Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
Aridea P Feb 2012
Jakarta, 28 Mei 2009

Suatu malam aku gelisah
Menunggunya tuk hadir di sini
Dia yang sangat ku cinta
Pangeran dari Kerajaan Inggris

Ya Tuhan
Maafkanlah aku
Aku t’lah mencintai orang yang salah
Tolong bangunkan aku

Aku diam seribu bahasa
Aku menangis, “Aku hanya bermimpi!”

Lalu ku lihat seorang pria
Berdiri di depanku
“Ya Tuhan, aku bermimpi lagi”
Dia menyentuh tanganku

Sekali lagi...
“Ya Tuhan, ini nyata!”

Aku memeluknya
Dan kemudian aku benar-benar sadar
Inilah kenyataannya
Pangeran dari Kerajaan Inggris
alma Jun 2017
Hampir lebih separuh hidupku
Tidak ada hati yang ada..
Ya, hati ini sudah terisi sebuah batu yang amat keras
Tetapi bukannya Aku tidak mau ada..

Terkadang Aku termenung sendiri di dalam kesendirian
Sesambil menatap pemandangan yang ada di depan mata
Hati ini terus bertanya-tanya
Sebenarnya apa..

Apa yang Aku inginkan?
Apa yang Aku butuhkan?
Lelaki seperti apa?
Siapa dia?

Kepala ini selalu berbisik bahwa ada saatnya akan hadir
Jiwa ini juga mengatakan untuk tetap menjaganya
Menjaga jiwa dan hati ini untuk suatu raga..
Raga yang tidak bisa ku sentuh keberadaanya

Rasa ini selalu meyakini dia ada
Ya, mungkin di suatu sudut yang sangat tidak terlihat..
Bahkan mugkin tidak ada
Dan tidak pernah..
fatin  May 2016
Rindu
fatin May 2016
dan ada apa pula dengan rindu
rasa yang sesak di dalam
yang tak mungkin bisa kau ungkap guna bait-bait bahasa
biar bunga mahupun terus

apa itu rindu?
sakit. perit. pahit..
NURUL AMALIA  Aug 2017
Rahasiaku
NURUL AMALIA Aug 2017
sudah kuceritakan pada senja
tentang hari yang kulewati
bersama mentari bahkan hujan
dan aku merangkai kisahku

tapi kadang aku bercerita pada malam
malah, bulan dan bintang juga ikut bercengkrama
iya, jika hari tak hujan
mereka berani menemuiku

aku mencoba mengerti bahasa mereka
sama hal nya yang mereka lakukan
tapi kuakui mereka pendengar yang baik

aku masih berdiri didekat jendela
memahami gestur dan menunggu jawaban mereka
atas pertanyaan yang kuajukan  tentang seseorang
dan menitip pesan rahasia untuknya
lampu lampau telah mati.
dicekik bahasa-bahasa cinta
yang menguar dari mulutmu.

ruang penuh raung itu maka
padam. aku diselimuti hangat
tenang dan bara senang.

lihat, setelah punggung
yang kauberi kemarin,
kembang-kembang api
kini tak mau meledak di langit.

pucuknya selalu pecah
sebagai kesunyian
di kepalaku.


kanya, 2017
Surya Kurniawan Oct 2017
1/
Biasanya aku melihatmu di pojokan ruang itu. Melamun betapa sedih dan merananya jika jadi dirimu. Senyummu usang, sudah selayaknya kau buang. Atau paling tidak, kau gadaikan ke pasar loak. Pertimbangkan, aku bahkan menawarkan diri untuk jadi gerobak rombengnya.

2/
Mengamatimu bagai meneliti susunan arsitektur sarang semut, bercabang rumit walau sekelumit rahasiamu tak terungkit, atau paling tidak cerita masa lalu mu tak pernah terkuak.
Omong-omong, sudah tiga hari aku datang dan duduk di bangku yang sama, bahkan meja dan kursinya tak segan menyapaku dari kejauhan "kawan, mari duduk sini dan amati keindahan". Aku tak begitu paham bahasa furnitur, jadi ku jawab seadanya.

3/
Duduk diam mengawasi kerumunan, siapa tahu kau kembali terlihat, tanpa terhalangi punggung, atau ransel. Pintu maupun kerudung. Jangan bilang aku penguntit, karena aku tak bermaksud buruk. Aku hanya tak tahu apa yang harus ku lakukan untuk sekedar bertukar sapa, atau paling tidak tatapan mata. Menurut ku matamu cukup layu jika tak ada kawanmu yang menemani. Air mukamu tak pernah kulihat benar-benar menikmati hidup merdeka, mereka tetap saja terjajah. Entah karena sedih atau kecewa.

4/
Hari ini kau tak ada di antara kerumunan, tak ada dalam ruang, tak ada diantara rekan, tak pula hadir dalam lamunan. Aku takut telah menculikmu tanpa sengaja dengan tatapan. Aku terus memandang kedepan, mendengar percakapan.

5/
Tak ada. Aku tahu. Tak berharap pula aku akan tibamu di dalam ruang.

6/
Aku mendengar gosip dan rumor, bahwa kau yang di ujung ruang telah berpindah ke lain ruang. Ujung koridor. Aku bergegas kesana.

7/
Hari ini aku berhasil mengejarmu, berbicara padamu. Tapi kau tampak tak senang, dan hanya mengulang kata-kataku. Aku juga tak sengaja menemuimu di toilet. Masih mengulang kata-kataku. Sore ini aku berjanji akan menemuimu di ruang ujung koridor.

Kala itu, dia menghadap cermin. Menyapa citranya sendiri. Di ruang ujung koridor.
Teka-teki yang selalu membuat aku keki

— The End —