Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
coffee jelly Apr 2021
Kebebasan.
Semua orang mencarinya.
Tapi, apa kebebasan yang kita inginkan benar-benar ada?
Sesuatu yang ingin kita lakukan tentu memiliki batasnya, kan?
Tidak semua hal yang ingin kita lakukan bisa terjadi.
Jadi, apa definisi kebebasan itu?
Kenapa semua orang mencarinya?

Ini mengingatkanku kepada seorang kenalan, yang sangat bebas. Aku sangat kagum padanya. Dia selalu melakukan apapun yang dia inginkan, dia orang yang sangat ceria dan tidak takut dengan apapun dan siapapun. Saat ini, dia sedang mencari kebebasannya. Dia juga orang yang mengajariku agar hidup tanpa penyelesaian.

Untuk melihat "dia" mencapai kebebasan tersebut, tentu aku harus tetap hidup dan mencari kebebasanku sendiri, kan?
Dia alasanku tersenyum setiap hari
Megitta Ignacia May 2019
Not yet,
my delicate soul
trapped in chaos
darkness and silence

I keep came back
to the same chapter
over & over again

Help me
to run away
from these
crossroad of destiny card

Freedom
Joy
Peace
where can I find it

Lead me
o angel, my guard
my Father sent
under the bright blue sky
where the ocean meets the stones
inject me with holy ghost

with a slight panic
I will find
comfort in chaos
not knowing exactly what I will get.
unpleasant
yet comforting & exciting
300519 | 15:23 PM di ujung laut panti semawang sanur, anginnya kenceng bnget, matahari cerah menembus kacamata hitamku, anginnya jernih biru muda dan hijau toska kalem, bisa kelihatan pasir yang teraduk-aduk dan beberapa rumput laut kering yang terbawa ombak, aku dikelilingi banyak kapal parkir.  Monolog by Pamungkas on repeat. Sedang menikmati sakitnya, hubungan yang terurai. Aku terus bertanya, meskipun kelakuannya buruk, kenapa belum juga lukaku sembuh. Bersyukur atas cantiknya laut pada Bapa.
Megitta Ignacia Apr 2019
Pasir memeluk kakiku, tak mau melepaskanku.
Licinnya pasir berkali-kali membuatku terhisap.
Sama seperti pelukanmu kala itu,
yang terus mengunciku,
berontak tiada artinya
sampai akhirnya jiwaku tunduk pula padamu.

Kita pernah bahagia,
Bagai burung-burung yang terbang rendah, bermain-main diantara air,
Mengintip manisnya pantulan diri air biru.

Yang lama terasa singkat.
Seperti langit merah muda yang lama lama termakan kabut pindah ke kegelapan malam yang menenangkan hanya dalam hitungan detik.

Bagai kapal yang mengapung terombang ambing kencangnya ombak,
Ia tetap teguh karena telah menjatuhkan jangkarnya.
Begitulah aku ketika pada akhirnya hanya kau dijiwaku.

Namun arus laut begitu kuat,
begitu sulit untuk berenang pada arah tujuan.
Semesta punya ceritanya,
berkali-kali kupaksakan tubuhku tak terbawa arus,
namun kakiku lemah, terus menerus terobek tajamnya batu karang yang tak kelihatan.
Mungkin itu cara semesta beritahu
bahwa disana bukan tempat yang aman bagiku.

Aku menyerah.
Seperti butiran pasir yang kugenggam erat dibawah air laut,
satu per satu rontok,
aku tergoda untuk membuka tanganku di bawah air
dan menyaksikan kemegahan pasir-pasir kecil yang jatuh menghilang terseret air.
Itulah kau.

Laut punya caranya.
Semuanya akan terjadi alami.
Semesta poros pengaturnya.
Biarlah laut hapuskan kau.

Tenang saja,
aku akan kembali baik-baik saja.
Seperti debur ombak yang menyapu kasarnya pasir, ia mampu mendatarkan lintasannya yang sebelumnya hancur teracak-acak angin.

Bagai tapak kaki di basahnya pasir,
berjejak namun akan segera hilang begitu terhanyut ombak ataupun angin yg berhembus.
060419 | 9:38 AM | Kost Warmadewa
ditulis sebelum berangkat kerja,setelah kukirimkan teks panjang padamu.

"are we done?"
"
ga Aug 2017
Ini aku, gambaran hatiku
Kusertakan padamu, kusisipkan untukmu

Sejenak aku rebah, luka tanpa daya
Aku didera puluhan cabikan
Aku kalah dalam perang
Perang melawan hatiku

Gersang namun hujan
Tandus namun ranum
Itulah hatiku

Malam demi malam kulalui
Dengan mata terjaga
Hari demi hari kulewati
Ditemani gundah gulana

Aku yang hanya menunggu,
bagaikan menantang murka laut

Tiang layarku patah dihantam ombak
Kain layarku robek diterjang badai
Aku terombang-ambing antara suka dan duka

Ombak bergulung-gulung menanti di depanku
Aku menoleh ke belakang,
Menimang untuk merubah haluan

Kutak rela
Bukan sosokmu yang kunantikan, cukup kabar darimu. Berserilah hatiku

— The End —