direlung hati ku
Yang bahkan kosong melompong
Tik tik tik tik
Kini tak terdengar lagi
Jarum jam sudah lelah
Waktu sia sia
Terkelupas bersamaan dengan hujan yang membasahi hati
Elle Sang Dec 2015
Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya bisa ku gapai tangannya saja
Yang mampu ku lihat bayangannya namun tak akan pernah bisa ku raih
Seseorang yang hadirnya tak menentu bagai musim
Sebelum kaki ini mampu mengejarnya
Seseorang yang hanya bisa ku kirimkan isyarat
Sehalus awan di langit
Atau hujan yang telah mengiringi beberapa hari ini
R Jun 2020
Sahabatku selalu bilang, hidup adalah sebuah gedung yang ditempa oleh mimpi. Mimpi adalah pilar terkuat untuk hidup. Struktur gedung sahabatku sangat apik bagai dirancang oleh arsitek terkemuka, setiap sudutnya dikalkulasi dengan baik, interior gedung tertata dalam estetika yang berkelas. Setiap lantai gedung itu, memiliki cerita mimpi yang berbeda. Namun, gedung milik sahabatku tak pernah lepas dari sebuah warna cat yang ia sebut sebagai motivasi.

Nama gedung sahabatku adalah Kebahagiaan.

Sehari-hari gedung itu dipenuhi tawa dan senyum tiap orang yang berlalu-lalang di dalamnya. Tak jarang gedung itu mendapati kunjungan oleh Mimpi Yang Terkabul yang membikin gedung itu makin meriah dibuatnya.

Sahabatku selalu memberiku petuah bagaimana cara merawat gedungku, hidupku, dengan memiliki mimpi yang harus kuraih, meskipun jauhnya di ujung lautan sana, dan tetap harus ku kejar walaupun kemampuanku hanya sebatas merangkak.

Ketika ia bicara tentang pilar, ia tak tahu aku tak ingin punya gedung.

Kematian berbicara bagai gedung yang direnggut dari eksistensi. Dirubuhkan fisiknya. Dihancurkan. Namun, aku tak ingin punya gedung. Aku tak ingin ada di dalam lanskap kehidupan yang rumit ini. Skenario merawat, menjaga, dan mengasihi sebuah gedung membuatku bingung dan pusing.

Gedungku bahkan tak bisa dibilang gedung, hanya empat tembok kumuh yang lebih cocok disebut kandang. Aku tak punya pilar, hanya ada empat onggok tiang bambu yang perlahan dimakan rayap. Lantainya bukan dari marmer, tapi tanah becek yang bau ketika dicium hujan, tidak ada orang tertawa atau tersenyum di dalam gedungku, hanya ada aku dan rasa lapar yang berteriak sampai telingaku lelah.

Lantas, ketika aku terbangun dari tidurku yang tak pernah nyenyak dan disambut kegelapan, tanpa gedungku, tanpa ocehan sahabatku yang berkata sembari menutup mata dari kenyataan yang ku alami, aku bernapas lega.

Dalam incognito yang ku peroleh, aku merasa tenang. Terombang-ambing di tengah ada dan tiada. Menyatu dengan hitam, bersaru dengan putih. Aku tersenyum dan perlahan berterima kasih kepada Tuhan yang akhirnya memahami bahwa aku tak punya mimpi, selain menjadi tidak ada.

Namun, hatiku mencelos ketika Tuhan berbisik dengan lirih, bahwa aku hanya punya batas waktu hingga empat puluh delapan jam sebelum kembali pada kehidupan yang rumit.

“Tuhan,” kataku, “untuk apa aku ada, ketika orang-orang sibuk dengan gedung, sementara yang ku punya hanya seonggok bilik?”
oshooney Nov 2018
aku ini bagai puisi usang bukan?

yang kian terlupakan seiring berjalan nya waktu.

hingga akhirnya, dianggap telah lenyap dari bumi.

tapi sebenarnya, aku tidak benar-benar lenyap,

aku hanya sedang menghilang, dan tidak ingin di temukan.

bagaimana rasanya kini?
setelah aku mencoba tuk sembunyi.

adakah kau berbalik mencari?

hei, bahkan untuk sekedar melirik pun kau enggan bukan?

aku ini seperti tengah berharap kepada batu.
karna kamu akan tetap diam, dan tidak akan pernah berubah.

apa kau tahu?, puisi yang dulu kau campakkan,

kini telah berubah menjadi syair lembut yang mematikan.
—dari senja mu
Aridea P Oct 2011
Kisah cinta ku indah
Namun berakhir malam ini
Ku cari sebuah nama
Agar menjadi sebuah cerita
Yang indah bagai langit
Penuh warna dan kabut
Memori indah hidup ku

By. Aridea Purple
Sarah Oct 2014
ia membuatku bahagia
harusnya aku usah mengeluh

ia pernah mencintaiku
bagai aku mawar tanpa duri
trying to write in bahasa indonesia again.. this one ***** though.
Hiory May 2017
Malam

Belahan rindu memebelai malam sunyiku..
Tak dapat kutolak..
Bagai tetes hujan yang hanay dapat ditunggu hingga selesai
tak dapat ku hentikan..hanya dapat kunikmwaktu yang hanya
Pagi

Malam tadi aku ingin secepatnya menyelesaikan..
Menyelesaikan segala kesunyian yang dialandasi oleh
malam penuh kerinduan..
Berharap pagi dapat menopang rindu ini..
tapi ternyata pagi pergi meninggalakanku bersama rindu-rindu
yang menyiksa..
Dan melimpahkan segala kerinduan ini kepada siang..
Siang yang membakar hampa sunyiku...

pagi..
Tak dapat menyelesaikan rindu ini..
Siang pun begitu..
waktu hanya membuatku kecewa melewatinya..

Sore..
membawa pelangi indah nan menyejukkan mata..
Tanpa hujan yang mendahuluinya..
Surya Kurniawan Oct 2017
1/
Biasanya aku melihatmu di pojokan ruang itu. Melamun betapa sedih dan merananya jika jadi dirimu. Senyummu usang, sudah selayaknya kau buang. Atau paling tidak, kau gadaikan ke pasar loak. Pertimbangkan, aku bahkan menawarkan diri untuk jadi gerobak rombengnya.

2/
Mengamatimu bagai meneliti susunan arsitektur sarang semut, bercabang rumit walau sekelumit rahasiamu tak terungkit, atau paling tidak cerita masa lalu mu tak pernah terkuak.
Omong-omong, sudah tiga hari aku datang dan duduk di bangku yang sama, bahkan meja dan kursinya tak segan menyapaku dari kejauhan "kawan, mari duduk sini dan amati keindahan". Aku tak begitu paham bahasa furnitur, jadi ku jawab seadanya.

3/
Duduk diam mengawasi kerumunan, siapa tahu kau kembali terlihat, tanpa terhalangi punggung, atau ransel. Pintu maupun kerudung. Jangan bilang aku penguntit, karena aku tak bermaksud buruk. Aku hanya tak tahu apa yang harus ku lakukan untuk sekedar bertukar sapa, atau paling tidak tatapan mata. Menurut ku matamu cukup layu jika tak ada kawanmu yang menemani. Air mukamu tak pernah kulihat benar-benar menikmati hidup merdeka, mereka tetap saja terjajah. Entah karena sedih atau kecewa.

4/
Hari ini kau tak ada di antara kerumunan, tak ada dalam ruang, tak ada diantara rekan, tak pula hadir dalam lamunan. Aku takut telah menculikmu tanpa sengaja dengan tatapan. Aku terus memandang kedepan, mendengar percakapan.

5/
Tak ada. Aku tahu. Tak berharap pula aku akan tibamu di dalam ruang.

6/
Aku mendengar gosip dan rumor, bahwa kau yang di ujung ruang telah berpindah ke lain ruang. Ujung koridor. Aku bergegas kesana.

7/
Hari ini aku berhasil mengejarmu, berbicara padamu. Tapi kau tampak tak senang, dan hanya mengulang kata-kataku. Aku juga tak sengaja menemuimu di toilet. Masih mengulang kata-kataku. Sore ini aku berjanji akan menemuimu di ruang ujung koridor.

Kala itu, dia menghadap cermin. Menyapa citranya sendiri. Di ruang ujung koridor.
Teka-teki yang selalu membuat aku keki
Penunggang badai Feb 2021
Ahh, judul...
Kuliat ia akhir-akhir ini begitu menyebalkan
Begitu merangah, berusaha mencolok
Aku tidak yakin dia melakukannya dengan tidak sadar
Aku tahu dia menginginkan sesuatu

Kuasa!
Aha, itu sudah pasti kuasa
Kuliat ia begitu sombong hanya karena posisinya yang sedikit diatas
Memandang rendah kata-kata serumpun yang ada di bawahnya
Acuh melihat titik dan koma yang baginya tak ada apa-apanya

Hanya karena font yang sedikit tebal dan size yang agak besar
Membuat masyarakat kata memilihnya untuk mewakili suara mereka
Pun merasa tak sebanding dengan apa yang dimiliki ‘Si Congkak’ itu
Kata merasa rendah, titik koma tak berdaya
Dan mereka... Kalah atas kedaulatannya sendiri

Padahal judul hanya tak sadar
Bahwa kuasa yang dimilikinya itu bukan karena dirinya sendiri
Ia lahir karena keresahan kata
Yang terombang-ambing bagai kapal di ganasnya lautan
Menggantung bagai kepompong, terpenjara dalam ketidaksempurnaan
Melayang-layang bak daun jatuh ditiup angin, tak tentu arah
Mendambakan hidup yang bahagia dan tenteram untuk merdeka

Karena ketakutan kata-lah
Judul hadir sebagai jawaban
Agar kata dilirik pembaca
Agar kata digunakan dalam ruang diskusi
Agar kata hidup dalam kepala
Mengakar kokoh dan menjadi abadi

Judul adalah cerminan pemimpin di negeri ini
Seperti kacang yang acuh pada kulit, lupa diri
Bahwa dirinya ada untuk mendengar keresahan
Bukannya malah menjadi dalang kerusuhan
Bahwa dirinya ada untuk mengerti suara yang dimarjinalkan
Bukannya malah membuang muka, lalu lantas pergi meninggalkan

Lihatlah ibu yang telah melahirkan
Yang terpinggirkan mengandung harapan
Yang menanti dengan merapal doa disetiap malam
Anak baik jadilah baik
Wahai kalian yang duduk manis di kursi tahta

Bangkitlah!
Kata-kata dan rakyat jelata yang dipandang sebelah mata
Mendengarlah!
Wahai judul "Si Congkak" juga para pemimpin negeri yang berlagak sok kuasa
So Dreamy Dec 2017
kau putar lagi satu lagu bernada manis dan mudah didengar itu, sederhana. berbeda dengan musik-musik yang biasa kusimpan di playlist-ku, yang nadanya keras dan isinya tak mudah dicerna. kumpulan seni berisi teka-teki. sejenis indie, mereka bilang. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda; kamu yang begitu lembut dan aku yang mereka beri label seorang laki-laki berwajah datar, tak berperasaan. salah. kukatakan sekali lagi, salah. aku dan kamu tak lain hanyalah dua kutub magnet yang berbeda, yang juga saling tarik-menarik tak pernah mau lepas pada waktu yang sama. dengan segala perbedaan yang mereka pikir terlalu sulit untuk dipersatukan, logika dan imajinasi, bagai minyak dan air, aku dan kamu memilih untuk saling membenahi satu sama lain. isi pikiranmu adalah buku berjalan bagiku dan ruang kosong dalam sudut otakku yang biasa kau sebut sebagai ‘ruang khayal’-ku, kau jadikan ia sebagai salah satu guru dalam hidupmu. dari sana kau pelajari bagaimana caranya mengenali berbagai nada musik dan segala makna dari balik kiasannya yang beresonansi, kisah-kisah yang hanya dapat hidup dalam dimensi imajinasi, serta inspirasi-inspirasi yang dapat kau cari dari peristiwa sehari-hari. aku dan kamu tak pernah sama, kamu satu perempuan berambut lembut dengan suara yang lembut, isi pikiran yang berjalan mulus. orang-orang bilang kamu perempuan berpendidikkan, jenis perempuan berwawasan luas, berjiwa luas. sementara aku laki-laki penggila musik yang menganggap seni adalah satu hal yang perlu ditekuni seuntuhnya. menjadi musisi adalah satu impian besar yang membuatku tak pernah berhenti berlari untuk mencapainya dan kamu pendukungnya, nomor satu. kamu ingin jadi jurnalis dan aku ingin jadi pemusik. aku dan kamu berasal dari ranah yang jauh berbeda, namun disatukan karena cinta.

— The End —